Yang berhati nyaman,
tak bosan - bosannya aku menyapamu, tiap pagiku ku membuka jendela - menerawang jauh ke puncak merapi mu yang kini telah kembali tegak berdiri. Seakan baru kemarin aku datang kesini, ke kota mu yang memang nyaman. Hey, aku sudah 4 tahun disini! 4 tahun lebih beberapa bulan, dan aku takkan pernah merasa bosan karena kamu memang menawan.
Yang berhati nyaman,
tak pernah terbayangkan bagiku hidup begitu lama di kotamu. Jauh dari ranah kelahiranku dan aku begitu dalamnya mencintaimu lebih dari tempat aku dilahirkan. Semua itu karena nyamannya suasana kotamu. Ya, dibanding Jakarta yang kian hari semakin penuh sesak, paling tidak di kamu aku bisa bernafas lebih sehat. Bagiku kini, kata "pulang" selalu mengarah padamu.
Yang berhati nyaman,
kotamu menawarkan segala macam kebergaman dan kenikmatan hidup. Lewat legitnya gudegmu, kemegahan kratonmu, dinginnya puncak merapimu serta kentalnya budaya tradisionalmu aku belajar banyak hal. Taukah kamu seperti apa aku saat pertama kali menginjakkan kaki di tanahmu? para alay menyebutnya, "gue itu nothing!", tetapi sekarang? berbagai macam bekal hidup dan pengalaman telah melekat pada diriku, semua karena berbagai macam kesempatan yang kotamu tawarkan. Aku bisa dengan bangga bercerita kepada temanku tentang uniknya kamu dan turut serta mengajak mereka menghabiskan waktu untuk berlibur di tempat wisata yang kamu punya. Takkan ada kota yang menawarkan berbagai macam fasilitas 24 jam dengan harga kantong mahasiswa selain dirimu. Hanya di Jogja!
Yang berhati nyaman,
dua tahun lalu, saat Merapi mu bergejolak meluluhlantakkan desa - desa disekitarnya, menyelimuti kota dengan asap dan debunya, pernah ingin ku meninggalkanmu. Entah percaya atau tidak, aku menangis meraung memohon dan memelas kepada orangtua ku untuk tetap bisa tinggal di kotamu, mereka menarikku paksa untuk pulang ke Jakarta, tetapi untunglah aku bisa sedikit memberontak. Aku merasa sangat picik apabila aku meninggalkanmu disaaat kamu berduka, disaat Merapi menumpahkan apa yang selama ini terpendam. Sebuah bencana alam pertama yang kualami secara langsung, selama hidup. Bencana memang meninggalkan luka, tetapi dari sana kita bisa belajar banyak tentang hidup antar sesama. Bencana mu mengajarkan kepada kami bagaimana cara berbagi dan saling menyayangi. Dua bulan yang penuh arti bagi hidupku Jogja, takkan pernah terlupakan dan terhapuskan sebagai sebuah kenangan hidup yang terbaik.
Jogja yang berhati nyaman,
lewat surat cinta ini, kusampaikan jutaan cintaku terhadapmu dan mohon ijinkanku menetap di kotamu, hidup di tanah kratonmu, untuk menuliskan masa depanku di atas keramahan pendudukmu. Tetaplah menjadi Ngayogjakarta Hadiningrat yang Berhati Nyaman! ~
oleh @lionychan
diambil dari http://callmeasamajesty.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment