To the cutest grim reaper,
It takes loads of guts to sit down and type this letter. Conveying these kind of feelings to you is such a terrifying idea. I realize that I am playing with fire, realizing behind your calm and collected facade, lies a murderous desire, an urge to hunt down the devil hiding inside the cruelty of men and fetishism over blood coming out from the veins.
If I known you six or seven years ago, maybe I will put out some requests to you and that dark passenger lingering over your soul. There were some irresponsible scums who took away my happiness, leaving me devastated, up to the point that I felt that I don’t know my real identity anymore. I will beg you to punish them, teach them the meaning of pain and what is like to feel dead among the undead.
Fortunately, I have figured it out. What is the point to keep all this hatred? Will I be satisfied by becoming the same awful person as they were to me? Perhaps, I would become worse by adding lies over lies to cover the so-called-perfect-crime.
We found the truthful light from our new love of our life. You and Harrison, me and my hubs. To live a happy life with them is a sharper knife plunging deep to those jerks’ heart. Yes, moving on is the answer. Trapped inside the darkness and covering our hands with blood are the least appealing things that I want to have in the universe.
I remembered, you once said, “Despite having considered myself a monster for as long as I can remember, it still comes as a shock when I’m confronted with the depth of evil that exists in this world.” It seems that the black hole haven’t suck you deep enough and you are reaching to the sun for eternal shines.
We are no angels and we own the choice or chance to let the devil dances with us. Yet, our conscience is a fair judge and our faith is the solid gavel.
May you conceive your inner peace, Dexter Morgan. I know I have met mine.
Sincerely,
She who bleeds RED
oleh: @retro_neko
diambil dari: http://iammrsred.tumblr.com
Showing posts with label surat cinta #9. Show all posts
Showing posts with label surat cinta #9. Show all posts
23 January 2012
Sang Penentu
Surat ini tak akan kubuat panjang lebar, karena saat ini kamu sedang menuntutku. Aku selalu terkesan terlambat bila harus berhadapan denganmu.
Untuk sang penentu. Terkadang aku harus mengikutimu, di saat aku mengikutimu, angin terkadang menghalangiku. Banyak halangan yang memaksakan aku tak bisa memenuhi tuntutanmu, dan di saat itu semua telunjuk akan tertuju padaku. Mau gimana lagi? terkadang aku harus menuruti kemalasanku.
Ada juga ketika aku lebih cepat darimu, awalnya aku merasa menang, karena aku bisa memenuhi tuntutanmu, bahkan aku mengalahkanmu jauh di belakang. Tapi, lagi - lagi kau terkesan sebagai pengatur! Kemenanganku engkau buat menjadi titik tunggu buatku, kebosanan meliputiku ketika hal ini datang. Satu hal! Kenapa kamu ga pernah mengerti ya?
Saat yang pas adalah ketika berdua bertemu, ketika ada kata "Pas" dalam pertemuan kita. Bukan di saat aku lebih cepat, atau kamu yang menunggu aku. kata "Tepat Waktu" itu yang lebih enak di saat kita bertemu. Karena tidak ada yang dipersalahkan, tidak ada juga yang bergelut dengan kebosanan.
Suratku tak bisa kubuat lebih rumit lagi, aku hanya bisa membuat kalimat sederhana yang menceritakan tentang kamu di hidupku. Aku harus berlari mendahului angin sepertinya, karena sebentar lagi engkau akan menungguku, dan aku tak mau para telunjuk itu menatap ke mataku.
Ini untukmu sang penentu, SANG WAKTU!
![]() |
Kepada Sang Waktu |
oleh:
diambil dari: http://essayoflove.blogspot.com
Hari ini, empat tahun lalu. Ketika kau pergi.
Di surat ini, aku hanya ingin bercerita kepadamu tentang apa yang terjadi pada hari ini empat tahun yang lalu ketika kau pergi meninggalkanku. Mungkin saja kau belum tahu.
