31 January 2012

Variatio 17. a 2 Clav.

untuk Tuan Youri Dolgoruki, yang pedangnya masih berlumuran darah.





Tuan, apa Saya salah?

Apa keliru berarti harus dibunuh Tuan?

Aku mengenal banyak manusia yang hidup, tapi sesungguhnya sudah mati Tuan.

Aku mengenal banyak manusia ber-Tuhan yang membunuh, tuan.

tapi tidak merasakannya langsung seperti yang tuan lakukan padaku.



Kenapa Aku harus dihakimi olehmu tuan?

di saat Aku punya cara yang lain untuk menyembah Tuhan?

Ataukah Tuhan harus disembah hanya dengan satu cara?

kalau memang begitu, sungguh tidak adil-lah Tuhan itu, telah memasukkan berjuta pikiran berbeda yang ada di dunia ini, tuan.



Kenapa Aku harus harus disebut sesat tuan?

di saat Aku merasa lebih dekat dan tentram dengan cara yang lain, tuan?

Ataukah Tuhan harus dipuja lewat satu jalan saja?

Kalau memang begitu, sungguh jahatnya Tuhan itu, telah menciptakan banyak manusia, dan sekedar memainkan peran sebagai penyesat.



Kenapa Aku harus dihina karena Atheis tuan?

di saat Aku merasa lebih mengerti inginMu dari jauh?

Ataukah Tuhan harus disembah dengan cara-cara yang ditetapkan manusia?

Kalau memang begitu, sungguh menyedihkan Tuhan itu, harus tunduk pada aturan-aturan manusia.



Kenapa Aku harus disebut teroris tuan?

di saat Aku hanya mengenakan sorban putih dan berjanggut?

Ataukah Tuhan harus dihormati hanya lewat kedagingan?

Kalau memang begitu, sungguh tidak pedulinya Tuhan itu akan kedalaman cinta padaNya yang tersembunyi dalam hati dan perasaan.



Kenapa Aku harus disebut gila tuan?

di saat Aku hanya menemukanNya lewat menyembah batu dan pepohonan?

Ataukah Tuhan harus dihormati sambil menengadahkan wajah ke langit?

Kalau memang begitu, sungguh buta-lah Tuhan itu. Karena tak melihat betapa Aku memanusiakan manusia lebih dari apapun di bumi.



Tuan, jika malam ini anda bertemu Tuhan itu.

Tolong sampaikan pertanyaan - pertanyaanku tuan.





- oleh manusia yang telah mati dibunuh.












oleh @MungareMike

diambil dari http://mungaremike.tumblr.com/

Penny for your thoughts.

Dear Money,

If someone gave me a penny each time they ask what i’m thinking of, i’d be a rich girl by now. God knows my mind is never quiet and always busy thinking, thinking and thinking…but nobody asks, let alone gives me a penny.

Do you know what I think of you? you’re a celebrity, people want you, looking for you, flashing you here, there and everywhere. You’re the apple of the world’s eye just like the saying, “Money makes the world go round” and i guess for someone like me who doesn’t own you, i stay in the same place all the time, must be dizzying to move around and around eh?

I don’t want you but I do need you, I don’t love you but I also don’t hate you, it’s a mixed up feeling that i have right now for you and of course i do care about you, i care how i use you each time i have you though it’s always for a brief moment. There’s an emptiness in my purse, longing for you, waiting for you but you never came.

I wish my parents gave me a name “Money Penny” just like in James Bond’s movies, maybe then i’ll be blessed with you all the time, maybe then you’ll stick with me like a magnet, but i’m just a jobless, poor girl who needs you so bad. Will you at least be kind to me?

Pretty Please?

PS: I’m needing you right now, so bad that it aches, to pay my bills, to save a little for food and transport especially in July where for the first time after 4 long years someone was kind enough to buy me a plane ticket to go back home to my hometown, but i need you to get by.





oleh @NonaHujan_

diambil dari http://strangerinengland.tumblr.com/

Surat Untuk Mama (Aja)

Ma,
Pagi ini 25 Januari, mama berangkat ke Ujung Pandang, maaf ya aku ga bisa ikut nganterin mama ke bandara, karena aku harus kerja dan belum bisa ambil cuti lagi.
Aku tahu mama bangun pagi-pagi sekali menyiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat, nasi, lauk, bahkan teh manis juga kopi untuk di rumah, tapi aku yang selalu benci dengan perpisahan yang bahkan hanya untuk sementara, satu minggu saja, tak berani bangun lebih cepat. Bukan apa-apa, walaupun mama hanya berangkat satu minggu, aku merasa tetap takut menghadapi keadaan di mana harus melihat mama bersiap-siap, packing dan segala macam yang terus memperjelas keadaan selama seminggu ke depan mama ga ada di rumah. Dan bodohnya saat membuat surat ini di kantor pun, airmata ini berdesak-desakan ingin segera membebaskan diri dari kungkungan rongga mata yang memenjaranya. :( :( :(

Ma, jikalau, seandainya,  mama baca surat ini mama pasti akan ngetawain aku ya kan? Soalnya bukan sekali dua kita beda pendapat, yang di akhiri dengan "Ya udah bagusnya gimana menurut kamu aja."
lalu pernah pula kita hanya saling diam ketika pembicaraan kita tak menemukan titik tujuan yang sama.
Tapi tetap saja, entah kenapa, siapa yang memulainya, tetiba kita sudah duduk lagi berdua, sambil makan bersama, atau sekedar minum kopi saat aku pulang dari berkerja ataupun hanya sekedar obrolan sepintas sebelum aku ke kamar dan ketiduran... Kita pernah selisih paham ya ma, karna hal-hal sederhana, dan oleh alasan sederhana pula kita kembali bisa bersikap seperti biasa bahkan tanpa mengingat kembali apa yang telah terjadi sesaat sebelumnya. :)

