Teruntuk kekasihku, Auliyah Izzaty.
Ada secuil bahagia yg aku rasakan ketika nantinya kau membaca surat ini. Selain karena mendapat sedikit perhatianmu untuk membaca surat ini, bahagia itu juga datang karna aku merasa geli saat membayangkan bola matamu yg indah itu naik-turun ketika mengikuti kata demi kata dalam suratku ini. Aku tak tahan untuk membuat surat ini, ada sekantung rindu yg semakin hari semakin memenuhi sudut terdalam hatiku, membuat semua yg aku lakukan menjadi berat. Berat karena aku harus menjalani semuanya tanpa melihat senyum mu. Ya, senyum mu semacam pusat kebahagiaan hari-hariku. Indahnya senja seakan tiada artinya tanpa dihiasi oleh lengkungan manis bibirmu. Begitulah aku mendefiniskan bahagiaku, semuanya serba kamu.
Bicara tentang senja, aku ingin memamerkan senja indah dibalik bukit tempatku bekerja saat ini. Suatu saat, aku ingin kau ada di bukit itu, bersamaku, bergandeng tangan, mengaggumi senja jingga bersama, memanjakan kedua mataku dengan senyum mu, membuat iri rumput-rumput liar disana. Sesuatu yang sangat aku cita-citakan kelak, dan aku sangat ingin mewujudkannya. Semoga.
Aku rindu semua tentangmu, aku rindu memencet tombol dibalik pagar rumahmu, aku rindu melihatmu muncul dari balik pintu, dengan daster lusuh yang menurutmu sangat nyaman kau pakai, dan dengan raut wajah khas kau bergegas membukakan pagar, untukku. Terasa ada yg bergetar ketika kau meraih tanganku dan menciumnya, membuatku merasa sangat dihargai sekaligus disayangi. Aku merindukan salah satu moment favoritku, ketika aku, kau dan ibumu, diteras samping rumahmu, membicarakan tentang kemanjaanmu. Aku sangat menikmati saat-saat itu.
Aku ingin secepatnya menemuimu, tapi disini semuanya serba sulit. Seperti halnya dirimu, aku terbentur dengan rutinitas yang berhubungan dengan masa depan. Awal bulan ini aku mendapat izin untuk pulang ke kotamu, kota kita. Tak lama memang, tapi waktu yg hanya singkat itu setidaknya bisa mengobati sedikit kerinduanku akan semuanya yg berhubungan dengan dirimu, senyummu, candaanmu, kerianganmu, dan semuanya. Satu purnama lagi kita akan bertemu, dan aku tak sabar untuk itu.
Kekasihmu,
Ada secuil bahagia yg aku rasakan ketika nantinya kau membaca surat ini. Selain karena mendapat sedikit perhatianmu untuk membaca surat ini, bahagia itu juga datang karna aku merasa geli saat membayangkan bola matamu yg indah itu naik-turun ketika mengikuti kata demi kata dalam suratku ini. Aku tak tahan untuk membuat surat ini, ada sekantung rindu yg semakin hari semakin memenuhi sudut terdalam hatiku, membuat semua yg aku lakukan menjadi berat. Berat karena aku harus menjalani semuanya tanpa melihat senyum mu. Ya, senyum mu semacam pusat kebahagiaan hari-hariku. Indahnya senja seakan tiada artinya tanpa dihiasi oleh lengkungan manis bibirmu. Begitulah aku mendefiniskan bahagiaku, semuanya serba kamu.
Bicara tentang senja, aku ingin memamerkan senja indah dibalik bukit tempatku bekerja saat ini. Suatu saat, aku ingin kau ada di bukit itu, bersamaku, bergandeng tangan, mengaggumi senja jingga bersama, memanjakan kedua mataku dengan senyum mu, membuat iri rumput-rumput liar disana. Sesuatu yang sangat aku cita-citakan kelak, dan aku sangat ingin mewujudkannya. Semoga.
Aku rindu semua tentangmu, aku rindu memencet tombol dibalik pagar rumahmu, aku rindu melihatmu muncul dari balik pintu, dengan daster lusuh yang menurutmu sangat nyaman kau pakai, dan dengan raut wajah khas kau bergegas membukakan pagar, untukku. Terasa ada yg bergetar ketika kau meraih tanganku dan menciumnya, membuatku merasa sangat dihargai sekaligus disayangi. Aku merindukan salah satu moment favoritku, ketika aku, kau dan ibumu, diteras samping rumahmu, membicarakan tentang kemanjaanmu. Aku sangat menikmati saat-saat itu.
Aku ingin secepatnya menemuimu, tapi disini semuanya serba sulit. Seperti halnya dirimu, aku terbentur dengan rutinitas yang berhubungan dengan masa depan. Awal bulan ini aku mendapat izin untuk pulang ke kotamu, kota kita. Tak lama memang, tapi waktu yg hanya singkat itu setidaknya bisa mengobati sedikit kerinduanku akan semuanya yg berhubungan dengan dirimu, senyummu, candaanmu, kerianganmu, dan semuanya. Satu purnama lagi kita akan bertemu, dan aku tak sabar untuk itu.
Kekasihmu,
dikirim @ariwiant dari http://ariw-ariw.blogspot.com/2012/01/teruntuk-kekasihku-auliyah-izzaty-ada.html?spref=tw
No comments:
Post a Comment