09 February 2012

My Inspiration Part II

-surat personal

Yth. Dahlan Iskan

Memulai karir sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda (Kalimantan Timur) pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan majalah[4], serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru. Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya bebas byar pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Sebelumnya, tahun 2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan. Pada tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pengganti Menteri BUMN.

Itu sedikit cerita bapak yang saya kutip dari Wikipedia. Jujur karena wawasan saya yang sangat kurang ini, bisa dibilang kuper (kurang pergaulan), sebelumnya saya tidak mengenal pak Dahlan. Saya baru mengenal nama bapak setelah press ramai-ramai memberitakan bapak sebagai menteri BUMN reshuffle kabinet akhir tahun lalu. Banyak pihak mengelu-elukan nama bapak, menyanjung-nyanjung bapak terkait banyak hal mulai dari kepribadian bapak hingga prestasi-prestasi yang membanggakan. Tentulah hal itu membuat saya berfikir bahwa pak Dahlan Iskan adalah orang yang baik. Khoirunnas anfauhum linnas. Bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Saya kira indikato sederhananya adalah pernyataan-pernyataan positif dari orang-orang sekeliling bapak terkait diri bapak. Meski klausul ini juga tidak berarti sebaliknya. Bahwa orang yang banyak dicaci maki masih belum tentu orang itu buruk. Karena saya mempercayai omongan orang yang baik-baik bukan yang buruk-buruk.

Saya mengenal bapak dari orang lain, terutama dari media, lalu saya coba mengenal bapak secara personal. Saya mulai dengan membaca catatan-catatan bapak. Penilaian positif semakin bertambah kepada bapak. Saya kira tulisan-tulisan bapak punya karakter yang khas. Sangat wajar bila melihat latar belakang bapak sebagai seorang jurnalis. Tapi bukan itu yang saya maksudkan. Kemampuan bapak dalam menyederhanakan setiap permasalahan dalam tulisan itu mengesankan. Mudah dipahami. Lebih mirip tulisan-tulisan Sukarno yang pernah sedikit saya baca. Kemampuan seperti inilah yang sebenarnya dibutuhkan. Ia mampu menguraikan permasalahan yang rumit tanpa menghilangkan esensi dari kerumitannya itu sehingga mampu dipahami semua kalangan, baik dari level atas hingga level bawah. Bukankah itu yang disebut komunikasi yang efektif pak Dahlan?

Beralih ke permasalahan yang lain. Saya menduga pak Dahlan ini juga punya sisi religius yang tinggi. Maaf, saya sedikit lancang karena saya sekali pun belum pernah mengenal bapak secara personal. Saya memang tidak mengetahui keseharian pak Dahlan Iskan. Saya tidak pernah berjama’ah bareng bapak, saya tidak pernah silaturrahim dengan bapak, dan lain sebagainya. Tapi saya bisa merasakan itu dari tulisan-tulisan bapak. Maaf sekali lagi jika saya gegabah dalam membuat penilaian, tapi asalkan penilaian itu positif boleh kan?

Kembali saya lanjutkan. Saya sering mengamati dari banyak tulisan-tulisan pak Dahlan ini sering mengutip istilah-istilah agama. Bagi saya itu suatu ide yang cemerlang. Menurut subjektifitas pribadi saya, memadukan dua unsur antara agama dan duniawi itu tidak tidak mudah, karena dalam hal ini bapak tidak sedang berceramah/berkhotbah. Kecenderungannya istilah-istilah agama hanya pantas digunakan saat khutbah sedangkan dalam bahasa-bahasa ilmu umum akan menggunakan istilah populer tersendiri. Cara seperti itu diperlukan ilmu tidak sekedar mengerti tapi benar-benar memahami sehingga mampu menjembatani antar dua kutub yang ‘sepertinya’ berseberangan. Misal saja dari salah satu judul tulisan bapak “Fajar Lazuardi di Bahtsul Masail Gula Legi”. Istilah Bahtsul Masail lebih sering digunakan oleh ulama-ulama Nahdlotul Ulama ini erat kaitannya dengan proses pembahasan permasalahan-permasalah agama yang timbul di masyarakat. Lalu pak Dahlan ‘meminjam’ istilah ini untuk menunjukkan betapa ‘kompleksnya’ permasalahan yang timbul dari urusan gula ini. Tentunya masih banyak tulisan bapak yang semacam ini semisal “Jangan Paksa Tiba-Tiba Makrifat”, “Neraka di Manajemen Musyrik” dll.

