Showing posts with label surat cinta #8. Show all posts
Showing posts with label surat cinta #8. Show all posts

22 January 2012

Malam Yang Malang

Halo, Malam yang malang. Akhir-akhir ini ada berita buruk tentangmu. Aku mendengarnya dari redup suara kukuk Burung Hantu yang mengisyaratkan bahwa persediaanmu di atmosfer bumi semakin menipis. Itu kabar yang buruk. Apakah benar ?
Aku menyalahkan Bulan-Bintang yang belakangan sering tak terlihat. Mereka bukan teman terbaikmu, kan ? Lihat, mereka tidak ada di sisi masa terberatmu. Tapi kemudian, mereka melempar tudinganku ke arah Awan Mendung yang selama ini begitu sering menghalangi pendar cahaya malam mereka.
Berganti, kusalahkan Awan Mendung yang membuatmu tak lagi cantik. Lantas dia menurunkan alisnya, yang kubaca itu adalah raut kesedihan. Kehadirannya ditolak mentah oleh Matahari yang begitu sombong memangkas waktu. Terpaksa Awan Mendung mengusik waktumu, Malam. Terpaksa belakangan ini dia menghadirkan dirinya beserta si Hujan hanya pada saat hari mulai menggelap, mengurangi keindahanmu.
Tapi, tunggu. Matahari ? Ah, aku tidak bisa menyalahkan Matahari begitu saja. Dia sahabatku. Aku mencintainya beserta Langit Biru dan serat-serat Awan Putih yang menggantung lucu di angkasa seperti ornamen-ornamen yang terpasang di langit-langit kotak teater boneka yang sering aku lihat waktu masih TK. Iya, aku lebih terpikat pada warna-warni pagi hingga sore, yang tak kutemukan ketika aku memaksakan diri untuk terus berjalan di sisimu, Malam.
Maaf, Malam. Sudah pernah kukatakan, kan, bahwa sahabat itu tidak benar-benar ada ? Doakan saja, lain kali aku bisa mengkhianati Matahari dan memohonkan kepada Tuhan untuk menambah porsi ketersediaanmu di hari-hari manusia.
oleh: @pupusupup

Dan Ini Alasannya

Post Options
Everything happens for a reason ” - even for such a thing called love.
Kepada lelaki bertubuh tegap yang menyayangiku,
Selama 8 tahun ini kita tidak pernah bersurat ya, tentu saja kita kan sudah terlalu sibuk dengan cerita masing masing melalui telpon. Norak kan kalau harus menulis surat padahal sudah hampir aku hapal keseharianmu. Untuk berpuisi dalam surat? Ah itu bukan gaya hidup kita. *tertawa malu*
Tapi karena aku sedang mencoba mengikuti euforia yang cukup bergengsi – 30 hari menulis surat cinta – dan aku rindu menulis yang lebih panjang untukmu dari sekedar sms “sayang kamu lagi ngapain?”, aku memutuskan menulis satu surat. Jujur awalnya aku bingung harus menyampaikan apa, tapi aku jadi ingat satu hal yang sering kamu tanyakan padaku : mengapa aku bisa menyayangimu? Baiklah aku akan menjawabnya disini. Dan ya, walaupun kurang romantis aku masih sebut ini surat cinta. Kamu juga harus begitu. Titik.
Sebenarnya ada 2 hal yang aku ingin sampaikan.
Pertama, aku sayang kamu (formalitas dalam bersurat cinta). Kedua, ini alasannya :
  • Karena kamu membuatku terlihat lebih langsing dari yang sebenarnya
  • Karena kamu marah saat aku berpakaian centil dan laki laki lain memandang genit ke arahku
  • Karena kamu makan sangat rakus bahkan menghabiskan sebagian porsiku juga sehingga perutku tak pernah buncit setelah kita berwisata kuliner bersama
  • Karena kamu tidak bisa berkata gombal pada kaum perempuan (termasuk aku), secantik apapun mereka
  • Karena kamu punya mimpi besar mengajakku berkeliling dunia
  • Karena kamu pintar dan cerdas walaupun tidak dalam merangkai sms cinta atau puisi puisi yang bisa menaikkan bulu kuduk
  • Karena kamu senang memelukku dari belakang saat kita berdiri di depan jendela
  • Karena kamu bekerja penuh semangat untuk biaya bulan madu kita nanti setelah menikah
  • Karena kamu memiliki wangi yang super sexy walaupun sedang berkeringat sekalipun
  • Karena leluconmu sangat jarang terdengar lucu dan karena itulah aku tertawa
  • Karena hanya dengan mendengar suaramu dan cerita singkatmu letihku hilang seketika
  • Karena dibalik ke-egois-an mu masih ada bagian yang bertekad membahagiakanku
  • Karena kamu yang  judes, galak, cuek dan tidak romantis tetap bisa bermanja manja ria, hanya kepadaku
  • Karena se-menyebalkan-nya dirimu kamu selalu berhasil memaksaku merindukanmu
  • Karena sampai sekarang aku tidak bisa mencari alasan untuk tidak menyayangimu setiap harinya
  • Karena aku yakin masih banyak alasan lagi yang belum terpikirkan dan tidak akan pernah habis untuk dipikirkan
Sayang, kata orang orang tua yang bijak “No reason is needed for loving“. Tapi aku lebih suka pepatah basi ini lo “Everything happens for a reason . Jadi menyanyangimu pun harus ada alasannya *sedikit memaksa, haha*. Karena semakin aku mencari alasan tersebut semakin aku sadar kalau aku sangat sangat sangat menyayangimu.
Kecup pipi dan dahi.
Kamar mungilku yang sepi, 20 januari 2012 – sambil menunggu sms yang mengabarkan kamu sudah pulang dari kantor.