Kejadiannya bertepatan dengan Ujian Akhir Semester di kampusku, mata kuliah Pengantar Sosiologi. Sore, sekitar waktu sholat Ashar.
Semenjak pagi, entah mengapa perasaanku memang sudah runyam, seolah diliputi kabut kesedihan. Berbagai macam hal berkelebatan, berbagai kesimpulan kutarik, berbagai spekulasi tentang dirimu.
Aku bukannya tidak merelakan bila memang pada akhirnya kau harus pergi, aku hanya takut bila kau pergi dengan tidak membawa rasa bahagia pernah memilikiku. Aku takut kau tidak rindu padaku nanti. Aku takut, sangat takut.
Di ruang ujian, kuisi lembar jawaban seadanya, secepatnya, sekitar 15 menit kemudian kukumpulkan segera ke meja pengawas. Sekilas aku melihat ia mengerutkan dahi dan memicingkan mata tanda meragukanku, aku tak perduli. Segera kumenuju luar untuk menghubungi, mencari tahu kabarmu.
Sialnya, ternyata saldo pulsaku tak mencukupi untuk melakukan panggilan. Sementara itu, aku seorang diri diluar, tak ada yang kukenal, maklum mahasiswa semester awal. Terpaksa kutunggu yang lain keluar ruang ujian, “mungkin aku bisa meminjam telepon genggam mereka.” Ujarku dalam hati.
Kunyalakan sebatang rokok, sekedar usahaku untuk menenangkan pikiran, sejenak kuresapi proses pertukaran udara perlahan-lahan, aku mencoba menuju damai. Meski memang pada saat itu rasanya sungguh sulit untuk merasa damai meski sedetik, karena kepalaku sudah dipenuhi olehmu.
Beberapa teman yang sudah selesai ujian dan keluar ruangan datang menghampiri coba menghiburku, aku sendiri hanya bisa tersenyum simpul.
Tak lama kemudian telepon genggamku berdering. Anehnya, tanganku langsung gemetar saat melihat nama yang keluar di layar. Tubuhku pun setengah bergetar saat menekan tombol menjawab panggilan. Benar saja, belum sempat aku berucap sepatah kata salam, langsung ada suara yang berbicara seolah hendak memotong pembicaraan.
Dan sayang sekali, itu bukan suaramu..
Itu suara Mpok Iyuk, yang berbicara sambil menahan tangis diujung telepon sana. Dengan intonasi penuh wibawa seorang kakak tertua yang mencoba tegar dihadapan adiknya yang paling bungsu, ia berkata..
“Patan, Emak udah gak ada, tan.. Emak meninggal..”
22 Januari 2008, sore menuju senja.
oleh: @todjon
diambil dari: http://todjon.tumblr.com
Kejadiannya bertepatan dengan Ujian Akhir Semester di kampusku, mata kuliah Pengantar Sosiologi. Sore, sekitar waktu sholat Ashar.
Semenjak pagi, entah mengapa perasaanku memang sudah runyam, seolah diliputi kabut kesedihan. Berbagai macam hal berkelebatan, berbagai kesimpulan kutarik, berbagai spekulasi tentang dirimu.
Aku bukannya tidak merelakan bila memang pada akhirnya kau harus pergi, aku hanya takut bila kau pergi dengan tidak membawa rasa bahagia pernah memilikiku. Aku takut kau tidak rindu padaku nanti. Aku takut, sangat takut.
Di ruang ujian, kuisi lembar jawaban seadanya, secepatnya, sekitar 15 menit kemudian kukumpulkan segera ke meja pengawas. Sekilas aku melihat ia mengerutkan dahi dan memicingkan mata tanda meragukanku, aku tak perduli. Segera kumenuju luar untuk menghubungi, mencari tahu kabarmu.
