Kepada senja dan pantai…
Kepada yang menenangkan dalam mimpi, dan meneriakkan dalam sepi….
Sejak kecil, keluargaku sering sekali berkunjung ke pantai. Sejujurnya, aku tidak bisa berenang. Aku hanya suka duduk diboncengan jetski Eyang Kakungku. Aku senang melihat luasnya lautan yang membentang tanpa batas. Aku senang menghirup udara di sana dan berbagi dengan burung-burung. Aku juga senang bau pantai.
Waktu semakin maju dan keluargaku masih sering mengunjungi pantai meski sudah semakin banyak yang berubah. Seperti misalnya, kini kami tidak lagi pergi dengan Eyang Kakung, kini kami sudah tidak lagi berboncengan dengan orang tua kami naik jetski, dan kini kami lebih banyak memutuskan apa yang akan kami lakukan di malam hari saat pantai menjadi tempat yang paling menyeramkan yang pernah aku singgahi.
Langkah-langkah kaki kecil kami yang dulu menapaki pantai tapi cepat memudar, kini malah mengekal. Hati kami yang dulu biasa saja, sekarang seperti ada yang menyusup masuk, menyesap asa, kembali bermimpi adalah hal yang wajib. Kemampuan kami yang dulu hanya sebatas garis pantai dan menggenggam pasir, kini sudah menghilang dibalik lekukan bumi menuju persinggahan matahari.
Ada rasa seperti selalu pulang jika kami bertemu pantai dengan segala isinya. Ada rasa seperti ingin memeluk satu sama lain saat senja kembali merasuk bumi, menusuk. Ada rasa di mana semua kenangan terasa lebih baik kami tinggalkan di sana, mengekal, menjelajah lautan, dan akan tetap kembali pulang ke hati kami masing-masing saat menutup mata sudah tidak lagi cukup.
Membiarkan air laut membasahi mata kaki, naik ke betis, sampai dengkul. Membiarkan semua impian terbang bersama kawanan burung-burung melintasi cakrawala luas, melewati khatulistiwa, indah. Seperti pada sebuah ending dalam sebuah film romantis, kami terduduk bersama, saling rangkul, menghadap pada indahnya semburat oranye. Jutaan rasa yang tak bisa kami jelaskan kembali merasuk tanpa ampun.
Kepada senja yang selalu menghilang saat bintang kembali menghias malam bersama sang bulan…
Tak pernah bosan kupandangi senja di pantai. Tak pernah ada rasa ingin pergi saat aku sudah duduk. Dan tak pernah ada rasa tidak nyaman akan semburat indah yang membentang tanpa batas. Kapan semuanya akan berhenti pada titik terindah ini? Apa mungkin karena keindahannya yang mahadasyat, maka ia hanya muncul sekali dalam sehari dan sangat sebentar?
Sebentar…
Lantas biarkan aku hidup, menghirup, dan kekal pada sebentar itu. Entah sudah yang keberapa kalinya aku mengagumi senja tanpa titik, koma, dan spasi. Entah sudah yang keberapa kali aku bermimpi dalam genggaman pasir tanpa enggan beranjak. Kakiku lembut menyentuh pasirnya, dipenjara airnya, dan tetap tak ingin keluar.
Kepada senja pada pantai….
Jauhmu tak terukur kecuali oleh batas jarak pandang…
Kubiarkan kau menghilang pada lekuk bumi di ujung sana untuk lantas kunantikan kembali kehadiranmu esok petang…
Kepada senja yang memeluk pantai….
Menghilanglah, biarkan aku yang kembali memeluk lautmu dan pasirmu…
Tertanda,
Pengagummu,
Nisa.
oleh @nisfp
diambil dari http://wordsroom.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment