Selamat musim hujan, tuan Jas Hujan.
Kamu apa kabar? dirumahku sedang turun hujan, dan aku sedang menikmati semangkuk penuh bakso malang. Hujan dan malang, drama sekali ya hidupku ini, persis katamu. Aku ini pengarang bebas yang pandai merangkai-rangkai cerita dan membumbuinya dengan curiga. Kalau kamu telat datang di Sabtu malam, kalau kamu tidak menelponku saat menjelang malam, atau kalau kamu memilih bermain futsal sampai larut malam. Aku menyesal.
Aku ingin sekali menanyai kabarmu. Apa kabar?. Maksudku, apa kabar janji-janjimu untuk kembali padaku setahun ini? Apa kabar tabungan kita yang kita tak acuhi? Apa kabar luka bekas goresan benda tajam ditanganmu yang bertuliskan namaku, Kisti? Apa kabar? Apa kabar? Apa kabar?
Hhh, sudahlah. Toh sudah setahun lebih kita berpisah. Tidak ada lagi rasa yang tertinggal untukmu. Apalagi rindu. Aku hanya sekedar memeriahkan sebulan penuh menulis surat cinta, tidak lebih. Kamu jangan geer dulu. Kamu kan tau aku wanita tegar walau cengeng. Kamu ingat kan, alasan kamu dulu mencintai aku? Atau kamu sudah lupa? Aku juga sudah lupa alasan dulu aku mencintai kamu.
Empat minggu setelah kamu pergi, aku punya pacar baru. Inisial depannya B dan akhirannya G. Sama seperti kamu, dia selalu ada setiap hari buat aku. Walau dia tidak secerewet kamu, tapi setidaknya dia tidak pernah protes kalo aku nangis. Dia tidak pernah protes kalo aku mulai drama, dia tidak pernah protes kalo aku bolak-balik minta telpon cuma karena aku kangen suara dia. Soal ketulusan 1-0 buat dia ya.
Tidak seperti kamu, yang selalu dongengin aku dengan cerita yang sama setiap malam sebelum aku tidur. Dia selalu punya cerita baru gak kaya kamu yang taunya cuma cerita si kancil, keong emas, si cantik dan si buruk rupa. Kamu kalah sama dia kalo soal itu. Sementara ini skor 2-0 untuk dia ya. :)
Suara dia juga jauh lebih bagus dari kamu. Aku sering banget dinyanyiin lagu sama dia. Aku sama dia juga sering nyanyi bedua kaya kita dulu, kamu masih ingetkan? tapi suara dia itu yah…hmmm kece. Aku suka. Wah sekarang kamu makin tertinggal jauh aja, 3-0 ahahahhaaa…
Kan bener kan aku sudah move on kan. Apa aku bilang waktu kita terakhir kali ciuman saat putus, aku akan cepet deh ngelupain kamunya. Aku udah gak inget tuh kenangan kita yang ngerasain gimana rasanya gak punya duit, hujan, terus ban bocor.
Aku juga udah lupa deh sama kenangan kita yang waktu kamu ajak aku keliling-keliling naik motor sampe kedinginan karena hujan gerimis terus biduran, gara-gara waktu itu aku gak mau kamu kenal keluarga aku dulu. Hahahaa. Eh pas udah kenal malah kamu yang lebih disayang sama orangtua aku daripada aku. Dasar kamu jelek!
Apalagi waktu kamu kekeuh mau jemput aku pulang kampus padahal hujan terus aku kuyup kebasahan karena aku gak suka sama jas hujan yang bikin gatal. Inget kan betapa aku marahnya sama kamu waktu itu. Aku paling benci kalo hujan lagi dijalan. Tapi kamu paling seneng kalo hujan-hujanan dijalanan. Terus kita cemberut-cemberutan. Ahh, yang kaya gitu mah aku udah lupa. Gak pernah lagi aku inget-inget itu.
Eh kamu udah lupa belom, waktu kita beli jas hujan yang bertudung dua warna cokelat itu? kamu beli itu kan dulu biar aku mau pake jas hujan, biar aku gak takut sama hujan kalo lagi dimotor sama kamu beduaan, biar kita bisa makin erat pelukannya. Kamu udah lupa kan? aku juga.
Ah, aku juga lupa banget, kamu tau gak saat kita putus pun, hujan sedang mengguyur deras jalanan sepulangnya aku dari Bali. Disusul mataku yang kehujanan.
Selamat musim hujan, tuan Jas Hujan @swcheini. Tolong buka lagi twittermu, aku rindu.
Ps: Nama Pacarku, Bohong.
oleh: @PenaAwan
diambil dari: http://penandilaga.tumblr.com
No comments:
Post a Comment