Untukmu, Gus..
Hari ini terlihat jelas angka 23 di kalender rumah saya berwarna merah. Lalu, di bawahnya bertuliskan kecil, ‘Tahun Baru Imlek 2563’. Warnanya semerah warna pada angka-angka lain di kalender saya yg juga bertuliskan ‘tahun baru’. Entah itu tahun baru Masehi, tahun baru Saka, ataupun tahun baru Hijriyah. Warnanya kini sama.
Tionghoa, yg dulu sering disebut Cina, kini bisa bebas menampilkan jati dirinya tanpa menyertakan gigil gemetar rasa takut. Bebas memakai nama Cina-nya, bebas memakai bahasa Mandarin, dan bebas melestarikan budayanya seperti perayaan Imlek sekarang ini.
Siapa lagi yg layak saya ucapi terima kasih jika bukan anda, Gus Dur?
Ketika orang-orang berbicara tentang Imlek, ingatan saya selalu tertuju pada sosok anda. Sang pembebas warga Tionghoa dari belenggu diskriminasi rezim Orde Baru. Orang pertama yg mencabut Intruksi Presiden (Inpres) No. 14 Tahun 1967 tentang Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina oleh (alm) mantan Presiden Soeharto.
Tidak berlebihan jika anda mendapat gelar Bapak Pluralisme dan Bapak Bangsa. Anda berhasil menyelamatkan Indonesia yg pada saat itu sedang mengalami disintegrasi kedaulatan negara. Menetralisasi Irian Jaya yg saat itu sedang bergejolak, meredam Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melalui pembicaraan damai, dan pembebasan belenggu diskriminasi terhadap warga Tionghoa misalnya.
Di surat cinta ini, tak banyak yg ingin saya tuliskan. Hanya ucap terima kasih atas jasa anda semasa hidup, meski sebenarnya anda tak pernah mati di hati saya dan hati kami. Juga sebait doa yg semoga bisa mengiringi anda menuju surga.
Dariku, pengagummu..
Oleh: @herv_
Diambil dari: http://perekamgumam.tumblr.com
No comments:
Post a Comment