Apapun yang terjadi, oleh sebab apapun, kapanpun, kita saling mencintai kan Ma?
Oleh karena itulah perpisahan yang sementara denganmu seringkali membuatku merasa kehilangan, banyak hal yang akan aku rindukan Ma, bukan hanya perhatianmu yang terselip dari setiap teguranmu, bahkan sekedar omelan kecil karena sikap dan sifatku yang seringkali acuh pada hal-hal detail yang Mama inginkan dan yakin bisa kulakukan dengan lebih baik lagi.
Lalu ketika ingat tak ada masakan Mama di meja makan untuk sementara saat aku pulang kerja, kembali menambah kesedihan dan melenyapkan semangatku sejak bangun tadi pagi, Mama tahu kan kalau aku cerewet soal makanan? Tahu kan apa-apa yang aku sukai dan makanan apa yang tidak akan aku makan meski sudah tersaji di meja makan? Ahhh, Mama memang Ibu paling Te-O-Pe dech
Sewaktu merantaupun saat kangen kita bisa ngobrol di telpon berjam-jam lamanya sebelum memutuskan tidur ya Ma?

Ma, baik-baik ya di sana, cuaca sedang tak menentu seperti ini, seperti yang mama sering bilang ke aku, jangan telat makan, biar ga masuk angin, dan usahain biar cepet tidur ahh ini yang selalu bikin aku khawatir kalau Mama berangkat, karna Mama pasti akan susah tidur selain di rumah sendiri.:(
Tenang aja segala sesuatu di rumah pasti akan baik-baik saja, Papa akan aku buatkan sarapan, kopi dan berusaha bangun lebih pagi supaya sempat memasak sebelum berangkat ke kantor, aku juga ga akan pulang terlalu larut malam, secepatnya setelah keluar kantor aku langsung pulang deh :P
Aku juga ga akan tidur larut malam, segala urusan krucils akan aman dan ga akan ketiduran ketika sedang mengerjakan pekerjaan di rumah :D

Ma, kita saling mencintai tapi jarang sekali mengucapkannya secara lisan ya Ma? Tapi we love each other right?
dan aku baru bisa menyelesaikan suratnya hari ini tepat lima hari setelah memulainya
aku sayang mama, dan rasa sepi tanpa mama membuat aku berpikir semoga Tuhan memberikan umur yang panjang agar aku bisa punya lebih banyak waktu dan kesempatan untuk membahagiakan mama.
Aku sayang mama ga lebih kurang dari rasa sayangku pada papa, dan lebih darirasa sayangku pada diri sendiri, selamanya.




Palembang, 30 Januari 2012
Teruntuk mama tercinta, setiap sudut rumah sepi tanpamu ma, tapi tidak dengan hatiku meskipun ketika engkau jauh.





oleh @lia3x

diambil dari http://lia3x.blogspot.com/

Ketiga

Ketiga kalinya kuketikkan sebuah surat penuh kagum untukmu, Kak @adimasimmanuel
Dari yang tak pernah bosan akan semua tulisanmu….

