Anak-anakku tersayang,
Saat kalian membaca surat ini Ayah sudah tidak ada lagi. Ayah tidak
tahu apakah kalian sedang menangis sedih atau sedang tertawa bahagia.
Ayah harap yang pertama. Ayah tahu kalian lebih dekat pada almarhum ibu
kalian dan tidak terlalu dekat dengan ayah sejak kecil, tapi kalian
tetap anak ayah. Dan ayah berharap kalian mencintai ayah sebesar ayah
mencintai kalian.
Anak-anakku tersayang,
Tidak banyak yang bisa ayah tinggalkan. Hanya beberapa benda kenangan
yang sangat berharga bagi ayah. Dan walaupun rasanya itu tidak cukup
banyak untuk menunjukkan rasa cinta ayah pada kalian, tapi ayah merasa
kalian harus tahu dan mendapatkan sesuatu dari ayah. Untuk itulah ayah
menuliskan surat ini. Mudah-mudahan ayah cukup adil pada kalian.
Untuk anakku Toni,
Kau adalah anak paling besar. Kaulah yang paling lama kenal dengan
ayah. Ayah rasa kau berhak mendapatkan sepeda ayah. Kau tahu, sepeda
itulah yang telah menghidupi kita sejak awal. Dengan sepeda itu dulu
ayah bisa bekerja mencari nafkah setiap hari. Sepeda itu adalah barang
milik ayah yang paling berharga. Kau harus merawatnya baik-baik. Setiap
kali melihatnya, kau harus selalu ingat awal perjuangan ayah dulu. Dan
kau harus meneruskannya, nak. Beri contoh yang baik untuk adik-adikmu.
Kau adalah pemimpin mereka sekarang.
Untuk anakku Soni,
Kau anak ayah yang paling pintar di sekolah. Ayah selalu bangga
padamu tiap kali menerima raport di sekolahmu. Kau yang paling berhak
menerima pulpen kesayangan ayah. Kau tahu, pulpen itu telah membantu
ayah bertahun-tahun, dan menemani ayah sejak awal. Simpanlah, nak, dan
ingatlah bahwa tangan ayah selalu memegang pulpen itu setiap hari.
Kelak, ketika kau harus memutuskan suatu hal yang penting, ingatlah
bahwa banyak keputusan ayah dilakukan bersama pulpen itu. Ayah harap itu
bisa menyemangatimu, nak.
Untuk anakku Diana,
Kau anak perempuan ayah satu-satunya. Kau tahu kadang-kadang ayah
pikir ayah menyayangimu lebih dari yang lain. Tapi ayah tak pernah bisa
menunjukkannya. Ayah menyesal kita tak bisa dekat satu sama lain seperti
ayah-ayah lain dengan anak perempuannya. Maafkan ayah, nak. Untukmu
ayah tinggalkan buku harian ayah. Ayah harap kau bisa mengenal ayah
lebih dekat melalui buku harian itu. Kau bisa tahu betapa ayah sangat
menyayangimu. Oya, kaulah sekarang yang bertugas untuk mengurus
kakak-kakakmu. Ingatkan mereka saat mereka lupa. Bangkitkan mereka saat
mereka terjatuh.
Anak-anakku tersayang,
Barang-barang yang ayah tinggalkan untuk kalian itu memang tidak
banyak, namun itu adalah barang-barang yang paling berharga.
Barang-barang yang paling ayah sayangi. Seperti kalian. Rasanya
barang-barang paling sarat kenangan dalam hidup ayah itulah yang paling
pantas untuk kalian. Biarkan barang-barang yang lainnya seperti rumah,
villa, dan mobil menjadi milik ibu tiri kalian. Barang-barang itu tak
ada harganya. Tak ada gunanya bagi kalian. Dan jika kalian rindu pada
ayah, ayah harap warisan ayah untuk kalian itu dapat sedikit mengurangi
rasa rindu itu. Ayah sungguh sayang pada kalian, nak.
Peluk cium ayah menyertai kalian selalu.
- @bernardls
No comments:
Post a Comment