Assalamualaikum, ayah.
Sudah lama rasanya aku tidak menulis surat kepadamu. Semenjak beberapa tahun yang lalu ketika aku masih kecil, ketika kau berada jauh di seberang pulau demi mencari sesuap rezeki untuk keluargamu. Aku masih ingat betul waktu itu kita bertiga, aku, kak irfa dan kak isti menulis surat di atas kertas lusuh demi menyampaikan rindu penuh pilu kepada sosok pahlawan paling mutakhir sejagad. Aku tak terlalu ingat dengan apa yang aku tulis kepadamu pada waktu itu, yang aku tahu pasti aku sering menuliskan kata-kata "kapan ayah pulang?".
Aku sering berdiri di depan pintu rumah ketika mendengar kabar kau akan pulang. Pulang ke rumah. Rumah kita. Ketika kulihat senyummu dari jauh, kakiku tanpa sadar berlari kencang kemudian melompat ke pelukannmu. Pahlawanku pulang. Membawa segenggam obat rindu.
Aku tahu betul perasaanmu pada saat itu. Ketika wanita yang paling kita cinta pergi meninggalkan kita. Ketika anak-anakmu masih berumur tidak lebih dari 10 tahun. Aku tahu kebingunganmu pada saat itu. Kebingungan bagaimana cara membagi waktu. Sendiri.
Engkau pernah bercerita padaku tentang kepergiannya. Kata demi kata kau lantunkan diiringi dengan debar detak jantung kita berdua. Kau berusaha menjadi kuat di depanku, walaupun sebenarnya aku tahu bagaimana perasaanmu.
Sekarang aku sudah besar. Aku sudah mulai pintar mengatasi rasa rindu.
Berkat keringatmu aku bisa tumbuh menjadi aku yang sekarang. Aku berjanji suatu saat aku akan membalas semua yang telah kau berikan kepadaku. Terima kasih, ayah.
Anak bungsumu.
Diambil dari: http://ham-ass.blogspot.com
No comments:
Post a Comment