Kuharap Kakak tidak bosan, jengah, kesal, atau apapun itu, saat menerima suratku. Kuharap juga aku bisa menahan diri untuk menjadikan ini adalah surat yang terakhir. Aku janji, ini surat yang terakhir yang akan kutuliskan untukmu, Kak. Atau mungkin hanya akan menjadi yang terakhir kukirimkan, meski bukan yang terakhir kutuliskan.
Malam yang indah kembali kita nikmati bersama didinginnya suhu puncak. Ini adalah tempat favoritku bersama sepupu-sepupuku. Puncak pas. Di mana semua cahaya yang berasal dari rumah-rumah penduduk yang ada di bawah sana, terlihat dengan jelas. Cahaya mereka yang berkilauan seakan menyatakan betapa bahagianya aku dapat kembali duduk di sisimu, meski untuk yang terakhir kalinya.
Niat bersikap seadanya, aku malah kikuk. Ya mungkin kikukku adalah seadanya aku. Kelirik kau sesaat, dan jantungku copot seketika. Lekukan wajahmu dari samping sambil melihat ke langit penuh bintang adalah hal terindah yang mematikan. Aku menunduk, entah mengapa seketika itu tanah di bawah terasa lebih menarik dari pada bintang di langit sana.
Aku mencoba menghirup udara dingin yang bersih. Tersangkut wangi tubuhmu. Tubuhku bergetar hebat, jantungku apalagi. Sampai detik ini, masih tidak masuk akal betapa aku bisa sangat merinding karena wangimu. Akan kuhafal dan kubawa pulang ke Jakarta. Ingat kan, ini pertemuan terakhir kita? Jadi biarkan aku menghafal wangimu dan kubawa pulang.
Aku mendongak. Ternyata bintang-bintang masih anteng di sana. Kakak tau kenapa di puncak dan pantai jauh lebih banyak bintang dari pada di bagian-bagian kota lain? Mungkin karena di sini gak ada polusi cahaya seperti di sana. Di sini gak ada gedung pencakar langit! Gak akan ada bintang yang enggan bermalam di sini. Mungkin gak kalau nanti kita sudah pulang ke kota kita masing-masing, kita bisa melihat bintang yang sama meski dilain tempat? Kuharap mungkin.
Kembali ingat bahwa ini pertemuan terakhir kita. Kamu tau apa yang lebih baik dari bintang malam ketimbang senja pada pantai Kak? Bintang malam memiliki waktu yang lebih lama dari pada senja pada pantai. Betul kan? Ya betapa pintarnya aku memilih pertemuan terakhir kita ini pada malam penuh sesak dengan bintang.
Sudah sejak lama aku mengagumi bintang, begitupun pada rangkain indah milikmu Kak. Sudah sejak lama aku merindu malam berbintang, begitupun pertemuan kita ini Kak. Dan sudah sejak lama aku ingin membawa pulang bintang-bintang itu seperti betapa inginnya aku membawa wangimu pulang ke rumah. Wangimu sudah kusimpan dan masih kunikmati sekarang.
Kutarik nafas panjang lalu kuhembuskan sepanjang jarak yang terbentang di antara kita. Kembali kuselipkan kedua tanganku pada ketiak, dingin. Kelirik kembali dirimu yang masih anteng mengamati ribuan bintang di sana. Aku hanya ingin tau apa isi pikiranmu saat ini. Apakah ingin tetap tinggal untuk beberapa saat, atau malah ingin segera kembali ke kotamu. Kuharap pilihan kedua adalah hal yang paling tidak kamu pikirkan Kak.
When You Love Someone milik Endah n’ Rhesa tetiba hadir menusuk pendengaranku. Entah datang dari mana, mungkin kotak musik Tuhan. Mari kita nikmati bagaimana irama demi irama mereka rangkai sampai menyejukkan hati. Petikan gitar ringannya membuatku terbang.
Tiba saatnya kita harus berpisah. Aku sudah ingat semuanya. Gerakanmu, wajahmu, wangimu, suaramu, dan semuanya. Hanya saja aku tidak dapat mengingat betapa bahagianya aku duduk bersisian denganmu di bawah senja pantai serta malam penuh bintang di puncak. Iya, yang kuingat dari itu semua hanyalah betapa bahagianya aku. Begitu saja sudah cukup bukan?
Secangkit cokelat panas, segenggam kehangatan, sepiring kisah romantis, dan sebuah pelukan hangat. Alasan yang mana yang membuatku ingin pergi? Alasan yang mana yang membuatku tidak nyaman? Alasan yang mana yang harus kuhapus? Aku, ingin tetap berada di sini, tak ingin kemana-mana.

Rasanya sangat enggan meninggalkan detik-detik indah ini.
Segini dulu surat kekaguman dan khayalanku Kak. Kuharap ini tidak membuat kamu benci, marah, kesal, atau apapun itu, terhadapku. Anggap saja ini surat cinta biasa. Boleh kamu sobek-sobek, atau kamu masukkan ke dalam botol dan kamu lempar jauh ke laut sana.
Dalam selembar surat cinta ini, kuselipkan jutaan kekagumanku
Dalam selembar surat khayalan ini, kuselipkan jutaan kehangatan
Dalam selembar surat cinta ini, kuselipkan jutaan kisah romantis meski tak seromantis kisah Bella dan Edward
Dan dalam selembar surat cinta ini, kuselipkan sepucuk janji untuk kembali hanya menjadi pengagummu, tanpa sebuah surat lagi

“I used to hide and watch you from a distance and I knew you realized
I was looking for a time to get closer at least to say...hello”

Tertanda,
Dari kehangatan senja pada pantai,
Annisa Fitrianda.
Teruntuk,
Diri sedingin malam hari di puncak pas,
Adimas Immanuel.





oleh @nisfp

diambil dari http://wordsroom.blogspot.com/

As Simple As That

Ini adalah surat balasan untukmu, teh. Iya, lama, maaf, ehehehe. Hmmm, mulai darimana, ya? Sebenernya, kalo dibilang kagum, emang iya, dibilang sayang, iya juga, dibilang cinta, wah cinta itu satu hal yang berat, tapi kalo dirasain, emang iya sih. hehe, blak-blakan aja lah, daripada dibilang munafik.. :p

Nah, di tulisan itu kamu bilang ga suka sama aku yang sering gonta-ganti pacar? Wah berarti jarang baca blog aku sama updatean twitter ya? Aku itu kenapa gampang pacaran dan gampang putus itu soalnya si cewenya, teh. Yang terakhir tuh yang kamu bahas, aku itu diselingkuhin, to be honest. Mantan aku itu selingkuh sama sahabat aku sendiri (try to feel what i’m feeling that time, teh). Dan ya aku langsung putusin aja, ya ngapain juga dilanjutin haha. Dan aku langsung move-on, soalnya prinsip aku mah ngapain nge-galauin orang yang udah nyakitin kita. As simple as that sih, tapi ya itu kalo kasusnya kita yang disakitin, kalo kasusnya kita putus secara baik-baik atau lainnya, ya itu balik lagi ke kita. Misal kalo kita pengen balikan lagi, tapi si cewenya ga mau, ya galau sih wajar, tapi ngapain juga galau? Toh si cewenya udah ga mau haha, mau digimaian lagi, masa mau maksa-maksa minta balikan? :p Dan you must know that i always serious in a relationship, tapi ya semuanya juga tergantung pasangan kita, kalo pasangan kita serius, ya pasti hubungannya awet, tapi, ya, hampir beberapa tahun terakhir ini pasangan saya ga ada yang serius. Ada yang selingkuh lah (dua kali), ada yang mutusin tanpa sebab (dan ujung-ujungnya punya pacar baru dalam waktu yang deket), dan ada juga yang aku putus gara-gara aku harus pindah kota dulu. Dan sekarang ya kalo kamu mau serius, aku bakalan lebih serius teh kayak ngerjain soal snmptn, hahahahahaha :p

