Sepotong senyum untuk Bintang yg tertimbun Awan
teruntuk: Kepada sang pemilik Cahaya. @ch_evaliana
Ingin aku tegaskan...
Maaf tapi Aku tak merindukanmu,
karena setiap kali menatap langit, ada satu bintang yang mengobati rinduku. klise!! kata mereka...
tapi nyatanya mereka turut menatap langit mencari bintang yg sama, lalu dengan susah payah mereka tutupi dengan jendela.
itu bintang'ku ujar mereka, walau memudar sekalipun bebas saja jika ingin kukurung dengan kayu persegi bertirai sutra dalihnya,
dan dengan bisu di hatiku, mataku berteriak, hei walau sedikit pudar sang bintangpun masih berpijar. berpijar sekuat tenaganya.
pijarannya selalu menyisakan sepotong senyum di bibirku dan setetes air mata di sebelah mataku.
Maaf tapi Aku tak merindukanmu,
karena setiap kali aku menatap wajahmu dari kejauhan sebelah hatiku menyusut dan hanyut. hilang padamu.
harusnya kubungkus dan kukirim jauh ke kaki lembah sejak dulu, beserta potongan lainnya miliku untukmu..
karena di sana, tawamu masih saja menerangi langit malam, bisa kurasakan pancarannya dari sisi belahan bumiku
harusnya kubeli saja teropong bintang itu, biar dengan jelas kulihat senyummu. walau hanya sendu. hanya pilu..
pilu dan sendu mu yang selalu menoreh sepotong senyum di bibirku dan setetes air mata di sebelah mataku
Maaf tapi aku tak merindukanmu,
banyak cahaya cahaya lainya dalam hidupku, bahkan seperti yang kau tahu kumiliki sendiri matahariku
akupun menggantungan bulan tak jauh dari horizonku, tak sepekat surya tapi pendarnya cukup untukku
bahkan lentera dan lilinpun kugenggam erat di kedua belah tanganku, tak kulepas seperti saat kau tersesat
banyak cahaya, walau tak ada yang serupamu, dan banyak, walau saat mega berarakan pekat, kau tak lagi terlihat.
kau dan pendaranmu yang menyisakan potongan senyum di bibirku dan tetesan air mata di sebelah mataku.
Maaf tapi Aku tak merindukanmu
Maaf tapi Aku tak merindukanmu,
Maaf tapi Aku tak merindukanmu.
Maaf tapi Aku tak merindukanmu!!
Maaf tapi Aku tak merindukanmu..
seperti...
tak pernah aku memberanikan jiwaku yang pengecut untuk mengetuk pintu rumahmu
tak pernah membuka tulisan tulisanmu dan membacanya dengan hati berdenyut
tak pernah tertawa dan mendengar tawamu yang di antaranya hanya inginku
tak pernah melihat bintang, melihat gelas mug kosong, melihat kepulan asap dan padamu.
tak pernah kuingat betapa banyak gerai tawa di dalam hidupmu sebanyak tangismu
tak pernah kuingat gemerincingnya gelak tawamu atau getirnya senyum lukamu
tak pernah ingin aku memeluk tubuhmu yang berdiri dan tegar di sela kepedihanmu
tak pernah ingin aku menggenggam tanganmu yang bergetar karena bahagiamu
tak pernah ingin aku pinjamkan pundak lebarku untuk sandarkan lelah jiwamu
tak pernah ingin kuingat betapa aku merindukanmu, hingga aku tak ingin lagi merindukanmu.
Maaf tapi aku tak merindukanmu,
sampai kau berikan potongan senyumku yang lain
sampai kau tumpahkan tetesan air mata di belahan mataku yang lain
sampai senja tiba dan kau bersinar dan kita berjumpa
sampai kau ulurankan tanganmu dan aku padamu.
...sampai saatnya tiba, cukup Bintang di langit malam untuku.
Jadi Maaf Aku tak merindukanmu.
dari:
Bintang di Belahan lain.
sssssst... jangan menangis karena sepi, karena bintang di langit tak pernah bersinar sendiri
Hai Kamu, Bintang di Belahan lain ... aku tersenyum saat kau bilang aku adalah bintang yang bercahaya itu. aku marah saat tahu bahwa kau tak merindukan aku. aku .. aku tak bisa berhenti menangis! Membaca surat kalengmu membuat aku merasa dekat denganmu. terima kasih dimana pun kau berada bintang ...
ReplyDelete