Bandung, 18 Januari 2012
Untuk kalian,
hari-hari yang sudah saya tinggal di belakang
Belum ada kata yang cocok untuk membuka surat ini. Belum, untuk kalian, masa lalu saya. Masa lalu bukan mesti beberapa tahun yang lalu. Masa lalu bisa saja berarti detik-detik yang terlewat seiring saya dan kamu melepaskan nafas. Masa lalu bisa saja berarti jam-jam yang terbuang saat saya memikirkan cinta pada kamu yang tak berbalas. Masa lalu bisa juga berarti hari-hari yang berlalu ketika saya terengah-engah berusaha tutupi jarak antara langkah kaki saya dan langkah kaki kamu yang semestinya beriringan.
Masa lalu, mengapa begitu sulit bagi kalian untuk pergi?
Bukankah kalian dicipta memang untuk menjadi ‘masa-masa yang harusnya berlalu’?
Bukankah semestinya saya melepaskan genggaman dari kalian, lalu menyambut genggaman lain dari si masa depan?
Jika kalian tetap betah tinggal di kepala saya, there’s no point in calling you : masa lalu. Benar begitu bukan?
Saya tau, adalah sebuah pilihan apakah seseorang ingin menghidupkan hidupnya oleh masa depan dengan melupakan masa lalu, ataukah membenahi masa lalu terus menerus tanpa berkesudahan. Bagi sebagian orang, poin kedua mungkin bisa dianggap sebagai masa depan.
Baiklah, begini saja. Kita berdamai.
Jika kalian masih ingin tinggal, tolong jangan sesaki hati saya oleh si jahat dendam. Tetapi jika kalian telah siap berjalan menjauh, mohon tinggalkanlah jejak-jejak tentang hati yang lapang, hati yang berani melepaskan, hati yang telah tumbuh lebih dewasa.
Masa lalu..
Tiada mungkin saya menggapai genggaman masa depan tanpa kalian yang sudi mengantar saya, lalu rela melepas di waktu yang betul-betul tepat. Dan tiada mungkin saya relakan kalian pergi begitu saja. Ada trilyunan senyum, kata syukur dan terimakasih saya titipkan.
Terimakasih untuk setiap momen-momen penuh tangis dan tawa. Terimakasih untuk pelajaran-pelajaran hidup yang lebih dari berharga. Terimakasih untuk segala sesal dan kecewa yang menuntut saya agar lebih dewasa. Terimakasih untuk semua harap dan doa yang belum terlaksana.
Masa lalu..
Tinggalkanlah saya dengan senyuman dan pelukan hangat. Akan saya balas dengan ucap haru dan ciuman sayang. Ingatlah, masa depan saya begitu berhutang budi pada kalian. Hati-hati di jalan..
Dari saya,
yang sebelumnya menggenggam tangan kalian terlalu erat
“There are no ‘shoulds’ in grief of letting the past go. If you want to keep those memories forever, you have permission to do so. Just because another person was ready to forget his/her past, doesn’t mean that you have to. Don’t do anything unless it really feels right to you.”
Oleh: @idrchi
Diambil dari: http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com
No comments:
Post a Comment