Bahas apa lagi ya, oh iya, gombal. Nah, kalo soal gombalan, ya ada yang serius ada yang engga. Contohnya aja nih, “Kepala aku berat soalnya mikirin kamu terus”, bayangin, kalo kepala kita berat, pasti kita susah jalan, dan kepala kita terus-terusan ada di lantai soalnya susah ngangkat, hahaha. Tapi, kalo mikirin kamunya sih ya itu serius. Ya, yang kayak gitunya sih serius, hehe. Anyway, kalo misalkan suatu saat kamu beneran ada hati sama aku, aku serius kok, bukannya bercanda, teh. :)

Ngomong-ngomong, udah move-on, ya? :3

Aku kasih bonus foto kamu, nih, niiiih.. :p










oleh @mirzapw untuk @atte_yanti

diambil dari http://malaikatdanberuang.tumblr.com/

Hei @Anggarief, Mari Tertawakan Hidup!

Hujannnnnnnnnnnnnnn…
Hujan untuk sang Fajar Bumi.


Dear,
@Anggaarief, Kekasih Sajakku..

Belum semenit hujan turun di langit kotaku, jiwa ini menjadi sangat merindukanmu. Entah kapan terakhir celoteh kita bersambut. Hei, kemana saja kamu? Terlalu sibuk bermain dengan Hujan dan Senja di kotamu? Hei, aku merindukan sajak-sajak kita! :’)

Hei bagaimana langit di kotamu pagi ini? Apakah serupa dengan milik kotaku? Hujan turun dengan begitu bersemangat, mendinginkan hati yang pilu. Harusnya kamu ada di sini, menikmati setiap rintik dan ritme air langit itu bersamaku. Lagi tawa dan canda kita saling bercumbu. Berharap rintiknya juga sedang menyejukkan kotamu.

Hei Pria Pecinta Senja, bagaimana kabar hidupmu? Bagaimana hatimu? Fine? Ahh serupa dengan hatiku. sepertinya.. Hidup ini lucu! Seperti kata kamu, Tuhan bercandanya suka kelewatan. Iya, Tuhan bercandanya suka nyakitin juga. Hei, hati ini… Okay! Hati ini baik-baik saja. Juga seperti kata kamu, semua akan baik-baik saja. Aku percaya itu. Hei, haruskah aku mempercayaimu kali ini? Okay, aku akan memantapkan hati untuk yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Karena Hidup ini tentang semua kebaikan semesta, kan?! Semesta mengatur hal-hal baik untuk kita, kan?

Hei, bagaimana dengan milikmu? Hatimu! Apakah sudah benar-benar sembuh? Jangan biarkan luka itu menganga semakin lebar. Ambil air hujan, rona senja, sajak basa-basi kita dan juga senyumku untuk mengobatinya! Jiwa yang tergambar jelas oleh senyummu itu terlalu kuat untuk digempur cidera luka, bahkan yang sekuat dentaman bom sekalipun. Hatiku punya keyakinan hebat tentang jiwamu. Pastikan kamu punya keyakinan yang sama dengan yang aku miliki.

Jangan biarkan sajak indah kita tercipta dari secuil hati yang pekat karena pilu. Aku yakin, Semesta lebih menginginkan senyum dan semangat kita. Hei, maaf aku belom bisa berada lagi dekat denganmu. Kota kita belom mau mendekat. Ingin rasanya memberikan bahu ini untukmu, pun untuk setiap tangismu. Dan ingin sekali rasanya menyewa bahumu untukku.

@Anggarief, Pria Pecinta Kata..
Mungkin ini akhir pesanku saat ini, pagi ini, waktu pembuka senja kita. Kata-kataku selalu merindukan sajakmu, sebanyak dengan aku yang selalu menginginkan pertemuan selanjutnya dengan kamu. Celoteh, cerita dan canda yang semakin mesra kala kita berjumpa.

Hei mari kita tersenyum. Aku di sini selalu siap berbagi tawa termanisku untukmu! Well bagaimana kalau kita tertawa saja!?! Mari tertawakan kesedihan kita! Mari tertawakan hidup!!




Bye now kamu!


Salam,
Kekasih Sajakmu.

PS : Aku mau kamu membalas Surat Cinta ku ini. luangkan waktumu untuk membuatkan sajak dalam sebuat Surat Cinta. XD










oleh @nilaayu

diambil dari http://nilaayu.tumblr.com/

Untuk Nyonya Pengarang

Selamat pagi nyonya pengarang..

Senang sekali bisa menulis surat cinta untuk sosok kamu, sosok penulis yang selalu aku nanti tulisan - tulisan terbaik nya. Aku selalu senang membaca semua tulisan kamu mbak, dan cukup banyak aku belajar dari sana. Tulisan yang bisa bikin aku masuk ke dalam nya, yang mampu membaut imajinasi ku berjalan pada apa yang kamu ceritakan dan gambarkan lewat tulisan - tulisan kamu.

