Kepada : @dimdimsky
"Surat Untuk Tuan Barista"
Hai kamu si Tuan Barista
Apa kabar?
Masih sibuk maracik kopi?
Atau sibuk dengan proyek tugas akhir?
Maafkan aku harus mencuri waktu sibukmu sebentar untuk membaca.
Kamu pasti bertanya,
Siapa sosok 'aku' dibalik surat ini.
Maaf,
Aku tak bisa mengaku,
Aku malu.
Iya aku malu, entah kenapa aku jadi sangat pemalu jika ada sesuatu yang berkaitan dengan kamu. Padahal, aku sama sekali bukan orang yang pemalu.
Awalnya pun aku sama sekali tidak malu, tapi setelah aku mulai menyadari aku mengagumimu, aku mulai malu.
Entahlah.
Awalnya semuanya biasa saja,
Aku mampir ke coffe shopmu,
Dan kamu bertugas sebagai barista yang meracik pesananku,
Biasa saja,
Awalnya aku sama sekali tidak terpesona,
Bukan, bukan karena kamu tidak menarik mataku,
Kamu cukup menarik, beberapa kali kita saling melempar senyum.
Entahlah saat - saat itu menurutku semua biasa saja.
Tapi, hingga suatu hari kita mempunyai kesempatan berkenalan,
Akhirnya aku tau namamu,
Hai Dimas Nu'man.
Iya aku tau namamu Dimas dan lebih sering dipanggil bolang.
Perkenalan itu singkat, bahkan kita tidak terlibat pembicaraan, hanya saling bertukar nama, formalitas karena dikenalkan teman.
Tapi saat itu,
Mataku tersihir oleh bagaimana kamu berbicara dengan temanmu,
Mungkin ini hukuman aku lancang mencuri dengar, dan memperhatikan perbincangan kalian.
Aku ingat saat itu kalian berbicara tentang kursus bahasa perancis, kuliah, dan beasiswa keluar negeri.
Detik itu juga, aku terpesona. Bukan, Aku bukan terpesona karena kamu les bahasa perancis, demi Tuhan aku tidak peduli mau kamu les bahasa zimbabwe sekalipun.
Aku terpesona bagaimana cara kamu bercerita, dari situ aku menangkap kamu cerdas dan peduli dengan masa depanmu.
You know what,
I like smart boy.
I guess you are.
And Iam right actually.
Dari perkenalan singkat itu aku mendapat banyak cerita tentang kamu.
Ditambah, account twitter yang banyak memberi bocoran bagaimana kamu.
Aku tau kamu mahasiswa Tata kota semester akhir, dan kursus bahasa perancis, dua hal yang tidak singkron tapi cukup membuatku menarik kesimpulan kamu cerdas dan suka 'belajar'. Bukannya aku sok pintar, tapi aku punya prinsip bahwa hidup adalah proses belajar tanpa akhir, suka belajar itu nilai plus. Iya, kamu.
Aku tau kamu mahasiswa perantauan, dan parttime sebagai barista, aku suka kamu bukan tipe cowok pemalas hobi hura - hura. Kamu mandiri dan bertanggung jawab. Kamu sadar kamu laki - laki. Bagus, karena aku yang seorang perempuan saja memiliki pemikiran, harus mandiri tidak menyusahkan orang tua.
Aku tau kamu cinta vespa dan suka baca, jujur tau fakta ini sempat bikin aku spechless, kamu selain menarik, kamu juga unik. Ahhh langka, iya aku suka.
Aku tau selera musik kamu, kebanyakan musik indie dan musik - musik era sebelum kamu lahir, yang asing ditelingaku. Walaupun asing, bukan berarti aku tidak tau. Aku tau, walaupun aku lebih akrab dengan musik mainstream, aku tau kamu punya taste yang bagus. Dan itu sesuatu.
Ya itulahh,
Sebenarnya masih banyak lagi,
Semakin aku tau tentang kamu, semakin aku mengagumi kamu diam - diam.
Entah, dimataku kamu yang awalnya biasa - biasa sangat luar biasa.
Aku termasuk tipe perempuan konservatif dalam soal ini, menurutku laki - lakilah yang harus memulai. Oke, walaupun dalam soal lain aku sangat terbuka tapi soal ini, aku tidak sependapat dengan kartini. Dan bukannya menyombongkan diri, aku selama ini memang tidak pernah memulai.
Rasa kagumku yang diam - diam rupanya terbaca oleh teman - teman kita. Dan mereka mendorongku maju dan memulai. Jujur aku malu, aku yakin diam - diam pun kamu tau rasa kagumku.
Akhirnya,
Aku pun memulai,
Dengan takut,
Takut akan banyak hal,
Takut pada diriku sendiri,
Takut karena trauma,
Takut salah langka,
Takut kamu jenggah,
Takut karena kamu, terlalu luar biasa
Dan takut memikirkan pandangan kamu tentang aku.
Sampai kemarin, aku menyerah,
Aku terlalu takut terjebak terlalu dalam dan merubah rasa kagum itu menjadi lebih spesial.
Aku malu, malu karena ternyata rasa kagumku (mungkin) kamu dengar.
Aku mundur, karena merasa tidak pantas dan tidak percaya diri untuk maju.
Aku memang bukan cenayang,
Tapi aku merasakan dan tau apa yang kamu nilai.
Aku tidak mau membuatmu tidak nyaman dengan beberapa sikap dan sifatku yang bikin kamu (aku tahu) ilfeel karena kita belum pernah benar2 menggenal, dan belum bertukar pandangan.
Aku benar - benar mundur,
Lalu aku menghilang sampai sekarang.
Akhirnya sekarang semuanya tidak diam - diam lagi, tapi tetap tidak ada yang bicara. Aku akan memulai lagi kali ini, berbicara dahulu, walaupun lewat kata - kata.
Iya, sebenarnya kita memang tidak pernah benar - benar bicara. Kita hanya sering tanpa sengaja saling memandang, tanpa pernah berbagi sudut pandang. Dan akhirnya menarik diri tenggelam dalam pandangan masing - masing.
Entah bagaimana sudut pandangmu memandang aku, semoga baik - baik saja. Atau minimal biasa saja.
Aku cuma ingin memberitahumu,
Kalo disini aku memandangmu tetap luar biasa, walaupun mungkin bukan dengan pandangan kagum yang sama.
Ah sudahlah,
Semua sudah lewat,
Mungkin saat itu waktu yang kurang tepat,
Atau mungkin kemarin aku yang terlalu cepat.
Yang penting sekarang, aku sudah menjelaskan dan kamu sudah tau semuanya walaupun terlambat.
Begitulah Tuan Barista,
Sudah bisa menebak aku siapa?
Aku tidak berharap banyak,
Semoga saat aku mampir ke coffe shopmu nanti, kita bisa saling menyapa dan tersenyum lepas, karena tidak ada lagi kesalah pahaman sudut pandang.
Terima kasih sudah membaca suratku Tuan Barista.
(Ps : aku masih mau bicara bertukar pandangan sama kamu, tapi harus ada upeti raspberry caramel machiatto ya :p)
No comments:
Post a Comment