oleh:
diambil dari: http://ratihastarida.wordpress.com

How's Life in a Decade?

Hi kiddos!

It’s been a decade after those unforgettable moments at our lovely class. You are definitely not that cheeky primary 2 students anymore. All grown up and ready to enter the other side of the road called “adulthood”, I presume.

Having those teen-crisis? Life’s not treating you like you expected it should be? Well, no need to be angry with the world. Or to those older people who don’t seem to understand your true self, your real needs and wants. Actually, we don’t mean to bicker so much with you.

Let me tell you a secret, being a teen is the most fun times in your entire life. You will got the chance to experience many interesting adventures, and guess what? As young peeps, you are allowed to make mistakes without the obligation to be guilty for the rest of your life. Why? Because we believe that you actually know where the destination is, but sometimes you just cannot decide what is the best ride you could use to get you there.

Familiar with this let-me-give-you-a-tip attitude? Yeah, I’m still the same person attached in your memories.

The one who likes to ask you to imagine about what kind of world that you will see in the future. The one who scold you when you are not being attentive. The one who listen to every story that you tell, despite the fact that some of them are not really happening (Yes, I knew that. I just don’t want to spoil your fun ).

The one who transformed to be a pro nurse; treating your bumps, scratches and wounds. The one who constantly trying to bring out the best of you. Although my body feels so tired and my voice is getting sore, because of that 8-hours straight teaching.

Let me keep your assorted expressions inside my gray cells. A cheerful hello in the morning. A grumpy face when I gave lots of Math exercises. Burst of laughter during lunchtime chats. All dark and gloomy when you are being left behind by your fellows.

It is an eternal bliss to be a piece of frosting in your cake of life, my dear children.

I will be writing a letter for the next ten years. I got these amazing pictures in my head. Of how you would meet up together and show that you have accomplished your mission. To be exactly what you wrote inside the “When I Grow Up” story. That is my ultimate time-capsule wishes.

Meanwhile, please put those words I used to utter. Treat people like you want to be treated. Do your best and let God do the rest. Smile and the world will smile with you. The three magic spells to bound you with happiness.

