Hey Lamunan ku yang setia, apa kabar? Pagi ini aku terbangun dengan hati biru yang pilu setelah semalaman suntuk bercengkrama dengan mu. Bilang, sebenarnya kau menginginkan apa dariku? Apa seperti sebuah shubuh yang damai? Atau juga seperti keramaian pasar malam yang sepi? Maka, ambil saja jika kau mau, asal jangan ingatan ini. Ingatan yang setiap detiknya hilang huruf demi huruf ketika kau datang menyusup, mencuri. Kau buat hingga tak tersisa sedikitpun untukku. Bahkan satu huruf. Kau tahu bagaimana rasanya hidup tanpa ingatan? Seperti berjalan telanjang di sepanjang hujan di jalanan yang tak pernah kau tahu. Tersesat.
Aku ingat pertama kali aku mengenalmu. Di sebuah rumah yang aku beri nama ‘hati’. Saat itu kau menamai dirimu dengan ‘harapan’. Aku gundah melihat sendu setiap kata yang kau ucap. Aku cerna satu per satu, dan aku tahu bahwa saat itu kau berjanji setia untuk selalu ada untukku. Menuntunku untuk kembali keluar dari perasaan terkurung dan tertekan. Bahkan membuatku lupa apa itu airmata.
Saat ini, setiap pagi nya aku kembali mengenal apa itu airmata. Airmata yang kau sebut dengan airmata seorang ‘buaya’. Hahahaha. Aku seperti kesedihan yang tertawa. Miris.
Maka, kamu bukan lagi bernama ‘harapan’, hanya seperti sebuah lamunan yang lupa.
Oleh: @ggiarannie
Diambil dari: http://anggiarannie.wordpress.com
No comments:
Post a Comment