Sialnya, ternyata saldo pulsaku tak mencukupi untuk melakukan panggilan. Sementara itu, aku seorang diri diluar, tak ada yang kukenal, maklum mahasiswa semester awal. Terpaksa kutunggu yang lain keluar ruang ujian, “mungkin aku bisa meminjam telepon genggam mereka.” Ujarku dalam hati.
Kunyalakan sebatang rokok, sekedar usahaku untuk menenangkan pikiran, sejenak kuresapi proses pertukaran udara perlahan-lahan, aku mencoba menuju damai. Meski memang pada saat itu rasanya sungguh sulit untuk merasa damai meski sedetik, karena kepalaku sudah dipenuhi olehmu.
Beberapa teman yang sudah selesai ujian dan keluar ruangan datang menghampiri coba menghiburku, aku sendiri hanya bisa tersenyum simpul.
Tak lama kemudian telepon genggamku berdering. Anehnya, tanganku langsung gemetar saat melihat nama yang keluar di layar. Tubuhku pun setengah bergetar saat menekan tombol menjawab panggilan. Benar saja, belum sempat aku berucap sepatah kata salam, langsung ada suara yang berbicara seolah hendak memotong pembicaraan.
Dan sayang sekali, itu bukan suaramu..
Itu suara Mpok Iyuk, yang berbicara sambil menahan tangis diujung telepon sana. Dengan intonasi penuh wibawa seorang kakak tertua yang mencoba tegar dihadapan adiknya yang paling bungsu, ia berkata..
“Patan, Emak udah gak ada, tan.. Emak meninggal..”
22 Januari 2008, sore menuju senja.
oleh: @todjon
diambil dari: http://todjon.tumblr.com
Untukmu wanita yang Kubanggakan
Ya surat ini kutujukan kepadamu wahai perempuan terhebat yang pernah kukenal.
Wanita yang selalu kuat dalam menghadapi badai sebesar apapun
Terkadang aku suka bertanya kepada Tuhan, Terbuat dari apakah pundak wanita yang kusayangi ini sehingga dia dapat kuat menanggung beban apapun ?
Mamaa, aku kangeeeen banget banget :')
senang tadi akhirnya aku bisa mendengar kembali suaramu walaupun cuma via telepon
semua cerita-ceritamu tentang kejadian yang terjadi di rumah hari ini membuatku seperti ingin segera kembali ke rumah saat ini juga .
Maaa, jujur nih ya kadang aku juga merasa bersalah deh kuliah jauh-jauh gini.
meninggalkan mama bapak dan adik di rumah.
Mengingat umurmu yang semakin memasuki usia senja seharusnya aku ada di rumah untuk merawatmu, membantumu menyelesaikan pekerjaan rumah ya walau aku tak begitu mahir juga sih tapi setidaknya dapat meringankan bebanmu kan ? hehe
mama,
lewat surat ini aku cuma pengen bilang lagi kalau aku sayang banget banget sama mama
mungkin aku memang anak yang manja, yang sering menyusahkanmu dengan sejuta rengekan gak pentingku.
kaka minta maaf ya ma untuk semua tingkah kekanak-kanakan itu.
maaf kalau mungkin tingkah dan ucapan kaka pernah ngelukain hati mama.
Minta maaf juga ya ma kalau sampai saat ini aku belum bisa menjalankan tugasku sebagai anak
aku belum bisa membuat mama bahagia. tapi mam kaka janji, kaka pasti akan ngebahagian mama.
maaf juga kalau selama aku di rumah aku udah ngebuat program diet mama gagal total karena rayuanku supaya mama untuk masak ini itu, makan disini disitu, jajan ini itu. hehe
Cape ga ma denger kata maaf maaf maaf mulu dari aku ? hehehe
soalnya emang cuma itu yang bisa aku bilang. kalau ada yg lebih dari kata "maaf" pasti udah aku kasiin ke mama dari kapan tau deh.
oia ma, satu pintaku tolong jangan pernah menangis ya ma, karena aku gak pernah sanggup melihat tetesan airmata turun ke pipimu.
terimakasih ya mama sayang udah selalu memberi kasih sayang yang melimpah ke aku , adik dan bapak.