Our precious moments are never forgotten. And thanks to all of you, I get to learn the real meaning of being a mother


Kisses and hugs,
Your awesome P-2 teacher 


oleh:
diambil dari: http://iammrsred.tumblr.com

The Perfect Stranger

Aku sudah kehabisan kata-kata, kau tetap tak bergeming…
Bagaimana lagi caranya agar kau mengerti bahwa aku mencintaimu sepenuh hati? Tapi kau malah berpaling ke hati yang lain. Aku hanya bisa terpana, tak berdaya. Bukan begini skenario yang aku susun untuk kisah kita.
Mungkin aku terlalu lancang berupaya memutuskan akhir kisah kita dengan bahagia. Bukan salahku jua jika aku sempat berandai-andai akulah jelmaan tulang rusukmu yang hilang itu dan jika kau telah menemukanku maka nyeri di dadamu niscaya akan terobati. Namun nyeri di dadamu bukan karena hilangnya tulang rusukmu (saat kau tertidur, kau bilang kepada tuhan supaya tidak bermain curang), tapi kau sedang merindukan kehadiran seseorang – bukan diriku.
Kelakuan orang yang patah hati memang suka aneh-aneh. Pengalaman Bang Andi hampir mirip denganku. Saat dirimu disana sibuk menyiapkan undangan pernikahan, aku disini getol membuat oplosan. Kau disana tertawa-tawa menyambut hari bahagia, aku disini bercumbu dengan tekila. Tapi itu hanya occasionally saja karena prinsip dasarku minum bukan untuk melupakan keterpurukan diri, namun lebih karena mengingat bahwa kegiatan minum itu sendiri cukup menyenangkan. Tapi tetap saja, tak ada pesta yang tak selesai, setelah semua berakhir aku kembali pada kenyataan bahwa aku sendiri, kau disana bersama dengan yang lain.
Jadi usaha apalagi yang bisa aku lakukan? Mungkin kita memang harus berjarak. Kita harus saling menjauh, saling meninggalkan. Kemudian dimasa yang akan datang (aku mengimani reinkarnasi) kita akan saling dipertemukan dengan suasana yang indah. Kita sama-sama saling asing namun aku berjanji akan menjadi ‘the perfect stranger’ bagimu. Kita pada akhirnya dipersatukan kembali di dunia dan akherat (kalo memang itu ada).

oleh:
diambil dari: http://thoughtheworldshouldknow.wordpress.com

Kepada Tera

Ini tidak akan menjadi surat yang romantis, sebagaimana kamu tahu bahwa aku memang bukanlah orang yang romantis.
Lentera,
Entah kata apa yang paling tepat untuk kukatakan padamu saat ini, aku hanya dapat menemukan kata ini;
Terima kasih.
Untuk beberapa tahun kebersamaan kita.
Untuk tetap mencintaiku, ketika kamu mengetahui bahwa aku sempat menjadi pecandu.
Untuk dukunganmu.
Untuk waktu-waktu berharga yang telah kamu luangkan untuk menemaniku ke rumah sakit.
Untuk semangat hidup yang kamu tularkan ketika Ibuku meninggal. Terima kasih telah menjauhkan segala jenis benda tajam dan obat-obatan saat itu.
Untuk segalanya, yang tak dapat terucap.
Lentera,
Beberapa minggu lalu aku tak sengaja melihat memo di ponselmu, aku membaca kalimat ini;
Aku menerimamu sebagai aku menerima hidupku. Cinta dan apa adanya.
Kemudian ini;
Seperti kehidupan, aku mencintai kamu. Hmm, atau mungkin sebaliknya.
Dan ini;
Ketertarikanmu terhadap sejenismu, tidak akan merubah cintamu kepadaku, kan? Aku harap begitu.
Sampai di memo ini, aku terdiam.
Iya, aku ingat, beberapa minggu lalu aku menceritakan padamu tentang ketransgenderanku.
Maaf, Tera, aku baru menceritakannya.
Iya, Ra, aku masih mencintaimu. Sama seperti beberapa tahun lalu. Apakah kamu tahu? Walaupun aku memiliki ketertarikan kepada sesama jenis, sejak aku mulai mencintaimu, aku selalu berusaha untuk menjadi seorang heteroseksual.
Aku memang hanya dua kali mengingat sekaligus mencintaimu. Ketika aku menarik nafas dan menghembuskannya kembali.
Seperti namamu, lentera, kamu cahaya penuntunku.
Bukan, aku tidak sedang menggombal seperti yang kamu sering katakan selama ini. Aku serius mencintaimu.
Lentera,
Maukah kamu menjadi rumah berpulangku?
21 Januari 2012
Dengan segumpal rasa,
V

oleh:

Gadis Korek Api

Kepada Gadis Korek Api,


Maaf jika surat ini mengganggumu, mengacaukan jam kerjamu dan lainnya. Aku hanya ingin mengatakan -kau benar-benar orang yang beruntung, Gadis.

