Hai, Ndra. Apa kabarmu? Sudah cukup lama kita tak bersua. Bahkan hanya sekedar untuk berbagi canda.
Entah harus kumulai dari mana. Maaf, kalau mungkin surat ini membuatmu tak nyaman. Mungkin kau heran, apa maksud aku menulis ini untukmu. Aku sekedar ingin berbicara denganmu dengan cara yang berbeda. Surat cinta, kurasa pilihan terbaiknya.
Mungkin aku ingin menjadi sesuatu yang janggal, untuk selalu kau ingat. Aku sadar, sudah tak mungkin bagiku untuk menjadi yang kau cinta. Tak mungkin pula bagiku untuk terus mencinta. Namun demikian, apa salahnya sekedar mengingat. Bukankah sejarah yang menjadikan kita seperti sekarang. Aku yakin kau setuju.
Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan pacarmu? Mungkin sesekali kau bisa bercerita kepadaku, sebaik apa dia. Aku harap, jauh lebih baik dariku. Kalau boleh, aku ingin titip pesan untuknya. Katakan padanya, untuk menjagamu dengan baik. Jangan sampai kesalahanku terulang padanya. Aku selalu berdoa, agar kau senantiasa mendapatkan yang terbaik, mungkin itulah dia.
Memang, semua tak lagi sama. Namun aku yakin, suatu hari nanti aku akan kembali menjabat tanganmu. Mungkin itu di pernikahanmu. Mungkin di pernikahanku. Atau mungkin juga di pernikahan kita. Kita tidak tahu.
Untuk sebuah surat cinta, mungkin surat ini terlalu aneh. Tak ada romantis-romantisnya. Ya karena memang aku bingung, mau bicara apa. Kalau ada orang yang berkata bahwa aku masih sayang sama kamu, jangan percaya. Karena, aku masih sayang banget sama kamu. Terakhir. Bahwasanya surat ini bukanlah undang-undang. Jadi, tak perlu terlalu serius kau memahaminya. Anggap saja ini hanya lucu-lucuan semata, seperti dulu kebersamaan kita.
Sekian percakapan garing dariku. Bolehkah aku sedikit tertawa? “hahahaaa”. Sekali lagi, jangan terlalu kau anggap serius semua isi surat ini.
Tertanda, Ipan, @bangajijul.http://irfanakaaziz.tumblr.com/post/16175644288/bukanlah-undang-undang
No comments:
Post a Comment