“She may be the face I can't forget , the trace of pleasure or regret, May be my treasure or the price I have to pay.. She may be the mirror of my dreams, the smile reflected in a stream. She may not be what she may seem. Inside her shell..”
Kepada Senjaku,
Aku baru saja selesai membaca suratmu, aku membacanya di lampu merah pertama menuju kantor. Sore, begitulah nama yang tertera di belakang amplop surat yang kuterima siang kemarin. Aku langsung menyadari itu darimu, sebungkus rindu yang kamu samarkan dengan membalik namaku dan langit tempatmu terlahir.
Senjaku, kabarku baik, aku sehat, tapi jangan tanyakan tentang rinduku. Aku kumpulkan setiap tetes rindu yang tercipta tiap kali namamu terlintas di kepalaku di dalam sebuah cawan anggur, agar bisa kita nikmati berdua saat tatap kita tak lagi terpisah senti. Agar dahaga kita lebur dalam kesejukan peluk yang akan membuat kita mabuk.
Sayang.. Bagaimana kabarmu? Bagaimana luka di hatimu? Maaf.. aku membuatnya basah lagi dengan sebuah kepergian, maaf.. aku belum bisa merawat luka yang kutorehkan atas nama cinta. Maaf, Senja..
Hari ini pekerjaan kantorku banyak sekali, aku membalas surat ini disela-sela aku membuat laporan keuangan yang dinanti bos sebelum sore datang. Ah, mau kubakar rasanya tumpukan dokumen yang tergeletak di atas mejaku, mau kujadikan abu. Seperti buku takdir Tuhan yang memisahkan kita, mau kucuri, lalu kuhanguskan hingga tak ada lagi goresannya yang bisa menjauhkan kita.
Senja, entah telah berapa kali aku memintamu bersabar, sungguh.. aku merasa tak berguna, lelaki macam apa aku, yang hanya bisa meminta kekasihnya terus bersabar, menanti sendirian melalui malam-malam yang gaduh akan sunyi.
Sayang, istriku baik-baik saja. Akan kusampaikan salammu kepadanya, aku juga berjanji akan merawatnya dengan baik, seperti janjiku kepadamu dulu. Sayang.. aku mohon, jangan lelah menungguku. Jangan bosan mengumpulkan rindu kita. Jangan pernah berhenti menulis mimpi-mimpi kita, biar nanti bisa kubayar segala sepi yang kamu rasa disaat jemariku kembali bisa membelai rambut panjangmu.
Dengar Elvis Castelo, Senja.. She. Seperti itulah kamu di hatiku. Dulu dan sampai saat ini.
“She may be the reason I survive, the why and wherefore I'm alive. The one I'll care for through the rough in ready years. Me, I'll take her laughter and her tears, and make them all my souvenirs , for where she goes I've got to be the meaning of my life is..”
hey lihat, Senja di kotaku, kuambil gambar ini hari minggu kemarin. Cantik, seperti kamu.
Senja Sarasvati, aku mencintaimu.
Eros Dewangga.
#NowPlaying Elvis Castelo -She-
(Part. 2 bersambung.. )
Oleh: @ekaotto
Diambil dari: www.ekaotto.tumblr.com
No comments:
Post a Comment