Ditengah banyaknya orang yang ada didekatmu, mereka benar-benar merugi. Mereka terlarut dalam seduhan dunia yang memang nikmat. Mereka tidak tahu cara menyeduh dunia ini agar benar-benar manis. Mereka tak tahu. Tetapi, kau tahu itu.

Mungkin kau benar-benar menganggap ini tak penting, tapi cobalah. Aku selalu mendukungmu. Aku selalu memantaumu. Kau yang selalu berada di pinggir-pinggir kota, dibalut salju yang begitu dingin -sehingga kau menenggelamkan kepalamu dalam jubah merahmu. Memandang batang-batang korek api, dan...

Kau selalu menyisakan aku untuk hal itu, Gadis. Kau memancarkan api dari korek api yang selalu kau bawa, membayangkan kasih sayang keluargamu, aku tahu itu. Kau memang butuh mereka. Tapi tenang, Gadis. Aku selalu ada untukmu. Memantau kau dari kejauhan yang benar-benar kau tak sadari. Aku juga percaya bahwa kau tak akan larut dalam permainan dongeng ini. Aku tahu kau bisa merubah dongeng-dongeng yang sudah ada.

Dan masihkah kau tak menyadari bahwa ada orang yang sangat menyayangimu dari kejauhan?

Sadarilah, Gadis. Aku jatuh hati padamu, karena kau benar-benar orang yang menghargaiku. Kini, ikutilah pernyataanku. Ambil sebatang korek api, dan pancarkanlah cahaya dari sana.






...Karena aku, ada disana.


Pemantaumu,


Waktu.

