23 January 2012
Variatio 9. Canone alla Terza. a 1 Clav.
Untuk Albert Pure yang bergantung di ujung jemari angin,
Bumi menghentak, langit tertarik. Ada penggalan bentak dalam beberapa larik. Gemintang bermusim, tanah menyublim. Dan beberapa ombak, patah layar gulingkan mualim. Jauh menembus gelas mengendapkan teh kering di dasar, maka dalam kubur kulihat kasar. Ingat terlintas, maka kutulis surat ini sepintas. Manusia membutuhkan kawan, walau dalam hidup dihibahkan banyak lawan. Kau salah satunya. Maka biar kukirimkan bersama awan, kerinduan yang kering bersahut di ujung cendawan.
Aku sering bertanya, sudah dimana kau. Di pelupuk lalu, atau di buritan atau sudah sampai sauh? Jauh. Kerinduan pada amarah seumpama manusia. Meringkuk, kemudian diam – diam menyeruak bagai gelombang menghantam waduk. Dan di waktu – waktu yang lalu, yang usang dimakan benalu, dimana langit dan matari masih kanak – kanak. Di beberapa sekat, kita masih sanak.
Tapi seumpama merah warna tubuh meranti, musim tiada menunggu untuk berganti. keribaan yang tiada tiba, dan kemudian lalu tiada iba. Mungkin jauh di antara riuh rendahnya pasar, atau kerasnya keramik dan latar. Tapi Aku meminta, jika angin menghantar sampai jauh. Sampai lelah awan mengayuh. Titipkan darah lewat hujan. Agar segera anak panah kuasah, dan batu - batu amarah melebur basah.
oleh @MungareMike
diambil dari http://mungaremike.tumblr.com/
Labels:
Surat Cinta #9
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment