Saat aku tuliskan surat ini, aku ada di kotamu. Hanya dua hari, tugas dari kantor. Ingin sekali aku mengabarimu, namun.. seperti janji kita dulu sehari sebelum pernikahanmu, kita tidak akan lagi berkomunikasi melalui telepon, hanya surat satu-satunya jalur komunikasi yang masih bisa kita lakukan demi menjaga perasaan sahabatku yang sekarang sedang mengandung anakmu.
Eros, aku menapaki lagi jalan yang dulu sering kita lalui,di bawah bulan yang malam ini berwarna merah jambu, aku memejamkan mata tiap kali angin menyentuh kulitku, pelan kubisikkan di dalam hati “aku mencintaimu Eros”.
Sekarang aku di pinggir pantai tempat kita biasa menikmati tenggelamnya matahari. Ingat? Dulu kita pernah meniup-niup senja, agar kebersamaan kita tidak berakhir karena waktu. Menari-nari diantara debur ombak yang membuat kaos putih yang sedang kita kenakan. Lalu setelah itu kita berdua sama-sama menggigil karena angin di tepi pantai sedang hebat-hebatnya. Kita berdua sama-sama tidak membawa baju ganti ataupun jaket saat itu, kamu menghangatkanku dengan pelukan.
Malam ini angin di tepi pantai masih hebat, tapi kali ini aku pakai jaket, Eros.. kamu tidak perlu khawatir. Aku sangat berharap kita bisa bertemu dengan tidak direncanakan, aku sangat ingin melihat wajahmu, matamu yang cokelat, potongan rambutmu yang baru, lenganmu yang kekar, genggaman tanganmu yang erat. Besok aku sudah harus kembali ke kotaku, masih tersisa beberapa jam untuk terus berdoa agar semesta mempertemukan kita. Semoga saja.
Ah, aku ingat jelas bagaimana raut wajah murungmu di sepanjang perjalanan mengantarku ke bandara. Kamu terus menggenggam tangan kananku dengan tangan kirimu selagi mengemudikan mobil yang mengantarkan kita ke sarang burung besi yang akan memulangkanku.
Pulang? Tidak.. justru malam itu aku merasa sedang dipaksa pergi dari rumah, karena kamulah rumahku sebenar-benarnya.
Malam ini aku pulang, namun masih di luar rumah, aku tidak memegang kunci untuk masuk dan berteduh. Aku menunggumu membukakan pintu dan mengajakku masuk. Sungguh, aku mau pulang.. pulang ke dalam pelukanmu.
"Bulan merah jambu luruh di kotamu, kuayun sendiri langkah-langkah sepi. Menikmati angin menabur daun-daun, mencari gambaranmu di waktu lalu... Begitu lelah sudah kuharus menepi, hidup telah ditambatkan berlabuh dipantaimu. Mengingatmu, mengenangmu, menggapai paras wajahmu. Sendiri.."
Karena sungguh, aku tak bisa pindah ke lain hati.
Kekasihmu,
Senja
#NowPlaying -Kla Project Tak Bisa Ke Lain Hati-
(part. 3 bersambung.. )
Oleh: @ekaotto
Diambil dari: www.ekaotto.tumblr.com
No comments:
Post a Comment