oleh: @sofcrates
diambil dari: http://dapursampah.blogspot.com

Januari di 5 Tahun Silam

Kepada (sebut saja) Zat.
Ini, sedikit rekaman untukmu. Sosok yang pernah berarti selama satu tahun di 2007. Ini, surat untukmu bukan sebagai pewatas hubungan kita kini. Ini, kepadamu aku beri bukti bahwa aku tidak melupakanmu. Untuk pria berinisial B, aku menyebutmu Zat (kau tau apa alasanku menyebutnya ini).
Zat.
Tidak, aku tidak pernah membencimu sekalipun terlihat benci. Pun dengan cinta, itu masa lalu, Zat. Aku tidak melupakannya, hanya membiarkannya berlalu. Waktu yang mengantarku pada suatu rasa yang telah kutinggal. Kita tidak lagi bersama, tapi aku menghargai kebersamaan saat dulu.
Zat.
Aku ingin berterima kasih untukmu atas 362 hari pada 2007 yang kita tempuh. Konyol, waktu itu kita belum dewasa, umur kita masih dibawah usia standar orang jatuh cinta, tapi kita seakan menjadi insan paling siap untuk bersama. Kita sudah merangkai banyak cerita yang akan kita lakukan di masa-masa mendatang. Kita merekam setiap kejadian indah dalam 2 buku harian cinta kita. Ketika kita tidak berjumpa, kita tumpahkan perasaan kita lewat buku itu, saat bertemu maka kita saling bertukar buku untuk membaca perasaan masing-masing. Kamu selalu memperlakukanku istimewa, seperti putri raja, bagai ratu sejagat, dan yah…. wanita paling bahagia. Saat itu.
Terima kasih mengisi waktuku selama satu tahun kurang 3 hari walau berakhir perih untukmu (mungkin). Maaf, atas perlakuan satu pihakku yang membuat hidupmu (katanya) menjadi berubah. Sekejap aku menghilang, menghindar, dan benar-benar takberjejak. Perih untukmu, akan lebih perih untuk kita jika tidak berpisah. Buktinya, sekarang kita bisa menjalaninya dengan lebih baik kan?
Zat.
Kaos pemberianmu masih sering kugunakan, masih muat. Yah walau sudah agak kecilan sih. Lalu buku harian cinta kita (hahaha aku tertawa menulisnya, geli) juga masih ada. Buku harian itu masih utuh dengan harum parfum Casablanca putih yang kamu bubuhkan di buku kita, parfummu dulu dan aku suka wanginya. Parfumnya awet ya? Aku sempat membaca bukunya, aku kembali tertawa melihat tulisan kita dulu, begitu menjijikkan kalau kita baca lagi. Tapi itu indah, kenangan yang baik untukku.
Aku senang hubungan dingin kita bisa kembali baik. Walaupun sifatmu tidak berubah hingga kini, berlebihan. Itu sifatmu yang kurang baik dimataku. Kamu terlalu berlebihan menganggap hal-hal tentangku, ini juga yang sering menjadikan kita bertengkar. Ya, pasti orang-orang menganggap aku tidak bersyukur untukmu karena dianggap itu bukti perasaanmu padaku. Tapi, yang kurasa ini tidak sama seperti banyak orang, kamu mengerti kok. Maaf ya.
Zat.
Aku juga selalu ingat setiap tanggal perayaan kita, di setiap tanggal itu kita akan  berlomba siapa yang lebih dahulu mengingatkan perayaan. Kamu selalu menang karena dulu aku tidak dapat tidur di atas pukul 9 malam (tapi kini kamu menyebutku burung hantu karena tidak pernah bisa tidur jika belum melewati tengah malam). Kamu sering marah saat aku tinggal tidur, tapi kamu tidak pernah kesal menunggu jika aku datang terlambat tiap kita bertemu. Terima kasih atas kesabaran luar biasamu (dulu).
Aku tidak dapat memastikan sesuatu yang akan terjadi, tapi pintaku hanyalah kita berteman baik. Sebatas itu saja. 5 tahun itu cukup menjadi kenangan indah, bukan untuk selalu diingat. Kau ingin hidupmu maju kan? Kenanglah dengan baik 362 hari kita, berbesar hatilah untuk semuanya.
Zat.
Ini untukmu, bukti bahwa aku tidak pernah melupakan kamu dan kita pada Januari di 5 tahun silam. Aku masih ingat setiap detailnya. Sama sepertimu yang selalu berusaha mengingatkanku.
Terima kasih, Zat selalu berpesan untuk mencuci kaki dan berdoa sebelum tidur. Tapi maaf, aku tidak dapat memberi nomor ponselku padamu.

oleh: @sebutmawar
diambil dari: http://sebutmawar.wordpress.com

Payung Raksasa

Ijinkan aku menuliskan ini dengan segala kesadaran penuh, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Katakan saja ini surat ucapan syukur atau apalah namanya, kamu sebutkan saja sendiri. Beri judul sesukamu, aku hanya menciptakan kalimat, kamu yang menyimpulkannya.

Sempat kunikmati basahnya gerimis tanpa mengeluh. Tak kupikirkan omelan mama nanti di rumah jika aku tiba dengan kuyup. Sudah kusiapkan alasan yang akan menenangkan, mudah-mudahan.
Kukayuh sepeda oranye, Geno namanya, kekasih terhebat yang kupunya. Setia menemani tiap kilometer jarak yang ingin kutempuh. Sama seperti hujan, bersama Geno tak sempat aku mengeluh meski peluh tak terdefinisi lagi membasahi tubuh dari kepala sampai mata kaki. Aku menikmati kebersamaan bersama Geno, kekasih terhebat yang kupunya. Kami hendak ke taman kota, mencari warna hijau, menikmati dahan dan ranting.

