Semiotika. Ilmu tentang tanda. Memaknai tanda-tanda. Ia terlahir, karena ciptaan luar biasa ini, manusia, adalah makhluk penuh simbol. Senang sekali berkesempatan mempelajaro disiplin ilmu ini. Menyibak satu demi satu, lapis demi lapis tanda-tanda yang tersirat dalam setiap sisi hidup manusia.
Seperti juga memaknai tandamu. Tanda-tanda yang tersiratkan dalam kebersamaan kita di sekolah. Pada kegemaran kita. Dalam setiap tatap mata yang bertemu. Pada setiap hasrat yang tak terucap lugas. Pada pesan pendekmu, pada gambar senyummu, pada bingkai tawamu, pada aksara-aksaramu. Pada setiap sepimu. Setiap jarak yang membatasi.
Nafas panjang. Belum ku pahami tanda apa itu. Meski memaknai tanda adalah sebuah interpretasi yang bebas merdeka, tetapi tanda-tandamu membutuhkan respon “saling”. Mungkinkah ini cinta? Itulah mengapa kukatakan butuh respon “saling”. Cukup cemas bila cinta yang ku maknai bukanlah makna yang ingin kamu sampaikan untukku.
Berulang kali ku suarakan dalam aksara-aksara, tentang hatiku, tentang rindu, tentang penantianku. Tolong perjelas tandamu. Aku butuh lagi dan lagi. Tenang, aku tetap menunggu satu dua minggu. Belum juga akan tetap ku tunggu dua tiga bulan. Emmm ternyata tanda mu belum terlalu jelas. tetap ku tunggu sampai 4 lima tahun. Kini sudah hampir 7 tahun, masih ku menunggu,dan kunyanyikan sebuah penantianku. Aku hanya menyanyikannya, lagu dari Abdul and The Coffe Theory “Tiada Batas (Menunggu). Dengarlah!
Beginilah caraku untuk memberikan tanda-tanda bagimu. Tanda aku mencintai dan menginginmu dalam hidup bersama.
7 tahun ini bisa jadi tandamu memang belum jelas. Ketidakjelasan adalah sebuah penanda. Tapi ketidakjelasan tidak membuatku putus asa. Mencintaimu adalah hal yang sangat menyenangkan. Mengisi
aktivitasku. Terima kasih telah mengajarimu tulus mencinta.
oleh:
diambil dari: http://dorotea1.wordpress.com
No comments:
Post a Comment