(sebuah surat cinta)
Sabar ya Nak, sabar..
di saat kita bukan siapa-siapa
tak punya wewenang
tak ada kuasa
tak berpangkat dan berjabatan
yang paling gampang memang mangap selebar-lebarnya, berteriak
yang paling mudah memang menuding dengan segenap jari jemari
tapi sesungguhnya bapak dan ibumu ini ya ragu,
apakah kami memang sudah sempurna juga ya?
malu tho nak, mengeluhkan pekarangan orang yang kotor dan rusak
ternyata dalam rumah kita sendiri, kamar bahkan mungkin tempat tidur kita sendiri debunya tebal..
memang nak, baru debu.. belum jadi lumpur
tapi katanya, sedikit-sedikit lama kelamaan menjadi bukit lho..
takutnya bapak ibumu ini,
terlalu sibuk mengurusi pekarangan orang itu,
si debu di rumah kita menjelma jadi lumpur pun bisa-bisa kami tak sadar
Sabar ya Nak, Sabar…
sebab bapak ibumu ini ya nggak bisa memastikan
seperti apa nanti masa depanmu
barangkali kepintaranmu akan membawamu
pada pangkat yang tinggi, jabatan yang hebat
yang artinya juga.. amanah yang besar???
bapak ibumu ini ya deg-degan
apa bisa cukup kasih kamu sangu iman dan kekuatan hati
buat menghadapi godaan di jamanmu nanti
karena pasti ada godaan nak.. pasti banyak
bahkan mungkin jauh lebih ‘nggilani daripada godaan di jaman bapak ibumu ini
lha wong sekarang saja kadang susah bagi kami
kalau sudah berbentur dengan kepentinganmu,
kebahagiaanmu.. urusanmu
rasanya kami ingin segala yang ‘paling’ bisa kami sediakan buatmu
ya mungkin dengan kecil-kecilan mengabaikan kaidah benar salah
yang penting kallian bahagia dan nyaman.. begitu kah?
[ … Astaghfirullah.. Maafkan kami ya Allah
jangan-jangan sering kami berkolusi dan bernepotisme,
mengkorupsi amanah yang kami emban, demi alasan memberikan yang terbaik buat anak-anak??… ]
Sabar ya Nak.. Sabar
nanti kamu pun akan sampai pada giliranmu
buat membuktikan kamu bisa tidak korupsi
atas segala hal, dari yang terkecil dan tersembunyi,
apalagi yang jelas tampak mata
nanti ya nak,
kalau kamu ada kuasa, ada pangkat, ada amanah
baru nanti itu akan teruji
bagaimana bentuk jiwamu
bagaimana bangunan integritasmu
seberapa utuh nuranimu
bukan sekarang nak..
sekarang waktunya bapak ibumu ini
buat menanam rasa malu di dalam benak dan hatimu,
bila dirimu sampai mengambil hak orang lain
buat mengajari rasa bersalah dalam dirimu,
jika perbuatanmu merugikan orang lain
buat mendidikmu artinya aib,
bila mencemooh perbuatan orang lain, tapi diri sendiri sebetulnya melakukan hal yang sama
Sabar ya nak, Sabar…
sekarang biar bapak ibumu dulu bekerja keras
mengisi pundi-pundi kantong sangu-mu
dengan pelajaran kejujuran
dari yang sepele dan remeh
dari mulai matamu terbuka di pagi hari
sampai menutup beristirahat di malam nanti
Bersabar ya Nak,
anteng-anteng tunggu giliranmu..
dan bila saatnya tiba
ada atau tiada bapak ibumu ini di sampingmu
semoga kuatlah pertahanan hatimu, selalu…
Be a good sport, Nak ; follow the rules, don’t cheat and play fair.
oleh @nyi_demang
diambil dari http://kayla80.tumblr.com/
No comments:
Post a Comment