Baru sempat berhenti untuk mengambil foto ini
penunjuk arah
langit berubah tak lagi ceria, meski gerimis masih basah di pelupuk mata. Lincah kuajak Geno untuk lebih tergesa. Masih sambil tertawa bersama Geno, aku berhenti berlari. Hujan menari lebih cepat, kalau sebelumnya irama yang mendayu, kali ini irama reggae. tum tum tum tum…

Disaat itulah pertama kali bertemu kamu. Membawa payung besar, warnanya putih, tapi sudah dekil. Ada tulisan Sekolah Luar Biasa di payungmu, warnanya hijau, tanpa dahan dan ranting. Kamu kokoh, meski terkadang bergetar saat suara petir terdengar. Kutenangkan kamu dan mengatakan, semua baik-baik saja. Teduhnya payungmu mungkin tidak menghangatkan, tapi kamu melindungiku. Bahkan Geno pun menyukaimu, duduk bersandar di tiangmu.

Terima kasih.
Surat ini untuk kamu,


halte yang kutemui Rabu lalu. Meski tak sempat kuajak Geno ke taman kota, setidaknya dia bahagia bertemu denganmu. Jadi hendak kau beri judul apa surat ini?


oleh: @starlian
diambil dari: http://starlian24.wordpress.com

Survive In 100 Days

If I could get another chance
Another walk another dance with him
I’d play a song that would never ever end
How I’d love love love
To dance with my father again
(Luther Vandros - Dance With My Father)
Selamat malam bapak…
Barusan kami menggelar perayaan 100 hari kepergianmu. Hal yang tak biasa untuk seseorang yang bahkan hari ulang tahun pun tak pernah dirayakan. Dan kau pasti tahu betapa besar penyesalanku tak merayakan hari lahirmu yang terakhir dalam hidupmu. Iya bapak, aku menyesal 27 Agustus tahun lalu aku melupakan hari terpenting untuk orang tuaku.
Bapak…
Bagaimana perjalanan Bapak menuju surga? Muluskah? Atau harus berliku-liku? Yang aku yakini, sekalipun jalan Tuhan tak mudah, tapi Rumahmu di Surga sudah siap. Berjuanglah Bapak, kami pun akan membantu dari sini dengan doa yang tiada henti.
Bapak…
Kaki Bapak sudah tidak sakit kan? Maaf ya Bapak, 6 bulan lamanya Bapak harus menderita tanpa tahu pasti apa yang membuat Bapak merasa sakit. Aku tahu, kau pasti tak mau aku menyalahkan Ibu yang bersikeras merawatmu di rumah. Bapak, aku sungguh menyesal, harusnya aku saja yang langsung membawamu ke rumah sakit. Toh sekiranya memang sudah waktunya kau pulang ke Rumah Bapa, kau tak perlu menderita selama 6 bulan terakhir itu. Setidaknya aku tahu caranya mengurangi rasa sakitmu. Kau meninggalpun aku tak tahu pasti karena apa.
Bapak…
Sekarang Bapak sudah senang kan, bertemu Eyang Kakung dan Putri yang selalu Bapak ceritakan padaku. Sudah bertemu dengan Pakdhe Ton kan? Yang mengajakmu berkeliling Indonesia dengan pesawat terbang. Bapak pasti bahagia bertemu dengan teman-teman lama.
Bapak di sana juga banyak teman ngobrol kan? Bapak, pasti kau juga tahu betapa aku menyesal tak pernah berbicara dari hati ke hati denganmu. Seringnya aku menghindarimu. Aku lupa kalau Bapak sakit, aku tidak mau mencoba mengerti mengapa Bapak menjadi begitu pelupa dan sering menanyakan hal yang sama. Bapak sekiranya bisa kuputar waktu akan kujawab semua pertanyaanmu, entah kau sudah bertanya sejutakalipun akan kujawab.
Bapak..
Kini aku tahu apa arti pesan terakhirmu jauh sebelum kau kehilangan ingatan akan keluargamu. “Aku ga boleh main terus” katamu waktu itu. Dan, mengapa aku harus tahu artinya ketika kau sudah pergi. Sabtu dan Minggu terakhir itu memang waktuku pulang ke Semarang, tapi entah, tak seperti biasanya aku tak ada untukmu. Biasanya aku sempat menyuapimu makan, mengajakmu mengobrol sekalipun kau tak lagi mengenaliku. Tapi hari itu aku asik bermain dengan duniaku sendiri. Harusnya hari itu aku tidak bermain. Harusnya aku untukmu hari itu.
Bapak..
Aku tak menangisi kepergianmu, karena kuyakin Tuhan lebih sayang padamu, yang kutangisi adalah penyesalan-penyesalanku. Semua hal yang belum sempat kulakukan padamu. Tapi kau memang ayah terbaik, kau mengabulkan permohonanku untuk tak pergi sebelum berpamitan padaku. Maaf Bapak, kau harus berjuang dalam sakratul maut selama 6 jam hanya untuk menungguku datang dari Jakarta. Demi aku yang bandel ini kau mau berjuang mempertahankan nafas kehidupanmu. Walaupun akhirnya kau tetap meninggalkanku.
Terima kasih Bapak, selama hampir 25 tahun kau telah menyertaiku. Terima kasih untuk teh manis yang selalu kau buatkan sewaktu aku kecil sebab Ibu tak mau membuatkanku. Terima kasih untuk sepatu hitam cantik hadiah buatku. Terima kasih untuk menjadikan aku perempuan tegar. Terima kasih karena cintamu, aku ada.
Aku janji akan merawat Ibu, mba tik, dan semua kakak-kakakku. Tunggulah kami, suatu hari nanti kita akan berkumpul kembali di Surga. Tunggulah kami….
Malam ini mampirlah barang sebentar di mimpiku ya ;p

