Untuk si Hewan Kurban
Kepada @RDhairya
Halo mbing…
Sejak pertama kali melihat adanya proyek surat kaleng ini, aku langsung berencana akan membuat surat kaleng juga dan sudah pasti tertuju padamu. Ya, kamu. Kamu yang akhir-akhir ini setia hinggap dipikiranku. Dan aku-yang tentu saja-tak kuasa untuk mengusirnya, hanya bisa pasrah dan dengan senang hati menerima hobi usilmu ini. Maaf karena aku terlalu pengecut dan hatiku terlalu ciut untuk mengungkapkan semua ini. Tidak bermaksud untuk membuatmu bertanya-tanya. Hanya saja gengsiku sudah menekan dalam-dalam keberanianku. Sejujurnya, aku bukanlah seseorang yang pintar menyatukan kata dan membuatnya menjadi sajak atau syair yang elok, akupun bukan seseorang yang puitis. Tidak seperti dirimu yang mampu mengubah sebuah kata menjadi kalimat indah dan bermakna, bahkan tidak jarang kamu membuatnya menjadi sebuah jenaka. Aku hanyalah seseorang yang sudah tidak sanggup lagi menyimpanmu di dalam hati dan menyembunyikanmu di dalam pikiran. Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk menulis surat ini. Surat kecil yang tidak berarti apa-apa bila kau tidak membacanya. Tapi jika memang tidak, akupun tidak terlalu berharap kau akan membaca surat ini. Pengharapan yang berlebihan seringkali berujung kekecewaan, dan aku tidak ingin lagi mengalaminya. Aku sudah muak dengan semua harapan palsu. Kalaupun kamu tidak membacanya, setidaknya aku lega. Mengeluarkan segala tentang kamu versi hatiku dan mengubahnya menjadi sebuah tulisan. Tanpa kau sadari, kaulah yang mengajarkanku selama ini. Kau adalah guru‘maya’-ku dan linimasa-mu adalah buku panduanku. Aku harus berterima kasih kepada Twitter, karna ia telah menjembatani akun-ku dengan akun-mu. Dengan inilah aku mempelajari kata-kata indahmu. Dengan inilah aku menikmati bahasamu. Dan dengan inilah aku tertawa melihat ocehanmu. Kaulah si pembuat 140 karakter menjadi luar biasa. Ah, sudah cukup bagian memujimu. Terlalu banyak hal tentangmu yang pantas untuk dipuji. Lagipula, aku yakin di luar sana banyak wanita yang suka memujimu. Kau pasti sudah bosan dengan itu. Aku masih ingat malam itu aku tidak sengaja menemukan account twitter mu dan akhirnya aku mengklik icon ‘follow’pada profilmu, awal dari semua cerita kita. Tapi sekali lagi, aku harus berterima kasih kepada Twitter. Karna tanpa Twitter, mungkin aku tidak bisa berbuat apa-apa. Twitter adalah teropong bagiku, teropong kehidupanmu. Dari sinilah aku memantaumu, memperhatikan kehidupanmu yang berputar seperti biang lala. Kau tau? Cinta bisa membuat manusia melakukan hal-hal tak terduga lho. Yang menulis surat kaleng ini, contohnya. Sejak menyukaimu secara diam-diam. Sejak mengagumimu secara tak kasat mata. Dan sejak mencintaimu secara rahasia. ‘Stalk adalah kangen yang tak tersampaikan.’ Aku sangat setuju dengan kalimat itu. Tiada hari tanpa tidak membuka profil Twitter mu. Walaupun hanya menengok sebentar, hanya sekedar ingin tau keadaanmu. Maaf karna telah menguntitmu dari dunia maya ini, menyibak satu demi satu tweet-tweetmu itu. Maafkanlah ke-kepo-an diriku ini. Hal apapun yang kau tulis tak pernah lepas dari ingatanku. Hal kecil sekalipun selalu aku pandang sebagai hal yang besar dan selalu ada artinya. Begitu pula dengan apa yang kau lakukan, semuanya masih jelas bersarang di otakku. Meskipun kau hanya berteriak dan memanggilku ‘pesek’. Haha, pesek. Ejekkan itu lebih terdengar seperti pujian ketika kau menyebutkannya. Teruslah mengejekku, meneriakiku, menjailiku, menggangguku, mengirimiku pesan pendek, memberiku senyum pada bingkai tawamu, dan teruslah menghujamku dengan gombalan-gombalan mautmu. Aku suka semua itu. Aku menyebutnya sebagai tanda. Tanda bahwa kau peduli padaku. Baiklah, asumsikan bahwa aku kegeeran. Ya, aku memang geer. Tapi tetap saja aku masih tidak mengerti tanda apa ini. Mungkinkah ini cinta? Aku terlalu takut menerima kenyataan bila cinta yang ku maknai di dalam tanda ini bukanlah makna yang ingin kamu sampaikan. Wah kalau benar begitu, berarti aku memang benar kegeeran ya. Tapi tidak mengapa, hal itu sama sekali tidak masalah. Ketidakjelasanmu tidak membuatku putus asa. Yang ingin ku sampaikan hanyalah terima kasih karena telah menghadirkan linimasa yang sangat menarik, terima kasih karna telah mengizinkanku menjadikan linimasa-mu sebagai makanan sehari-hari, terima kasih karena telah membiarkan diriku mengkontaminasi hidupmu. Maaf karna telah menyukaimu, maaf karna telah mengagumimu, maaf karna telah merumahkanmu di hatiku. Dan maaf yang paling besar, karna telah mencintaimu.
Tertanda, penikmat setia timeline-mu.
No comments:
Post a Comment