Terimakasih juga selalu menyantumkan nama kami pada bait-bait doa yang kau panjatkan .
Jaga kesehatan dan selalu tersenyum ya ma
putrimu yang akan terus mengagumimu
Dita
oleh: @Ruthandita
diambil dari: http://duasembilansepuluh.blogspot.com
Bosan, Masih Tentang Kamu!
Kau yang selalu aku rindukan. Apa kabarmu? Ah, hanya hal itu saja yang selalu terlintas di benakku. Semenjak kita berpisah setengah tahun yang lalu, aku selalu bertanya dalam hati. Apakah kau bahagia dengan keputusanmu ini? Jujur, aku harap tidak. Karena aku pun sangat tidak bahagia.
Terkadang, saat rasa rindu ini padamu muncul, aku suka menghayal. Menghayal saat masa-masa kita masih bersama. Atau nggak, aku suka flashback tentang kenangan kita dulu. Saat kamu berusaha merebut hatiku, dan saat kamu telah mendapatkan hatiku ini. Itu lucu. Kamu masih mendapatkan tempat dihatiku sampai saat ini.
Autis, ya autis. Dulu aku selalu meledekmu dengan sebutan itu. Karena semua hal yang kamu lakukan itu lucu, menurutku. Dan itu selalu mampu membuatku tertawa geli. Ah, aku merindukanmu. Aku rindu menjadi orang yang selalu kamu ingat setiap kamu terbangun di malam hari. Seperti dulu. Itu hanya aku. Bukan yang lain.
Terkadang, aku ingin sekali kembali ke masa lampau. Dimana semuanya terasa bahagia. Dimana hanya cuma kamu yang mampu membuatku tertawa lepas. Dimana cuma aku yang mengingatkan hal kecil padamu. Dan cuma kamu yang membuat hariku terasa indah seperti pelangi sehabis hujan. Rindu menjadi orang yang kau rindukan setiap harinya.
Tak usah kau tanyakan, disetiap doaku selalu terselip namamu. Nama yang tak ayal membuatku gila. Walau sesekali aku rela menghapus air mata ini sendirian. Ketika lekuk wajahmu menyeruak disekitar otakku. Aku rela ketika aku harus melewati malam yang panjang untuk menunggumu. Bisakah aku menjadi perempuan yang selalu kau banggakan di depan sahabatmu? Setidaknya akupun bahagia ketika kamu menjadi milikku, lagi.
Aku tau, kamu sudah bosan dengan semua kegalauanku yang selalu aku tujukan padamu. Aku tau pula, suatu saat rasa ini akan memudar. Ingatkah? Dulu terang-terangan kamu menyuruhku untuk move on darimu? Sudah kulakukan. Berkali-kali. Tetapi belum bisa sepenuhnya tidak memikirkanmu. Aku gelisah. Menunggu kabar yang tak mungkin dikabarkan.
Aku rindu kamu. Aku rindu kita. Rindu semuanya yang kita lakukan bersama-sama. Toh, pada akhirnya, aku memang harus bersikap dewasa. Membiarkanmu bahagia dengan pilihanmu sendiri. Membiarkanmu bahagia walau nggak bersama aku. Aku ingin menjadi karang yang tetap berdiri kokoh ditepi pantai itu.
Sincerely.
Kata
—

Kalian seperti lelaki itu. Kerap membuatku senang sekaligus kesal, terkadang sedih. Saat hadir, ia penuh dengan kejutan-kejutan kecil yang membuatku selalu mampu memaafkan waktu-waktu di mana ia tak pernah ada. Waktu-waktu yang membuatku menanti. Waktu-waktu yang membuatku mencipta satu playlist berisi lagu-lagu mellow dan kudengarkan setiap hari. Sungguh merupa kalian.
