Teruntuk, Gea Oktaviani Putri, @ghe_oktav,
di Surga.
Hai, Ge. Apa kabarmu di surga sana? Apakah kau masih mengingatku? Orang yang dulu pernah begitu mencintaimu, dan teramat kaucintai.
Entah, apakah Pos Cinta ini dapat mengirimkan suratku sampai ke surga atau tidak. Namun aku hanya ingin menulis, karena aku rindu dirimu, yang dulu selalu mengajarkan sajak-sajakku agar dapat merangkai dirinya sendiri dengan indah.
Oiya, sudah hampir 4 bulan kamu pergi. Masih se-tegar dulu kah, kamu? Masih se-kuat dulu kah, kamu? Masih se-ceria dulu kah, kamu? Aku yakin, Tuhan membuatmu bahagia di sisi-Nya. Mungkin melebihi bahagiamu kala bersamaku.
Setahun. Mungkin membuatku belum cukup mengenalmu. Namun, entah mengapa aku begitu meyakini perasaanmu padaku, kala kita melakukan permainan bodoh, “Revisi Cinta”. Kala kau menitihkan air matamu, sembari berkata “Tak ada satu hal pun yang ingin ku ubah darimu. Aku terima apa adanya kamu”. Aku masih suka terharu jika mengingat ekspresimu kala itu.
Aku juga masih mengingat dengan jelas, bagaimana aku melihatmu menangis di Bandara kala itu. Saat itu, aku takut, bahwa itu adalah air mata terakhir darimu yang bisa kulihat. Aku takut, itu akan menjadi salam perpisahan darimu. Dan aku tak tahu, harus menangis bahagia, atau menangis sedih, untukmu.
Sampai akhirnya, aku harus benar-benar menerima kenyataan, bahwa Tuhan lebih menyayangimu. Hari itu, Ge, tak akan pernah kulupa. Hari terakhir di mana kita bertemu di dunia. Hari terakhir aku mengecup keningmu dengan cinta. Ge, kini ada sebuah pembatas yang memaksa kita untuk rela. Batas Dunia. Demikian aku menyebutnya. Walau demikian, namamu masih menjadi salah satu lirik dalam setiap lantunan doa, yang kunyanyikan kepada Yang Kuasa.
Hingga akhirnya, aku hanya bisa berharap, semua akan baik-baik saja. Seperti saat kita masih bersama. Dan Batas Dunia, nantinya akan mengembalikan kebersamaan kita.
Tertanda, Irfan Azizul Azhar, @bangajijul
No comments:
Post a Comment