dear rafael,
“pada daun jatuh, Tuhan menyiapkan musim gugur—agar segalanya menjadi indah dan tak sia-sia”.__
ini penggalan sajakmu yang kau tulis untukku di lembar pertama buku
puisimu.
membacanya, aku serupa berada di danau tenang, duduk bersama angin (yang
memainkan anak-anak rambutku), mendengarkan celoteh pipit di dahan
akasia.
aku betah berada di rumah kecilmu, sebuah pondok dengan rimbun teduh
aksara, di tepian danau puisi.
aku juga suka mengulang-ulang perjalanan pagi, siang, malamku dengan
serenda penidur hujanmu.
membaca puisimu serasa ada beban yang terangkat dari hatiku. menatap
deret huruf itu serasa ada tangan yang membelai lembut pikiranku.
semuanya terasa menyenangkan, menenangkan.
bagiku, hadirmu lebih dari sekadar huruf. lebih dari itu, Tuhan sudah
menghadirkanmu di takdirku. menjadikanmu bagian terhebat hidupku.
(kelak) aku akan singgah sejenak di berandamu yang hangat. di sebuah
rumah tempat cintamu berdiam. mungkin secangkir puisi dan sepiring
senyuman bisa kau suguhkan untukku.
“Kini hujan datang membangun ingatan. kau dan aku terus membangun rindu. maka singgahlah sejenak—di manapun kini ada kita”
aku pasti akan singgah. seperti katamu, di manapun kini ada kita.
ps : titip salam untuk angin (psssttt ini rahasia kecil kita)
salam,
amalia
surat @ama_achmad untuk @opiloph
No comments:
Post a Comment