Teruntuk yang pertama,
Ibu, apa kabar? aku tau Ibu akan selalu baik. tau kenapa aku tulis surat ini? tak perlu Ibu pikirkan jawabannya. aku hanya ingin membuat Ibu terkejut. ada apa gerangan dengan surat ini? tidak, Bu. tidak ada apa-apa. tidak ada masalah yang berarti.
Bu, ingat ketika pertama kali mendapat kabar bahwa dirimu mengandung? sedang mengandung anak pertamamu. aku. ingat, Bu? bagaimana bahagianya?
lalu ingat ketika aku mulai menendang-nendang perutmu, Bu? aku merasa sempit. mungkin karna perawakanmu yang kecil sehingga rahimmu juga tak terlalu besar. tak perlu khawatir, aku nyaman di dalam sana, Bu. sampai waktunya aku tak lagi bisa tinggal di rahimmu.
aku bisa mendengar percakapan yang kau lakukan. dengan seorang lelaki yang selalu menemanimu. dengan dokter. atau siapapun. ketika dokter telah memperkirakan tanggal kelahiranku, aku menyusun rencana, Bu. untuk lebih mengejutkanmu. aku diam tak bereaksi selama empat hari selepas tanggal perkiraan dokter. aku tau kau cemas, Bu. aku dengar dokter bilang "kalo sampai besok jam 10 gak ada reaksi, berarti anak ibu meninggal".
percayalah, Bu, aku masih hidup di dalam rahimmu. keesokan harinya aku mulai bereaksi lagi. masih ingatkah, Bu?
tiba waktunya kau berjuang melahirkanku. dokter dan suster mengupayakan kerja terbaik. untukmu, Bu. dan bayimu. aku.
akhirnya aku lihat dunia! aku lihat lelaki itu. aku juga melihatmu, Ibu. terbaring lemah di kasur rumah bersalin dengan keringat mengucur deras dan air mata bahagia. hasil perjuangan demi titipan Tuhan.
terimakasih untuk semua rasa sakitmu, Bu. untuk hangat rahimmu, ASImu yang segar, tangan lembut yang bantu aku tumbuh sampai seperti ini. kau adalah pahlawan, Bu.
sampaikan salamku untuk seorang yang selalu bersamamu, yang kau telah ajarkan aku untuk memanggilnya "Ayah".
Tertanda,
Bayimu yang beranjak dewasa
No comments:
Post a Comment