Semua selalu menyenangkan dan tidak bosan untuk lagi dan lagi membaca nya. Aku juga sedang berusaha keras dan belajar untuk bisa mengembangkan sebuah imajinasi aku dan menuangkan nya pada tulisan, tapi memang benar - benar masih belajar. Tulisan - tulisan kecil aku masih sangat acak - acakan dan perlu banyak di perbaiki hehehe. Dan tentu nya akan selalu terus termotivasi dari setiap tulisan - tulisan kamu mbak, yang selalu di tunjukan untuk tuan arsitek.


Menulis memang bukan hal mudah menurut aku mbak , banyak sekali yang harus kita perhatikan. Salah sedikit aja penguraian nya maka akan berpengaruh pada maksud penyampaian dari tulisan nya itu sendiri , bener gak sih ? hehehe. Menulis bukan hanya tentang sekedar menyelesaikan tulisan nya tapi aku juga ingin sekali bisa membuat tulisan yang bisa jauh lebih hidup, membawa sang pembaca ke dalam apa yang sedang aku ceritakan lewat tulisan - tulisan ku. Dan itu bukan hal yang mudah, aku masih harus banyak belajar hehehe.

Nyonya pengarang, terima kasih untuk waktu nya. Meluangkan sejenak membaca tulisan kecil aku kemarin pagi, dan memberi aku masukan yang akan membawa aku ke hal yang lebih baik. Terutama dalam proses aku belajar menulis yang baik. Suatu kehormatan dan menjadi kebanggan tersendiri untuk aku mendapat kan masukan dari penulis hebat seperti mbak adit, yang tulisan - tulisan nya selalu aku tunggu. Sukses selalu nyonya pengarang, dan semoga berbahagia dengan tuan arsitek nya.Dan semoga tidak bosan menerima pertanyaan - pertanyaan aku tentang menulis yah nyonya, aku harap suatu hari nanti bisa seperti kamu. Menulis sebuah perasaan dari hati untuk sosok lelaki yang aku cintai, menyenangkan sekali pasti nya.



Penggemar tulisan mu,


Rahmawati

*teruntuk nyonya pengarang @adit_adit





oleh @OdetRahma

diambil dari http://suratcintaperempuan.blogspot.com/

Maaf. Tugasku bukan merindukanmu (lagi)..

Maaf. Karena aku tidak bisa mencintaimu, lagi.

Aku tidak bisa mencintaimu lagi, seperti bagaimana dulu aku selalu menjaga senyummu tiap pagi, menanyakan kabarmu tiap siang, merindukanmu tiap sore, dan memimpikanmu tiap malam.

Maaf. Karena aku tidak mampu lagi mencintaimu seperti itu.
Mencintaimu dengan menemanimu berhujan-hujanan, walau aku benci melakukan itu. Mencintaimu dengan selalu menulis puisi tentang sepasang kekasih yang duduk berdua di taman, lalu menyelipkannya di lokermu.

Aku menyerah..

Aku tidak mampu lagi mencintaimu seperti itu. Karena..

Karena kau pun tahu.

Aku telah cukup berbahagia dengan 'dia' yang mencintaiku, seperti aku mencintaimu dulu.
Aku cukup berbahagia dengan 'dia' untuk sekedar mengingat siapa kamu.

Aku cukup berbahagia dengan 'dia' yang setiap pagi datang memelukku dari belakang, yang menangis ketika aku menatapnya datar, yang mengagumi apapun yang aku lakukan.

Aku cukup berbahagia dengan 'dia', untuk sekedar menatapmu dan merasakan amukan rindu di dadaku.

Maaf.





oleh @Nurulkhaliza

diambil dari http://thenurulkhaliza.blogspot.com/

Ingat Setahun Yang Lalu?


Kemeja kotak-kotak, celana jeans belel dan tatanan rambut semi mohawk yang gagal. Yep, dengan dandanan mirip pengamen itu, aku berangkat dari tempatku dengan menggunakan taksi yang pengap oleh bau ketek supirnya, untuk menuju sebuah pusat keramaian di Selatan Jakarta, untuk menemuimu yang mungkin sudah menunggu.

Entah konspirasi apa yang terjadi hingga akhirnya taksi yang aku tumpangi terjebak macet di jalan kecil yang ramai oleh mobil pribadi itu. Merasa panik dengan kenyataan bahwa waktu tinggal beberapa menit lagi dan jarak yang ditempuh masih lumayan jauh, aku berpindah haluan ke Bus Transjakarta yang jalurnya masih lumayan steril dari kendaraan lain.

Setelah lari-larian naik tangga penyebrangan, aku akhirnya bisa berdiri sempit-sempitan dengan puluhan orang bau ketek lainnya di dalam sebuah Bus Transjakarta berwarna abu-abu itu. Alhamdulillah, nggak sampai sepuluh menit aku sampai di tempat kita berdua janjian dengan kondisi mengenaskan karena sepanjang jalan diketekin abang-abang.

Berbekal petunjuk seadanya dari seorang satpam yang kumisnya lebat naudzubillah, aku pun berlarian menuju tempat yang kamu sebutkan di sebuah pesan pendek beberapa menit sebelumnya tadi. Aroma cologne yang aku pakai asal-asalan sesaat sebelum pergi, sekarang terasa aneh setelah bercampur dengan keringat hasil lari-larian sedari tadi. Hasilnya, aku memiliki bau seperti anak sapi belum mandi yang dipakein cologne.