Dan kejutan-kejutan kecil itu. Kejutan yang sederhana namun sanggup mengusik sisi sentimentilku, seperti seorang lelaki yang membuka pintu mobil bagi kekasihnya, atau membiarkan sang kekasih berada di sisi dalam saat mereka memutuskan berjalan kaki di tepi jalan. Sepele namun dalam. Sungguh merupa kalian.
Namun akhirnya lelaki itu pergi. Dan aku tahu dia tak mungkin kembali. Hanya meninggalkan retakan yang melebur bersama waktu. Tapi kalian… sejauh apa pun kalian menghilang tak terlacak, aku tahu kalian akan selalu kembali. Dalam berbagai bentuk. Dalam berbagai rasa.
Karena kalian bukan lelaki itu.
Karena kalian adalah buncahan kata-kata yang kerap tidak sabar untuk menetap di antara barisan kalimat-kalimat yang kutulis.
Penuh cinta,
A.
——————
*selembar surat lama
oleh: @prameswary
diambil dari: http://ayuprameswary.wordpress.com
0

Kalian seperti lelaki itu. Kerap membuatku senang sekaligus kesal, terkadang sedih. Saat hadir, ia penuh dengan kejutan-kejutan kecil yang membuatku selalu mampu memaafkan waktu-waktu di mana ia tak pernah ada. Waktu-waktu yang membuatku menanti. Waktu-waktu yang membuatku mencipta satu playlist berisi lagu-lagu mellow dan kudengarkan setiap hari. Sungguh merupa kalian.
Dan kejutan-kejutan kecil itu. Kejutan yang sederhana namun sanggup mengusik sisi sentimentilku, seperti seorang lelaki yang membuka pintu mobil bagi kekasihnya, atau membiarkan sang kekasih berada di sisi dalam saat mereka memutuskan berjalan kaki di tepi jalan. Sepele namun dalam. Sungguh merupa kalian.
Namun akhirnya lelaki itu pergi. Dan aku tahu dia tak mungkin kembali. Hanya meninggalkan retakan yang melebur bersama waktu. Tapi kalian… sejauh apa pun kalian menghilang tak terlacak, aku tahu kalian akan selalu kembali. Dalam berbagai bentuk. Dalam berbagai rasa.
Karena kalian bukan lelaki itu.
Karena kalian adalah buncahan kata-kata yang kerap tidak sabar untuk menetap di antara barisan kalimat-kalimat yang kutulis.
Penuh cinta,
A.
——————
*selembar surat lama
oleh: @prameswary
diambil dari: http://ayuprameswary.wordpress.com
Tuan Yang Lukanya Ingin Kuobati (2)
Kepada sahabat yang kuharap jadi pacarku,
Hai kamu, ini aku lagi. Masih ingat aku kan tuan yang lukanya ingin kuobati? Ini aku, sahabat lamamu yang sering bermain gitar bersamamu yang sering bercanda apa saja denganmu.
Bagaimana harimu? Kuharap harimu selalu berwarna cerah seperti pelangi. Kau mau tau tentang hariku? Aku disini kelabu. Sama seperti warna favoritemu. Bagaimana dengan ekskul basketmu? Apakah kau masih aktif?
Hey kamu, ini aku. Seseorang yang menahan nafasnya bila mendengar kau tertawa akibat lelucon yang kau berikan. Kamu yang selalu mampu membuat efek butterfly her my tummy. Kamu yang selalu mampu membuatnya tertawa bahkan pada lelucon yang tidak lucu sekalipun.
Kamu ingat awal perjumpaan kita? Kita berada diantara langit sore. Mungkin ini terdengar gombal, tetapi tanpa kamu langit sore terlihat biasa saja. Terlihat tidak keren.
Untuk kamu yang teristimewa, aku tidak berharap banyak. Hanya ingin mengucapkan rindu saja. Kepada kamu, terima kasih.
Salam hangat dariku,
@temashiera.
oleh: @temashiera
diambil dari: http://adindaayutemashiera.blogspot.com
Yang Tak Pernah Sanggup Ku Kirim
Dear, Yang Tak Sanggup Ku Sebut..
