Selamat Siang Rizki,
Pagi ini aku didahului bersinar oleh Sang Matahari, aku kalah pagi denganNya. Tak seperti biasanya aku bangun kesiangan. Mungkin karena tadi malam ada yang membuatku susah tidur. Sesuatu membuatku risau. Hati ini gelisah. Tapi aku juga tidak tahu apa yang membuatku resah. Apakah itu kamu? Karena kamu adalah hal pertama dan yang terakhir dipikiranku setiap harinya.
Atau mungkin kabar yang menimpa dirimu tempo hari. Semua orang punya jalannya masing-masing, Rizki. Mungkin berkutat dengan angka tidak membuat hatimu tenang, biarlah angka menjadi urusanku. Aku yang akan mengingatkanmu tentang tanggal-tanggal penting bagi kita, aku yang akan mengatur pengeluaran rumah tangga, aku yang akan mengatur pembagian yang adil bagi anak-anak kita. Kamu silakan melakukan apa yang kamu sukai untuk menuntaskan tanggung jawabmu.
Tapi aku senang, kamu berkutat dengan skenario dan film. Buatku seorang sutradara adalah yang memvisualkan banyak mimpi orang-orang. Banyak sekali pemimpi sepertiku yang mencari resensi film-film bagus lalu menontonnya, lalu dengan sengaja memirip-miripkan kejadian atau perilaku si pemeran dengan dirinya sendiri lalu tanpa dia sadari terhanyut dalam alur cerita filmnya.
Hidupku itu film, aku sutradaranya, aku pemainnya, aku yang membuat skenarionya. Tapi aku juga ikut berperan dalam film orang lain. Kamu tahu kan, Rizki? Hidup itu panggung sandiwara? Kalau hidup ini panggung sandiwara atau film, aku maunya jadi pemeran protagonis, yang disayang semua penonton, yang hidupnya berakhir bahagia….
…Disampingmu.
Love,
perempuanhujan_
dikirim oleh @perempuanhujan_ di http://hujandanperempuan.wordpress.com/2012/01/26/surat-cinta-yang-kesiangan/
No comments:
Post a Comment