“keluar lift di lantai empat, langsung belok kanan. Di sana tempatnya. Makanannya enak-enak, Mas.” Begitulah pesan dari satpam berkumis aneh tadi. Dan ternyata benar, itu tempatnya. Lalu demi meyakinkan diri, aku membuka pesan pendek darimu sekali lagi.


Aku di depan resto kebab nih. Kamu udah di mana? – xxxxx (+628560909898)

Setelah membaca pesan pendek itu, aku langsung mencari resto yang kamu maksud. Beruntung, resto kebab hanya ada satu di sana. Dengan perlahan, aku pun mendekat ke deretan-deretan kursi dan meja yang berada di depannya.

Lalu, di situlah kamu berada. Di antara sebuah meja dan kursi dengan sandaran yang cukup tinggi. kamu sedang meminum lemon tea dari gelas plastik berwarna putih, ketika untuk pertama kalinya aku melihat sekaligus menyadari kalau ternyata kamu sangat cantik hari itu. Rambutmu yang dibiarkan tergerai manis, terlihat pas dengan baju yang kamu kenakan. Sweet. Samar-samar lagu You’re buatiful milik James Blunt bermain di kepalaku.

Sedetik kemudian, mendadak perutku mules. Kegugupan yang luar biasa besar menyergap dada dan mulai naik ke kepala. Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari masuk ke lorong tempat di mana wastafel tempat cuci tangan berada. Dengan tidak sabaran, aku mencuci muka sambil berharap semoga ketegangan ini bisa lekas menghilang. Larut bersama debu dan kotoran yang sebelumnya menempel di wajahku yang kusam dan jerawatan.

Setelah membasuh wajah dengan handuk kecil yang selalu aku bawa di dalam tas, aku mencoba mematut diri di depan cermin sekali lagi. Baju kotak-kotak yang tadi rapi, kini sudah kusut mungkin karena berdesak-desakkan di dalam Bus Transjakarta. Celana jeans yang tadi belel, jadi makin belel entah karena alasan apa. Hanya rambut semi mohawk gagalku yang masih berdiri dengan gagahnya.

Tapi lepas dari itu, ada ketakutan luar biasa besar yang aku rasakan di dalam dada. Aku takut ada penolakan yang harus aku tangkap, ketika kamu mendapatiku yang mungkin tidak sesuai dengan harapan yang sudah kamu bangun sendiri di dalam kepalamu. Iya, ketakutan-ketakutan seperti ini selalu berhasil membunuh rasa pede pada setiap blind date di seluruh dunia.

Ketika sibuk mengatasi gugup itu, tanpa sengaja aku menangkap bayanganmu di cermin yang ada di hadapanku. Dari sana terlihat jelas kalau kamu sedang makan dengan pelan, sambil sesekali melihat ke sembarang arah. Mungkin kamu sedang mencariku.

Demi memastikan bahwa itu beneran kamu, aku pun mengambil ponsel dan memencet tanda gagang telepon berwarna hijau setelah mencatut namamu dari dalam phonebook. Sambungan telepon masuk, dan dari bayangan kaca di hadapanku, terlihat jelas reaksi kamu yang terburu-buru mengangkat ponsel. Lalu aku menutup teleponnya, sedetik sebelum sempat diangkat oleh kamu yang lalu kebingungan.

Iya. Itu ternyata benar kamu. Dan mulesku makin menjadi-jadi.

Tapi aku harus berani menghampiri. Tidak ada kata mundur dalam kamusku. Mau nggak mau aku harus berani. Aku terus-terusan menyemangati diri sendiri.

Sekali lagi aku mematut diri di depan cermin. Tampilan kusam tadi, kini berganti menjadi tampilan tidak kusam-kusam amat setelah mencuci muka. Sambil melafadzkan doa-doa langit, aku pun bergegas menghampiri kamu dari arah belakang.

“Hai..” Aku nyengir dan kamu kaget.

“Hei..”

Tidak ada tanda-tanda penolakan, dan kita lalu bersalaman.

Dan detik-detik setelahnya, aku langsung jatuh cinta sama cara kamu tersenyum.

* * *

Sekarang adalah satu tahun setelah hari itu, kita sudah menjadi lebih dewasa, lebih mengenal satu sama lain, lebih bisa saling menghargai dan lebih saling menyayangi. Kita sudah tahu kebiasaan masing-masing, kita sudah tahu keinginan masing-masing, kita sudah hapal cara untuk berbaikan ketika salah satu dari kita ngambek seharian. Kita sering tertawa bersama, tidak jarang pula menangis bersama. Tangisan atau tawa yang akhirnya kita habiskan di bawah selimut sampai ketiduran.

Kita sudah semakin pandai sebagai sepasang orang yang saling sayang.

Ada luka, ada tawa, ada sedih, ada kecewa, ada penolakan, ada penyesalan, ada kita. Ada kamu, ada aku, saling mengisi di saat-saat paling terpuruk dalam hidup kita masing-masing. Saling menguatkan, saling menunjukkan rasa sayang. Saling melengkapi, seperti sela-sela jemari yang saling mengisi ketika tangan kita berpegangan.

Sekarang kita semakin dewasa dan terus tumbuh bersama. Aku makin kecanduan keberadaan kamu. Aku pun semakin sering mengalami proses jatuh cinta pada orang yang sama, pada kamu. Aku juga semakin meyadari kalau secara pelan namun pasti, kamu sudah menjadi salah satu bagian paling penting dalam kehidupanku.

