Masih ingatkah kamu? Hari pertama kita bertemu. Tak terasa sudah hampir tujuh tahun berlalu sejak itu.
Waktu itu, Sekolah Menengah Atas memulai tahun ajaran baru. Itu adalah hari-hari pertamaku mengenakan seragam putih abu-abu. Sementara dirimu bersiap akan menjalani tahun terakhirmu.
Di sanalah kita, dua orang siswa SMA, adik kelas dan kakak kelas, siswa baru dan senior tingkat akhir. Kita belum saling mengenal, hanya saling memandang dari kejauhan. Yang aku ingat jelas, aku hanya dapat melihat dirimu. Walaupun kau dikelilingi banyak temanmu, aku hanya dapat melihat dirimu.
Masih ingatkah kamu? Hari terakhir kita bertemu. Tak terduga sudah satu tahun berlalu sejak itu.
Waktu itu, awal bulan Oktober, malam hari dan hujan turun, di dalam mobil di depan rumahku. Erat kau genggam tanganku sambil mengucapkan kata maaf. Air mata membasahi pipi kita berdua. Aku ingat, sepanjang aku mengenalmu, itu adalah kedua kalinya aku melihatmu menangis di hadapanku.
Tak ada pelukan, tak ada ciuman, tak ada lambaian tangan, tak ada senyuman. Seburuk itukah perpisahan kita setahun yang lalu? Aku menghamburkan diri keluar dari mobil, berlari masuk ke rumahku. Tanpa menengok ke belakang lagi, tanpa melihat wajahmu lagi. Apakah kau masih menangis waktu itu? Atau tangisanmu telah berhenti? Dan kau pun pergi begitu saja. Hingga detik ini, bahkan melihatmu dari jauh saja pun aku tak pernah lagi.
Aku tak tahu mengapa pastinya aku menulis surat ini untukmu. Memang kau bukan orang pertama yang lagi terlintas di pikiranku. Namun aku ingin memberikan sesuatu yang terakhir untukmu. Mungkin sebagai salah satu wujud terima kasihku, atas segalanya, padamu.
Setelah ini akan ada 29 surat lagi untukmu. Sebelumnya aku memang telah banyak menulis tentangmu. Semoga ini menjadi yang terakhir.
Setelah ini semua, mungkin aku tak akan menulis untukmu lagi. Semoga.
Oleh --@mashitafandia
diambil dari http://mashitafandia.tumblr.com/
No comments:
Post a Comment