27 January 2012

Untuk uang

Ini akhir bulan. Ada yang telah bertemu denganmu ada pula yang menerimamu di awal bulan. Saya jadi paham mengapa amplop gaji selalu tertutup. Hanya dengan melihat nominal angka perasaan iri timbul. Yang lebih banyak mendapatkanmu akan berbangga diri. Yang sedikit, menggerutu tanpa evaluasi.

Lalu, mereka berlomba-lomba menggandakan wujudmu atau merubah ke bentuk lebih prestisius. Menjadi rumah, mobil, tanah, bahkan mungkin kebahagiaan. Pada akhirnya, kami terperangkap pada kebahagiaan semu. Bahwa bahagia adalah tentang berapa banyak materi yang dipunya. Harga diri sebatas berapa lembar rupiah yang bisa diberikan. Kalau cinta memang bisa dibeli kasihan sekali karena suatu saat harus membayar jika ingin punya ibu. Padahal katanya cinta ibu sepanjang masa dan tak ternilai.

Semakin tahun makin tak tahu malu orang pinjam meminjam. Kemudian mencuri. Dari rupiah terkecil sampai mengambil hak pihak lain. Kalau sudah begitu, kecurigaan-kecurigaan hadir dan kepercayaan terkikis.

Terkadang, mereka yang hidup jauh darimu lebih beruntung

jika mereka mampu bersyukur


No comments:

Post a Comment