Assalamu'alaikum Ibu....
Apa kabar? Lama sudah aku tak bertemu Ibu, masih ingat aku? Iya, gadis lucu yang sempat dilamar si bungsu, anak laki-laki ibu... :)
Maaf ibu, sampai hari ini pun, aku masih tak mampu memahami perasaan itu. Dan, tolong, jangan membenci aku. Aku ingin sekali bicara pada ibu, tentang apa yang ada dalam hati dan pikiranku. Baik sekarang, ataupun saat itu.
Aku masih ingat, ketika si bungsu datang padaku, menyampaikan bahwa ibu ingin aku datang ke rumah, menemui ibu. Tapi, sedetik pun, aku belum mampu memberi waktu untuk menemui ibu. Aku takut, kalut, dan banyak ragu yang menggelayut. Aku tak tau apa yang harus aku katakan padamu, ibu.
Aku masih ingat, ketika si bungsu katakan padaku, ibu mau menerimaku apa adanya. Perempuan yang mengenal dapur pun tidak, berdandan pun hanya mengenal bedak, dan tertawa pun masih suka tergelak. Ibu, aku benar-benar ingin memelukmu, tapi aku tak sanggup jika peluk itu bersamaan dengan menoreh luka di hatimu. Sebab, aku belum mampu mengiyakan untuk menerima pinangan si bungsu.
Maaf, kadang aku masih menganggap kata-kata si bungsu guyonan belaka. Ah, apakah itu dosa? Aku sedang menyusup pada rimbunan ragu. Aku masih belum bisa mendongak atas apa yang ibu dan si bungsu terimakan padaku.
Ibu, si bungsu tak pernah salah padaku. Dia teman yang baik bagiku. Dan, aku tau bagaimana ibu menyayanginya, mengkhawatirkannya. Seperti saat ibu ungkap lewat telepon, bertahun-tahun lalu.
Tapi Bu...
Si bungsu pernah mencintai sahabat baikku. Dan si bungsu adalah sahabat dari seorang yang pernah menjerat hatiku dan meninggalkan luka. Lalu, apakah aku mampu, hidup dalam lingkaran itu?
Ibu, maafkan aku...
Bukan karena aku tak menghargai semua kasih sayangmu, padaku.
Sekarang pun, aku sedang berusaha menguatkan diriku, jikalau semua itu adalah takdir bagiku.
Ibu, semoga kesabaran memuarakan pada pilihan terbaik yang tepat untukku.
Ibu, Tuhan yang akan menunjukkan jalannya. Pintu yang akan menjadi awal perjalanan kehidupanku nantinya.
Ibu, sekali lagi....
Maafkan aku...
Aku,
yang masih dengan hati membiru
Oleh: @wulanparker
Apa kabar? Lama sudah aku tak bertemu Ibu, masih ingat aku? Iya, gadis lucu yang sempat dilamar si bungsu, anak laki-laki ibu... :)
Maaf ibu, sampai hari ini pun, aku masih tak mampu memahami perasaan itu. Dan, tolong, jangan membenci aku. Aku ingin sekali bicara pada ibu, tentang apa yang ada dalam hati dan pikiranku. Baik sekarang, ataupun saat itu.
Aku masih ingat, ketika si bungsu datang padaku, menyampaikan bahwa ibu ingin aku datang ke rumah, menemui ibu. Tapi, sedetik pun, aku belum mampu memberi waktu untuk menemui ibu. Aku takut, kalut, dan banyak ragu yang menggelayut. Aku tak tau apa yang harus aku katakan padamu, ibu.
Aku masih ingat, ketika si bungsu katakan padaku, ibu mau menerimaku apa adanya. Perempuan yang mengenal dapur pun tidak, berdandan pun hanya mengenal bedak, dan tertawa pun masih suka tergelak. Ibu, aku benar-benar ingin memelukmu, tapi aku tak sanggup jika peluk itu bersamaan dengan menoreh luka di hatimu. Sebab, aku belum mampu mengiyakan untuk menerima pinangan si bungsu.
Maaf, kadang aku masih menganggap kata-kata si bungsu guyonan belaka. Ah, apakah itu dosa? Aku sedang menyusup pada rimbunan ragu. Aku masih belum bisa mendongak atas apa yang ibu dan si bungsu terimakan padaku.
Ibu, si bungsu tak pernah salah padaku. Dia teman yang baik bagiku. Dan, aku tau bagaimana ibu menyayanginya, mengkhawatirkannya. Seperti saat ibu ungkap lewat telepon, bertahun-tahun lalu.
Tapi Bu...
Si bungsu pernah mencintai sahabat baikku. Dan si bungsu adalah sahabat dari seorang yang pernah menjerat hatiku dan meninggalkan luka. Lalu, apakah aku mampu, hidup dalam lingkaran itu?
Ibu, maafkan aku...
Bukan karena aku tak menghargai semua kasih sayangmu, padaku.
Sekarang pun, aku sedang berusaha menguatkan diriku, jikalau semua itu adalah takdir bagiku.
Ibu, semoga kesabaran memuarakan pada pilihan terbaik yang tepat untukku.
Ibu, Tuhan yang akan menunjukkan jalannya. Pintu yang akan menjadi awal perjalanan kehidupanku nantinya.
Ibu, sekali lagi....
Maafkan aku...
Aku,
yang masih dengan hati membiru
Oleh: @wulanparker
No comments:
Post a Comment