Sebelum kutulis surat ini lebih lanjut, lebih baik kamu mencari posisi yang nyaman untuk membaca, karena aku tidak tahu apakah surat ini akan sangat panjang atau sangat pendek. Jika terlalu panjang aku minta maaf, karena mungkin aku ingin menganggap surat ini sebagai tong sampah hati tempat aku membuang semua yang selama ini terpendam membusuk di dadaku.
Kamu apa kabar?
Sepertinya pertanyaan itu tak pantas ku lontarkan karena kita tak pernah saling sapa. Hanya sekedar ingin melunakkan isi surat ini, aku menanyakan hal itu dan semoga tanpa aku tahu jawabannya, kamu akan selalu baik baik saja.
Entah mulai kapan aku mengagumimu lewat celotehan lucu, puisi atau sekedar twit foursquare, terkadang ketika kamu ngetwit posisimu ada di suatu tempat, aku ingin sekali datang kesana melihatmu dari kejauhan tanpa punya nyali untuk menyapa. Kamu adalah kekagumanku berselaput jarak dan nyali, mengenalmu dari kejauhan sudah menjadi kebahagiaan yang membuatku aneh dikeseharianku, kadang aku suka bertanya-tanya kalau sudah lebih dari 8 (delapan) jam kamu tidak meghisai timeline-ku, kamu dimana, sedang apa, kenapa belum ada twit-mu di timelineku?.. Oohh iya.. Aku selalu melihat timeline-mu, aku tidak ingin terlewatkan ocehanmu walaupun hanya sapaan “selamat pagi” yang bisa membuatku semangat sehari penuh. Maaf untuk itu, aku sudah terlampau jauh memperhatikanmu, sadar kalau aku sudah melewati teritorial perasaan yang sesungguhnya aku sendiri tidak ingin, dan entah sampai kapan aku akan melirik aktivitasmu di linimasa. Sebelumnya aku ingin menulis mengenai perasaan ini di #cumanaksirunite, tapi aku terlalu malu, dan mungkin surat ini adalah pelampiasanan perasa aksaraku. Ada beberapa puisi kecil yang sesungguhnya aku buat untuk kamu yang begitu saja mengudara di linimasa, celotehan rindu ataupun sesak yang aku lontarkan demi menenangkan diri sendiri.
Aku kira twitter hanya sebuah permainan dengan 140 karakter berisi celotehan celotehan yang tidak akan membawaku pada sebuah perasaan kagum ataupun seperti ini. Ternyata ini permainan yang membuatku terbawa arus celotehanmu hingga aku menggulung didalamnya. Kebahagiaan yang terlalu sederhana karena hanya melihat rajutan aksaramu dapat merubah warna pipiku sehari penuh walau kadang terselip perasaan yang membuat hati menggelitik nyeri. Surat ini akan sama nasibnya dengan puisi-puisi kecilku yang tak sanggup ku kirim, dan akan kujadikan bantal demi memimpikanmu atau aku terbangkan kelangit igauan dimimpiku malam ini, hingga entah.
Terima kasih dan terirama kasih atas segala kicauan yang mungkin kamu anggap sederhana, namun bagiku istana dengan segala rasa.
Sebelum kutulis surat ini lebih lanjut, lebih baik kamu mencari posisi yang nyaman untuk membaca, karena aku tidak tahu apakah surat ini akan sangat panjang atau sangat pendek. Jika terlalu panjang aku minta maaf, karena mungkin aku ingin menganggap surat ini sebagai tong sampah hati tempat aku membuang semua yang selama ini terpendam membusuk di dadaku.
Kamu apa kabar?
Sepertinya pertanyaan itu tak pantas ku lontarkan karena kita tak pernah saling sapa. Hanya sekedar ingin melunakkan isi surat ini, aku menanyakan hal itu dan semoga tanpa aku tahu jawabannya, kamu akan selalu baik baik saja.