Ya. Ini aku, orang yang sama yang selalu berusaha menjadi sebab bahagianya kamu sejak satu tahun belakangan. Orang yang sama yang akan berbagi peluk kapanpun kamu mau. orang yang sama yang akan selalu berada di tempatnya, hanya demi memastikan kamu baik-baik saja. Orang yang sama yang bersama-sama dengan kamu sudah banyak menyusun mimpi ini itu. Orang yang sama yang ingin menghabiskan hidup dengan terus menjadi partner-mu. Orang yang sama yang akan sayangi kamu apa adanya.

Selamat satu tahun hubungan ini, kamu. Dan.. Selamat menempuh hidup yang baru, kita.

I love you, sayang.


fin

P.s : Surat ini ditulis sambil mendengarkan lagu When You Say Nothing At All-nya Ronan Keeting secara berulang-ulang. Lagu kesukaan kamu.


syubidubiduu~ mati kau!

ini goresan tak bermakna, agar kau tahu bahwa kau jauh lebih tak bermakna nya.


syubidubidu~
dendangan kecil untuk pagi yang tak secerah biasanya.
hei, kenapa kau tampak murung, sedang aku berusaha untuk seceria mu kemarin.

syubidubidu~
nyinyiran untuk kicau serak burung pagi ini.
ada apakah gerangan? terlalu capek kah engkau mengejek ku kemarin?
oke.. hari ini gantian aku yang melakukannya :))


syubidubidu~
salam hangat untuk dunia baru yang tak mendukung ku hari ini! damn!


syubidubidu~
begitu bunyi ketukan belati, sebelum kau, aku kuliti dan kebiri.


syubidubidu~
alunan kebencian merasuk diri, menggerakan ku sesuka hati. ku cabik-cabik kau dari segala sisi.


syubidubidu~
ah kau yang disana, bagaimana melodi tusukan-tusukan pada malam kemarin? perih bukan!
ah itu belum seperih yang pernah aku rasakan.

syubidubidu~
hei! ini nada ejekan untuk mu! terkapar kau! haha... mati kau sekarang.


syubidubidu~
harmoni kepuasan mengalir deras. hitam, pekat, dan manis, tampak seperti kopi pagi ini. ya.. sama seperti aku yang teramat puas menghabisi semua sudut kau, wahai kenangan yang bercokol manis di ruang hati.
MATI KAU!

syubidubidu~
begini cara ku mengakhiri, agar kau tak datang lagi.

Gitar

Di sudut ruangan aku melihatmu diam. Bergeming dan menatapku sendu. Mungkin dalam hatimu kau bilang “petiklah aku”.

Aku menatapmu saja sambil menggeleng, dan mataku berkata “aku tak sehebat itu”. Lalu kita hanya akan saling menatap saja. Kadang rasaku tak tertahan dan berjalan ke arahmu, memelukmu dan menyentuh senar-senar hatimu yang berlubang. Lalu ia hanya akan berbunyi “teng”. Tak indah.

Tak kumengerti nada mayor dan minor, hanya beberapa tangga yang sering ku amati. Mungkin tak membuatmu kian indah meliuk di tubuhku. Menyanyikan kelabu.

Akan kau bacakah surat ini? Tak peduli. Aku hanya bernyanyi, memahamimu baru setengah hati. Setengahnya untuk lirik yang mencintaimu sepenuhnya, dengan suara yang kusenandungkan pada tiap gema senarmu.

Suatu saat di atas panggung besar, akan kuingat pertama kali – saat kita mencipta lagu cinta, juga banyak lagu pedih lainnya. Aku kadang menangis memelukmu, dengan tak berdayaku menahan kepedihan, dari diammu yang perhatian.

Oh, Gitarku yang sepi, mendentinglah sendiri.

Mencintaimu,

Ika


Penyesak Pikiran

Kepada Kamu yang Menyesaki Pikiranku

Dengan gelisah,
Aku melayangkan surat ijin untuk berhenti memikirkanmu terhitung sejak hari ini. Keputusan yang aku ambil ini sungguh berat, terlebih untuk diriku sendiri yang bahkan langsung memikirkanmu ketika mataku terbuka kala mendengar suara adzan subuh. Katanya, orang yang kita pikirkan pertama kali saat bangun dari tidur sesungguhnya adalah jodoh kita. Tapi sayang, kamu sudah memilih dia untuk menjadi jodohmu. Anggap saja aku sedang tidak beruntung karena perumpamaan itu tidak berlaku untukku.
Aku benar-benar meminta ijin untuk berhenti memikirkanmu. Otakku bosan karena aku mengisinya hanya melulu tentang kamu. Tentang siapa kamu, tentang bagaimana kamu, tentang kelakuanmu, tenang hobimu, tentang kebiasaanmu, tentang kecintaanmu, tentang ketidak sukaanmu, tentang cita-citamu. Denial sebenarnya karena toh saat menulis ini aku justru semakin memikirkan kamu. Bodoh.
Semoga aku bisa berhenti memikirkan kamu. Setidaknya untuk saat ini. Saat dimana aku seharusnya memenuhi isi kepalaku dengan segalanya tentang dia bukannya malah semakin menjejakinya tentang kamu.
Memikirkan kamu sungguh menjadi candu. Tolong bawa aku ke tempat rehabilitasi pikiran sekarang juga. Cungkil semua sel di otakku yang terukir namamu kalau perlu.

