Aku hanya Separuh Sayap, tanpamu.
Kepada : Sayap Kiriku @MarrisaAmar (https://twitter.com/#!/MarrisaAmar)
Sepasang sayap terbang mengarungi cerita demi cerita, iyah sepasang sayap itu adalah kita yang terbang bersama mengikuti alur cerita yang dibawakan sutradara. Kau bilang kita sebagai manusia adalah penulis naskah yang menjadi sutradara yang juga adalah pelakonnya. Kau bilang bahwa manusia selalu mempunyai sepasang sayap yang akan saling menemani dan saling menjaga. Sayap yang akan membawa kita pada kebebasan untuk berimajinasi dimana (mungkin) matahari terbit di barat dan tenggelam di timur.
Kau mengajarkan nilai – nilai imajinasi yang begitu luas menembus cakrawala dunia kepadaku. Dimana panggung dapat disekat – sekat menjadi metapormosis dari hidup kita. Lampu sorot di atas panggung kau jadikan mentari terik sekaligus gelapnya malam. Dimana segalanya berjalan seturut dengan kehendakmu, karena kau adalah Tuhannya kami para sang lakon.
Apakah kau menyadari hal itu? Betapa bahagianya aku saat menjadi bagian dalam drama hidup yang kau tuliskan kisahnya adegan demi adegan, babak demi babak hingga kisah itu berakhir. Nur aini berjelaga arang, Wanita dan topeng retak – retak, dan akhirnya Ratayu. Menjadi lakon dalam guratan kisah yang kau tulis telah mengakar pada sukmaku. Aku menjadi manusia yang kau bentuk saat kau menjelma menjadi Tuhanku.
Tak terkira bangganya aku saat kau percayakan posisi Tuhan itu padaku dimana manusia – manusianya sudah kau bentuk. Mengarahkan mereka untuk bermain dengan karakter sesuai dengan alur hidup mereka di dalam naskah yang sudah kau buat bukanlah pekerjaan seorang amatir, yah dan ternyata aku masih amatir. Sorak sorai riuh para manusia yang menonton kisah hidup manusia lainnya di atas panggung saat cerita itu berakhir merupakan suatu hembusan napas panjang, akhirnya selesai sudah tugasku sebagai sutradara, Tuhan jelmaanmu.
Kau lihat ... bagaimana kau telah merasuk kedalam relung sukmaku hingga tidak ada kata berhenti untuk sebuah kata ‘karya’. Kau telah membuka mata ketigaku yang tertutup. Karena dulu aku hanya mampu melihat manusia bertopeng di atas panggung namun sekarang aku dapat melihat topeng – topeng manusia yang terlepas di atas maupun di luar panggung. Mungkin kau atau aku atau kitalah yang membuat topeng – topeng itu tercipta.
Yah, seperti yang sering kali kau katakan bahwa kita, manusia adalah penulis jalan hidup kita sendiri. Kita, manusia adalah sang sutradara. Dan kita, manusia adalah sang lakon.
Tapi, kau adalah sayap kiriku. Kau bisa terbang jauh mengarungi samudra dengan sayap – sayap lainnya. Karena kau adalah sayap kiri semua orang. Aku yang hanya punya satu sayap mengejarmu dengan tertatih – tatih dan kelelahan. Aku tidak bisa terbang bebas sepertimu dengan sayap yang hanya sebelah ini.
Berjanjilah bahwa kau akan kembali padaku, sayap kiriku, jika kau sudah puas terbang melihat samudra cerita dan lautan topeng di luar sana. Kembalilah dan menjadi sayap kiriku kemudian kita akan menjadi sepasang sayap yang terbang mengarungi cerita demi cerita kisah hidup manusia. Maukah kau?
Pssst :
Keberanianku seperti sayapku yang hanya separuh, maka kukirimkan surat ini dengan bantuan @PosCinta. Aku percaya @PosCinta akan mengirimkan surat ini khusus untukmu agar kau tahu betapa aku memujamu, betapa aku merindukanmu, dan betapa aku membutuhkanmu.
Dari : Manusia yang selalu ingin menjadi sayap kananmu.
No comments:
Post a Comment