Yang sangat merindukanmu; putri kecilmu,
Nia :)

Malam Jumat, 100 hari kepergian bapak.

oleh: @peribiroe
diambil dari: http://theresiafafa.tumblr.com

Teruntuk Lelaki di Selatan Ibukota

Aroma tubuhmu sedang menyeruak ke alam bawah sadarku saat ku tulis surat ini, sayang. Begitulah ketika rindu tengah berusaha menemukan bentuknya sendiri, ragaku hanyalah wadah yang membadani damba akan keberadaanmu. Senja ini lamat-lamat menyatakan diri, membuatku teramat menikmati suasana khas sore hari yang kerap kali menggambarkan wajahmu pada langitnya yang keunguan. Lelaki, bagaimana kabarmu di sana? Adakah bulan setengah matang juga lahir pada senjamu?   
Sesak batinku lantaran rindu padamu sedikit terobati setelah semalam kita bertukar suara. Namun, hitungan jam dalam percakapan maya tidak juga setara dengan satu hari yang ku titi bersamamu. Jelas saja, telepon tidak mampu menggantikan senyummu, juga matamu yang menyipit saat senyum itu terbit. Begitu juga kata-kata yang dengan setia kita kirim setiap harinya, tidak cukup menghadirkan peluk yang sesungguhnya. Tak ada lain bisa kita buat, sayang. Inilah jauh yang harus kita tempuh, berdua kita mengarak cinta yang berjarak.
Lewat satu bulan silam kita bertemu, sebelum kereta itu membawamu. Dan hari lepas hari, tak bosan ku hitung waktu hingga tiba saat aku menjemputmu di tempat yang sama seperti saat aku mengantarmu. Akan aku tunggu waktu, kala rindu menghambur pada erat dekapmu. Kala kita tidak perlu lagi bertukar kata dan hanya perlu bertukar mata.
Demikianlah, sayang. Ku tuliskan surat ini di sebuah kota yang kau rindukan. Tanganku memang tak cukup panjang untuk merengkuhmu. Mataku juga tak mungkin selalu menjagamu. Namun yang perlu kita tahu, rentang tak pernah jadi dalang dalam pewayangan kita. Selalu ada hati yang menemanimu. Selalu ada batin yang membersamaimu. Dan soal rindu, bukankah rindu adalah takdir yang paling syahdu?

-Jogjakarta, 20 01 2012
untuk @adrianjonathan

 oleh: @puspapanglipur
diambil dari: http://puspaningtyaspanglipurjati.tumblr.com