Dear, Daniella.
Aku harap kamu tidak marah padaku. Ya, setelah
beberapa tahun belakangan ini aku tak pernah menyapamu. Tak pernah lagi
melewati malam-malam-sesi-curhat ala kita, walau selalu hanya aku saja
yang bercerita, dan hanya kamu saja yang setia mendengarkan.
Daniella,
akhir-akhir ini kamu jarang kelihatan. Mengapa? Apa kamu memang sengaja
menghindariku? Apa kamu marah padaku? Atau karna akhir-akhir ini sering
hujan? Ya, aku tentu masih ingat kamu tak pernah suka hujan. Setiap
hujan datang, kamu selalu mengurung diri di rumahmu, tak mau keluar.
Sesungguhnya
aku merindukan momen-momen keakraban kita dulu. Setiap malam aku selalu
menemuimu, bercerita kepadamu tentang banyak hal. Tentang sekolah,
keluarga, teman-teman, juga tentang hati. Banyak hal telah kuceritakan,
banyak hal telah kamu dengarkan. Kamu adalah pendengar setia, sekaligus
penjaga rahasia yang paling baik. Tak pernah sedikitpun kamu bocorkan
rahasiaku kepada orang. Karena itu aku selalu nyaman bersamamu. Aku
nyaman, oleh binarmu yang mampu teduhkan hati yang lara. Oleh pancar
kasihmu yang selalu mampu ku rasa.
Daniella, kamu ingat
pembicaraan terakhir kita? Sekitar empat setengah tahun lalu. Malam itu
aku bercerita di mobil, sedang dalam perjalanan entah kemana. Aku
menangis diam-diam karena seorang lelaki yang telah membuatku patah
hati. Seisi mobil tak ada yang tau, aku hanya menunjukkannya di
hadapanmu. Untung saja di dalam mobil gelap. Aku ingat kamu berbisik,
‘sudahlah, sayang. Dia akan menyesal telah menyakitimu.’ Dan kamu tau?
Benar saja, dia kembali lagi padaku meminta maaf, namun tentu saja aku
tak mau. Rasanya sudah cukup.
Daniella, walau sudah tak pernah
lagi bercerita padamu karena aku yang beranjak dewasa, bukan berarti aku
sudah benar-benar dewasa. Aku, sahabat kecilmu, tak pernah bisa menjadi
berani sepertimu. Berani berbeda, bersinar paling terang di antara yang
lainnya. Seperti arti namamu yang kuganti semauku menjadi Daniella,
karena Daniel artinya orang yang pemberani, dan ku tambahkan La karena
kamu wanita.
Daniella, kamu tetaplah bintangku yang paling
terang. Sahabat kecilku yang paling setia. Walau kamu tak lagi menjadi
tempatku berbagi cerita, namun memandang cahayamu di langit tanpa
berkata apa-apa saja sudah membuatku tenang. Walau aku sudah beranjak
dewasa, aku tau kamu kamu selalu disana, di langit, memancarkan sinarmu
yang lebih terang dari bintang lainnya, berkelap-kelip mengawasiku
sambil tersenyum, lalu berkata:
“Aku selalu ada untumu, Beatrice.. Dan aku menyayangimu dari sini.”
PS: Sekarang aku sudah punya dia yang selalu ada untukku membagi
cerita. Aku yakin kamu sudah pernah melihatnya. Kapan-kapan aku kenalkan
ya..
- @beatricearuan
No comments:
Post a Comment