Dear Bapak, mungkin kau akan sedih melihat ketidakberdayaanku saat ini. Sangat tidak mencerminkan apa yang telah kau berikan kepadaku selama hidupmu. Tapi apalah daya, aku hanya anakmu yang selalu bergantung kepada orangtuanya, kepadamu. Dan lalu kepada siapa aku harus bergantung, jika ternyata janjimu kepada Allah yang harus kautepati lebih dulu.
Dear Bapak, beberapa hari yang lalu, saat aku baru seminggu bekerja, aku pulang dan tiba-tiba tanpa sadar ingin mengirim sms kepadamu, bercerita tentang bagaimana pekerjaanku hari itu. Lalu sebuah ingatan berkelebat, memanggil mendung diwajahku, menghantar sebuah gerimis yang dengan segera berubah menjadi hujan deras. Bapak, aku ingat saat terakhir kita mengobrol tentang hidup, tentang bagaimana kau bercerita tentang mudamu, sesuatu yang sangat aku benci. Tapi sungguh, itulah hal terakhir yang sangat aku ingat saat ini. Saat kau bercerita tentang gaji pertamamu yang membuat Nenek menangis, tentang bagaimana kau tak pernah memilih-milih pekerjaan. Lalu saat ini kepada siapa aku harus bercerita tentang pekerjaaku, cerita yang mungkin sangat didaingin didengar seorang bapak dari anaknya.
Dear bapak, lalu aku harus bagaimana? Sungguh pasti kau akan sangat kecewa melihat aku yang begitu rapuh ini. Mungkin kau akan diam saja, seperti saat aku tak pernah membantumu saat kau sibuk dengan kolam ikan kita, saat kau sibuk dengan urusan halaman belakang. Tapi aku sangat tahu saat itu kau begitu mengaharapkanku untuk membantumu.
Dear bapak, aku sangat ingat bagaimana wajahmu begitu bahagia saat mendengar aku akan segera sidang skripsi, wajahmu begitu yakin bahwa aku akan mampu melaluinya. Mungkin itu adalah berita terbaik yang terakhir bisa ku berikan, karena bahkan kau pun tak bisa menunggu sampai saat ujianku. Kau pergi begitu tiba-tiba, aku tak menangis saat itu, tapi mungkin akan terus menagis selama sisa hidupku. Saat ini, aku hanya bisa menyapamu lewat doa-doa selarut pagi, bertemu denganmu melalui kenangan-kenanganmu, dan hidup dengan wejangan-wejanganmu.
Dear bapak, hari ini tepat 100 hari kepergianmu, dan aku tidak ada dirumah, mendampingi Ibu menyiapkan semua keperluan. Semoga kau bahagia disampingnya, disamping Dzat Yang Maha Segala, doa dan cintaku selalu untukmu…
Oleh: @ggemuk
Diambil dari: http://ggemuk.tumblr.com
No comments:
Post a Comment