Sampai di sini, saya sudah punya satu kesimpulan. Itu berarti pak Dahlan Iskan membuat dua terobosan. Pertama mampu memisahkan sekat antara orang-orang level atas dengan rakyat jelata dengan bahasa yang mudah dipahami tanpa mengurangi esensi. Kedua, mampu merobohkan dinding pemisah yang ‘seolah’ memisahkan antara urusan agama dengan urusan duniawi.

Itu kesan pertama yang saya rasakan setelah membaca tulisan-tulisan bapak. Kesimpulan yang mungkin terlalu sederhana. Tapi kesan positif itu semakin berlanjut, pak Dahlan. Ketertarikan saya membaca tulisan- tulisan bapak sepertinya tidak akan pernah selesai. Itu dikarenakan terlalu banyaknya tulisan bapak yang telah bertebaran di mana-mana. Tulisana bapak yang saya temukan di dunia maya pun, sampai saat ini belum selesai saya baca semuanya. Itu membuat saya semakin penasaran. Bagaimanakah sumber energi yang besar ini dihasilkan, hingga mampu menghasilkan tulisan-tulisan yang seakan tak pernah habis.

Padahal saya merasakan, menulis itu benar-benar membutuhkan energi yang luar biasa. Mulai dari mencari ide yang akan ditulis, membahasakan ide melalui susunan kalimat-kalimat, mengedit, hingga memastikan bahwa transfer ide kita berjalan dengan baik kepada para pembaca, itu suatu rangkaian yang melelahkan. Jujur saja pak, setiap kali saya selesai menuliskan suatu catatan, itu membuat saya lemes, lebih mirip seperti ketika saya menyelesaikan lari dua putaran Lapangan Renon Denpasar setiap sabtu. Ngos-ngosan. Tapi perlu diakui pula, ketika kita mampu menyelesaikannya, kita mendapatkan suatu kepuasan tersendiri.

Dalam menulispun saya sebenarnya tidak memperhatikan teknik penulisan. Tidak mengerti. Saya hanya sekedar menulis. Itu pun masih saja ngos-ngosan. Belum lagi kendala non teknis. Pekerjaan yang menumpuk, stress di kantor, perut lapar, cape, dsb. yang terkadang membuat macet ide-ide untuk menulis.

Karena itu pula saya semakin salut dengan bapak. Di sela kesibukan bapak yang saya yakin semakin hari semakin menumpuk, tapi bapak masih mampu menyisihkan waktu setidaknya satu kali dalam seminggu untuk menulis. Benar, setelah saya telusuri di salah satu blog di internet yang memuat tulisan-tulisan bapak, saya ketahui setiap minggu pasti ada tulisan terbaru. Dan saya yakin tulisan-tulisan bapak tak hanya itu setiap minggunya tapi lebih banyak lagi. Konsistensi seperti ini yang ingin sekali saya dapatkan pak Dahlan. Saya ingin bisa menulis tiap hari, tentang apa saja. Kali ini pun saya sedang mengikuti pelatihan iseng menulis yang diadakan oleh teman-teman di dunia maya dengan judul #30harimenulissuratcinta.

Proyek ini menawarkan komitmen untuk menulis surat cinta tentang apa saja dengan gaya saja setiap harinya. Itu pun perlu saya akui pak, saya benar-benar ngos-ngosan nulis surat setiap hari. Ada saja permasalahan, mulai ide sampai urusan teknis karena kesibukan dan macam-macam. Tapi kalau dipikir-pikir, jika dibandingkan dengan bapak, toh kesibukan saya ini tidak ada artinya. Toh, bapak masih istiqomah untuk menulis. Itu yang saya salutkan. Surat ini pun sebenarnya hendak saya tuliskan kemarin. Tapi saya hanya menulis surat yang tidak jadi. Hanya satu paragraf. Itu pun terkesan dipaksakan karena waktunya sudah sangat mepet dari jam dateline. Saya masih harus banyak belajar lagi untuk istiqomah seperti bapak.

Terakhir, meski agak telat, saya ingin mengucapkan selamat atas amanah baru bapak sebagai menteri BUMN, semoga keberhasilan-keberhasilan bapak sebelumnya bisa diteruskan. Sebagai rakyat kecil pun, kami selalu berdo’a agar pengabdian orang-orang seperti bapak yang tulus dan pantang menyerah, mampu menjadikan Indonesia lebih baik. Selamat bertugas pak Dahlan Iskan. Semoga diberikan kesehatan. Saya selalu menantikan tulisan-tulisanmu berikutnya.

Dari pembaca
@pung_kamaludin

oleh: @pung_kamaludin

diambil dari: http://wildworldwords.wordpress.com

No comments:

Post a Comment