Hai Goldie, apa kabar? Apa kabar pula Yukon? Tempat kita dulu pertama kali bertemu. Musim dinginnya masihkah begitu menusuk? Dan musim seminya apakah semakin indah? Kita tidak tahu lagi bukan? Entah dimana kita sekarang. Entah di mana kau sekarang…
Kau ingat saat pertama kali bertemu? Kau begitu cantik dan sombong. Aku hanyalah seorang miskin pemarah yang datang mencari emas dari Glasgow. Hmph, miskin pemarah. Kita begitu menyebalkan, muda dan menyebalkan. Kurasa jika kita bertemu, masih akan seperti itu.
Aku terlalu sibuk untuk memikirkan cinta, ada tambang emas menanti di balik gunung. Hanya itu yang dipikiranku. Apa kau mencemoohku Goldie? Bersama dengan orang-orang di kota, apa kau juga ikut menyebutku sebagai bebek pemimpi? Aku tak peduli dengan mereka Goldie. Aku juga tak peduli dengan apa yang kau pikirkan. Kau begitu cantik dan sombong, akupun begitu. Kita begitu menyebalkan.
Kekayaan, hanya itu yang ada dipikiranku Goldie, karena aku tahu keluargaku di Glasgow hidup sulit, hanya aku anak laki-laki mereka. Aku sangat sayang pada ayah, ibu dan adik-adikku. Aku tidak boleh pergi membawa harapan mereka dan kemudian hanya kembali dengan membawa kisah-kisah gagal dan pakaian usang. Ambisi memenuhi kepalaku, Goldie. Aku harus kaya dan sukses. Aku juga harus membuktikan dengan pencemooh di kota, bahwa aku mampu mendapatkan tambang emas itu. Mereka hanyalah sekumpulan pemalas yang omong besar, masih sempat-sempatnya saja mengata-ngataiku setiap ada waktu luang. Lebih baik mereka bekerja daripada kerjanya cuma minum-minum di bar milikmu! Bah! Pantas saja mereka miskin!
Ah, aku marah-marah bahkan dalam surat.
Aku hanya sedikit memikirkanmu Goldie.
Tapi kau begitu menyebalkan. Karena itu, mungkin secara tak sadar, aku menginginkanmu. Ingin menaklukkan kesombonganmu itu karena itu sangat menggangguku. Tapi semua itu kudorong jauh-jauh ke belakang pikiranku.
Ada hal yang lebih penting Goldie. Kurasa kaupun setuju. Atau kalau boleh kuperjelas, topeng sombongmu itupun setuju. Aku takkan melukai perasaanmu dengan mengatakan kau menganggap aku begitu penting karena pasti itu akan membuatmu terhina. Aku sendiri, juga memikirkan hal yang sama. Kau bukanlah apa-apa bagiku Goldie. Dan aku bukan apa-apa bagimu. Cukuplah begitu.
Dan sekarang lihat apa yang terjadi pada kita. Aku disini, di Kota Bebek, sebuah nama yang aneh andai saja kau bisa melihat bahwa penghuninya lebih banyak anjing, dan hanya ada dua keluarga bebek. Aku duduk dalam gudang uangku yang berbentuk persegi, diatas bukit yang paling tinggi di kota ini. Sendirian, di ruang kerjaku, bukannya menghasilkan uang, tetapi menulis sebuah surat yang tak tahu ke mana harus kukirimkan. Tidakkah itu membung-buang waktu? Waktu adalah emas Goldie, tapi kerinduanku pada rambutmu yang keemasan membuatku merelakan emas-emas yang lain yang mungkin bisa kudapatkan. Kerinduan ini sudah teramat sangat, terlalu lama kusimpan, terlalu lama aku dorong ke belakang karena aku begitu menyayangi waktu-waktu berhargaku. Tapi kali ini pertahananku runtuh.
Kau menghilang Goldie, dan aku tak bisa menemukanmu lagi. Kebakaran malam itu tetap tak bisa meruntuhkan kesombongan kita berdua, sampai akhirnya kita terpisah seperti ini, sebelum bisa saling mengatakan apa-apa.
Apa kau masi hidup, di negri antah berantah sana? Apa kau masih bekerja di bar dan membuat bebek-bebek lain tergoda dengan kecantikanmu. Aku tak yakin kau sudah menikah, karena bebek mana yang bisa menaklukkan hatimu yang sekeras batu? Aku harap kau tidak hidup sendirian, dimanapun kau berada. Karena aku disini memiliki keponakan yang sangat menyenangkan, walaupun salah satunya sangat bodoh dan pemalas, tapi aku punya keluarga yang menakjubkan disini, teman saat berpetualang di penghujung umurku yang mungkin sudah tidak akan lama lagi.
Atau kau mungkin sudah berpindah ke sisi yang lain? Jika ya, aku minta maaf karena kau harus menunggu lebih lama lagi untuk mulai mencemoohku. Aku sudah sukses sekarang Goldie, jauh lebih kaya daripada saat aku masih penambang emas (bahkan saat itu kaus sudah berniat untuk mencuri dariku). Tapi jika aku mengingatmu, maka yang terlintas dibenakku adalah sebuah kenangan atas kegagalan yang paling aku cintai.
Kurasa harus sudah kuakhiri suratku ini, Goldie. Tiap detik yang kubuang adalah detik-detik penghujung dari orang tua yang masih haus petualangan. Kau mengenalku, dan kurasa kau akan lebih suka jika aku menghabiskan waktu dalam bahaya dan kerumitan bisnis daripada duduk di sini, seperti pemalas yang menuliskan surat yang jika diteruskan, takkan ada habisnya. Kurasa, diriku yang itulah yang membuatmu jatuh cinta padaku.
Dan diakhir surat, aku membuatmu kesal. Aku ingin melihat dan mendengar kekesalanmu. Dan supaya kau tahu, aku juga kesal untuk menuliskan, aku juga mencintaimu untuk kesombonganmu.
Dari seekor bebek yang takkan pernah berhenti bertualang mencari kekayaan
Goberoleh: @sauqina
diambil dari: http://sauqina.tumblr.com
No comments:
Post a Comment