Jangan GR Dulu, Ini Surat Untuk Sobatmu
Dear Aji (@bebekbakarmadu),
Maaf sebelumnya, terpaksa aku sasarkan surat ini untukmu karena sobatmu itu, yg sungguh ingin aku kirimi surat cinta sedari dulu, tidak juga membuat akun twitter. Tolong, mungkin kamu bisa menyampaikan padanya untuk menjadi lebih “gaul” selain selalu tampak ganteng. Mungkin dia tidak seganteng itu, tapi untukku, dia memang begitu.
Surat cinta ini aku tujukan untuk satu dari sekian banyak sobatmu, Denny Indra. Aku memang tidak punya kesempatan mengenal dia lebih jauh dengan menjadi teman dekatnya. Tapi seandainya dia pernah tahu, 4 tahun lebih yang lalu dia berhasil merusak pertahanan hati seorang anak perempuan. Matanya bagus, sangat bagus sampai-sampai bertatapan 5 menit dalam diam dengannya sudah sanggup membuat anak perempuan, yang bahkan belum tahu apa cinta, itu jatuh cinta. Anak perempuan yang tak lain adalah aku itu bahkan masih percaya sampai saat ini bahwa akan ada waktunya aku dan sobatmu itu berjodoh. Berjodoh dalam makna yang mana saja, tak sekedar berjodoh dalam kungkungan makna asmara.
Dia, yang mungkin adalah cinta pertamaku sangat susah aku lepaskan dari ingatan dan juga hati. Aku memang sudah jatuh cinta dan bahkan patah hati lagi beberapa kali selama ini, dengan orang yang berbeda. Entah apa namanya ini, tapi dia selalu punya tempat tersendiri di dalam diriku. Saat aku menjalin hubungan dengan seseorang, nama Denny Indra ini masih bisa membuat aku merasa punya tomat di kedua pipiku. Bukan aku tidak pernah benar-benar menyayangi pasanganku, hanya saja sobatmu terlalu tak mungkin aku singkirkan.
Apa yang kita rasakan saat kita jatuh cinta pada seseorang yang tidak bisa kita miliki? Sedihkah kita? Marahkah? Patah hati, mungkin begitulah kebanyakan orang menyebutnya. Tapi sobatmu yang begitu aku jatuhi banyak cinta itu tak pernah sekali pun membuat hatiku patah. Saat dia mengacuhkanku? Aku tersenyum, justru semakin meleleh dengan tatapan dinginnya. Saat dia akhirnya lebih memilih menjalin hubungan kembali dengan mantan kekasihnya, aku memang tidak mendoakan mereka apa-apa, tapi sedikitpun tak ada tangis di hatiku apalagi kedua mataku. Biarkanlah apa yang terjadi mesti terjadi, pikirku.
Orang-orang terdekatku mengatakan bahwa aku bodoh masih mengharapkan dia yang bahkan tak memandangku sebutir debu pun. Aku justru tertawa semakin keras dan meracau semakin macam-macam tentang bagaimana indah sobatmu di mataku. Orang-orang tak pernah tahu, rasa yang mungkin cinta ini aku miliki hanya karena dia adalah dia. Aku menjatuhkan hatiku hanya dengan melihat dia seutuhnya, tanpa perlu ada tambahan lain dari lingkungan di luar kulitnya. Terserah, dia boleh saja mencintai dan menjalin hubungan dengan perempuan mana saja, aku tetap punya cinta untuknya. Aku tidak menyimpan cemburu apalagi sakit hati, tidak.
Mungkin satu hal terpenting yang membuat dia begitu lekat dalam diriku adalah dia, sobatmu, Denny Indra, tidak pernah merusak rasaku padanya. Rasaku memilih jalannya sendiri, mencintai dengan caranya sendiri, yang bahkan aku tak sungguh-sungguh dapat memahami. Akan aku bebaskan rasa ini melakukan apa yang sudah ditentukan sebagai fitrahnya.
Sebagai penutup surat ini, aku ingin mengucapkan terima kasih padamu , Aji. Terlepas dirimu menyampaikan atau tidak surat ini pada sobatmu, semua aku serahkan pada semesta. Karena semesta juga lah yang membuatku dan kamu dapat sering berbagi banyak pemikiran dan tawa, tanpa kamu tahu aku memiliki rasa yang sedemikian tidak hingga untuk sobatmu. Mungkin kah ini salah satu pertanda bahwa keyakinanku akan berjodoh dengannya itu benar adanya?? Hahahahaha… kita serahkan saja semuanya pada detik-detik yang bertik-tok maju. Sembari menunggu konspirasi semesta, tentu saja aku tak akan menyiakan kesempatan Tuhan untuk mencicipi manisnya cinta dari peramu rasa yang mampu menjejaki hatiku. Brengsek kah aku? Boleh saja semuanya berkata, toh itu tak membunuhku.
Dan satu lagi, semoga cepat cintamu itu punya muara untuk bertumbuh ya, Ji.
Sincerely,
Temanmu, yang dilahirkan 7 hari setelah sobatmu.
just who are you? -_-
ReplyDelete