Entah mulai kapan aku mengagumimu lewat celotehan lucu, puisi atau sekedar twit foursquare, terkadang ketika kamu ngetwit posisimu ada di suatu tempat, aku ingin sekali datang kesana melihatmu dari kejauhan tanpa punya nyali untuk menyapa. Kamu adalah kekagumanku berselaput jarak dan nyali, mengenalmu dari kejauhan sudah menjadi kebahagiaan yang membuatku aneh dikeseharianku, kadang aku suka bertanya-tanya kalau sudah lebih dari 8 (delapan) jam kamu tidak meghisai timeline-ku, kamu dimana, sedang apa, kenapa belum ada twit-mu di timelineku?.. Oohh iya.. Aku selalu melihat timeline-mu, aku tidak ingin terlewatkan ocehanmu walaupun hanya sapaan “selamat pagi” yang bisa membuatku semangat sehari penuh. Maaf untuk itu, aku sudah terlampau jauh memperhatikanmu, sadar kalau aku sudah melewati teritorial perasaan yang sesungguhnya aku sendiri tidak ingin, dan entah sampai kapan aku akan melirik aktivitasmu di linimasa. Sebelumnya aku ingin menulis mengenai perasaan ini di #cumanaksirunite, tapi aku terlalu malu, dan mungkin surat ini adalah pelampiasanan perasa aksaraku. Ada beberapa puisi kecil yang sesungguhnya aku buat untuk kamu yang begitu saja mengudara di linimasa, celotehan rindu ataupun sesak yang aku lontarkan demi menenangkan diri sendiri.
Aku kira twitter hanya sebuah permainan dengan 140 karakter berisi celotehan celotehan yang tidak akan membawaku pada sebuah perasaan kagum ataupun seperti ini. Ternyata ini permainan yang membuatku terbawa arus celotehanmu hingga aku menggulung didalamnya. Kebahagiaan yang terlalu sederhana karena hanya melihat rajutan aksaramu dapat merubah warna pipiku sehari penuh walau kadang terselip perasaan yang membuat hati menggelitik nyeri. Surat ini akan sama nasibnya dengan puisi-puisi kecilku yang tak sanggup ku kirim, dan akan kujadikan bantal demi memimpikanmu atau aku terbangkan kelangit igauan dimimpiku malam ini, hingga entah.
Terima kasih dan terirama kasih atas segala kicauan yang mungkin kamu anggap sederhana, namun bagiku istana dengan segala rasa.
oleh: @penjahitHuruf
diambil dari: http://penjaithuruf.wordpress.com
Mungkin Karang Tak Setegar Dirimu
Teruntuk Nayla tersayang,,
Selamat pagi Nay,,
Nay,, saat membaca surat ini mungkin kau sedang dirudung kesedihan, tapi aku yakin kau tetap tabah.
Ah,, sebenarnya aku tak tahu akan menulis apa,, aku hanya ingin tahu keadaanmu. Itu saja.
Mungkin pagi ini adalah pagi yang berat untukmu. Kau harus bangun pagi-pagi benar demi menemui kekasihmu di seberang lautan sana, Tapi mungkin apa yang akan kau temui tak seperti yang kau harapkan. Kau bahkan tak tahu kan dimana alamat rumah kekasihmu itu? Tapi kau cukup cerdas, dan pagi tadi sebelum kau terbang kau telah mendapatkan alamatnya.
Nay,, maaf aku tak banyak cerita kepadamu. Padahal aku tahu apa yang sedang terjadi, tapi aku tak sanggup melihatmu bersedih. Ah, dengan begini kau juga tetap akan bersedih.
Ketahuilah kepindahan kekasihmu itu bukan tanpa alasan. Sebenarnya ia ingin sedikit menghapuskan jejak kenangan kalian, Tapi dia selalu berkilah dengan membuat alasan ingin mencari suasana baru yang lebih baik dengan kepindahan itu.
Dan Nay,, saat sampai di rumah barunya tadi apa kau bertemu dengannya? Aku rasa kau tidak bertemu dengannya,, karena pagi-pagi sekali dia keluar rumah. Dia akan pergi berlibur. Aku tau hal itu dari Sari, seseorang yang akan menemaninya menghbiskan libur panjang ini. Seseorang yang entah sejak kapan telah menyita perhatian kekasihmu itu. Ah dan mungkin dia akan menggeser tempatmu di hatinya.
Aku jahat ya nay,, tak mengatakan ini kepadamu.Sekali lagi Nay, aku tak sanggup.
Sebenarnya malam ketika aku menelponmu ingin sekali aku mengatakannya. Tapi aku ceritakan pun kau pasti akan tetap berusaha menemuinya. Meminta penjelasan kepadanya.
Nay,, jangan pernah biarkan orang tahu kalau kau sedang bersedih. Jika memang kalian tak dapat bersama lagi, mungkin dia memang tak pantas untukmu. Aku percaya Nay kamu cukup kuat mengatasi semua ini. Maafkan aku tak dapat menemanimu saat ini,, baik-baik ya Nay. Banyak orang mencintaimu.
-peluk cium-
oleh: @_teenz_
diambil dari: http://perjalananseru.wordpress.com
Selamat pagi Nay,,
Nay,, saat membaca surat ini mungkin kau sedang dirudung kesedihan, tapi aku yakin kau tetap tabah.
Ah,, sebenarnya aku tak tahu akan menulis apa,, aku hanya ingin tahu keadaanmu. Itu saja.
Mungkin pagi ini adalah pagi yang berat untukmu. Kau harus bangun pagi-pagi benar demi menemui kekasihmu di seberang lautan sana, Tapi mungkin apa yang akan kau temui tak seperti yang kau harapkan. Kau bahkan tak tahu kan dimana alamat rumah kekasihmu itu? Tapi kau cukup cerdas, dan pagi tadi sebelum kau terbang kau telah mendapatkan alamatnya.
Nay,, maaf aku tak banyak cerita kepadamu. Padahal aku tahu apa yang sedang terjadi, tapi aku tak sanggup melihatmu bersedih. Ah, dengan begini kau juga tetap akan bersedih.
Ketahuilah kepindahan kekasihmu itu bukan tanpa alasan. Sebenarnya ia ingin sedikit menghapuskan jejak kenangan kalian, Tapi dia selalu berkilah dengan membuat alasan ingin mencari suasana baru yang lebih baik dengan kepindahan itu.
Dan Nay,, saat sampai di rumah barunya tadi apa kau bertemu dengannya? Aku rasa kau tidak bertemu dengannya,, karena pagi-pagi sekali dia keluar rumah. Dia akan pergi berlibur. Aku tau hal itu dari Sari, seseorang yang akan menemaninya menghbiskan libur panjang ini. Seseorang yang entah sejak kapan telah menyita perhatian kekasihmu itu. Ah dan mungkin dia akan menggeser tempatmu di hatinya.
Aku jahat ya nay,, tak mengatakan ini kepadamu.Sekali lagi Nay, aku tak sanggup.
Sebenarnya malam ketika aku menelponmu ingin sekali aku mengatakannya. Tapi aku ceritakan pun kau pasti akan tetap berusaha menemuinya. Meminta penjelasan kepadanya.
Nay,, jangan pernah biarkan orang tahu kalau kau sedang bersedih. Jika memang kalian tak dapat bersama lagi, mungkin dia memang tak pantas untukmu. Aku percaya Nay kamu cukup kuat mengatasi semua ini. Maafkan aku tak dapat menemanimu saat ini,, baik-baik ya Nay. Banyak orang mencintaimu.
-peluk cium-
oleh: @_teenz_
diambil dari: http://perjalananseru.wordpress.com
Subscribe to:
Posts (Atom)