Genggaman Cakrawala, 30 Januari 2012

Gelisahku,
Pelupa yang Tidak Pandai Melupakan


Kupu-Kupu Belang Pada Ilalang

Kepadamu yang jarang terlihat dibanding dahulu

Untukmu yang mengepak manja, penuh pesona. Hinggap dari satu bunga ke bunga lain yang merona. Mungkin orang berpikir kamu tidak setia, tidak betah lama-lama pada satu bunga. Abaikan saja, mereka tidak tahu bahwa kamu itu perantara kehidupan eksekutor penyerbukan.

Aku meminta mereka, tanyakan saja makna perjuangan kepadamu. Agar mereka mengerti jika untuk menjadi seperti ini ada beberapa proses harus dilewati. Bagiku itu perjuangan, karena kamu telah bertahan untuk hidup dalam rantai makanan. Cantikmu yang tercermin diatas jernih air yang dingin, semoga kamu sadar jika kamu adalah keajaiban yang nyata.

Orkestra sabana membahana dengan kamu sebagai peran utama. Jangan sirna wahai sempurna, menarilah dengan gembira di padang ilalang. Ilalang pasti akan ikut bergoyang bersama semilir angin yang datang. Berdendang tentang alam yang tenang saat musim semi datang.

Kupu-kupu belang pada ilalang, puncak dari perubahan akar dari keindahan. Semoga nafas alam memberi rasa nyaman bagimu untuk terbang bebas.


Surat Nomor Tujuh Belas: Sore Ini di Kedah

Kedah, 30 Januari 2012

Dear kamu,

yang sudah berhari-hari namamu absen di ponselku

Selamat sore..

Kedah sore ini mengingatkan saya banyak hal tentang kamu. Tentang kita, tepatnya. Jika jam menunjukkan pukul 3 seperti ini biasanya kamu sedang menonton film serial favorit kamu, ditambah semangkuk mie kuah ayam bawang dengan uap panas masih mengepul. Sedangkan saya biasanya baru saja pulang kuliah, sedang berbelanja di supermarket di samping kampus.

Semestinya, gak ada surat untuk kamu hari ini. Juga besok. Mungkin juga besoknya lagi. Kamu terlalu banyak bolos mengabari hati saya yang saban hari tunggu kabar kamu. Tapi pernahkah kamu, untuk sekali saja, menerka-nerka tentang saya?

Bagaimana kabar saya?

Apakah saya memikirkan kamu?

Masih tebalkah rindu-rindu saya?

Belum berdebukah cinta saya?

Pernahkah?

Tapi belum.. Belumlah luntur nama kamu. Masih saya polesi dengan kenangan lalu dan kangen yang bertubi-tubi. Kadang, saya coba hitung kenangan kita. Kangen saya pada kamu juga pernah saya coba hitung. Tapi, angkanya selalu hilang ditengah jalan. Sepertinya terlalu banyak, sampai-sampai saya bisa jatuh tertidur saat menghitungnya.

Kedah sore ini memang gak secantik kenangan kita. Kedah sore ini terlalu sepi, gerah, gersang. Mirip perasaan nyaman saya yang hilang. Yang kamu curi cuma-cuma saat kamu gak lagi inginkan kita saling mendekat.

Kangen dinyamankan oleh adanya kamu itu sesak, asal kamu tau saja.


Dari saya,

yang belum nyaman jika belum ada kamu


Lihat, Aku Berhasil Mengalahkan Jarak

Buat kamu @riosalomo

Hai… Hi-hi-hi… Lucu juga ya aku malah ngirimin kamu surat. Maaf ya kalau judul surat buat kamu ini aku ganti. Soalnya yang ‘122 menit’ itu mau aku simpan dulu dan aku jadiin sesuatu yang lebih baik lagi sampai nanti waktu yang tepat akan aku publikasikan.

Ingat pertama kali kita kenal? Aku itu suka nyuekin kamu. Dari awal kita kenal aku itu sama sekali nggak pernah berpikir atau bahkan membayangkan kalau kamu bakal jadi salah satu orang terpenting dalam hidup aku setelah Tuhan dan keluarga. Malah aku dari dulu berusaha menghindar dari kamu. Tau kenapa? Iya, itu dia.. Aku nggak begitu suka dekat dengan laki-laki yang kulitnya hitam. Hmm, maaf ya.. Tapi itu dulu… Dulu, sebelum kita bisa sedekat sekarang. Alasannya sederhana kok. Aku itu dulu suka berpikir kalau kulit hitam itu berarti jorok, malas mandi, makanya meninggalkan daki sampe menghitam. Ahh, itu alasan dulu ya.

Aku sama sekali nggak pernah ngebayangin kalau kita bakal sedekat ini. Langsung menelepon kalau pengen curhat. Langsung ngajak ketemuan kalau ada yang pengen dibicarakan. Makanya orang-orang selalu mikir kalau kita itu pacaran. Kita selalu bersama di tempat-tempat umum. Mulai dari acara ulang tahun, peresmian galeri foto, perayaan Natal, bahkan saat aku liputan pun kamu mau aja nemenin aku. Makanya nggak heran baik papa-mamaku atau papa-mamamu sering mikir kalau kita ini pacaran.

Kita juga sering membahas masalah pacaran jarak jauh. Bukan untuk kita berdua. Tapi untuk kita masing-masing dan pasangan kita nantinya. Aku bilang kalau aku sebenarnya termasuk tipe cewek yang nggak bisa pacaran jarak jauh. Aku membutuhkan fisik, raga, dan kehadiran. Mau dibilang telponan berjam-jam, video call, atau internetan semalam suntuk, tetep aja rasanya nggak sama kalau nggak ketemu langsung. Aku perlu pelukan langsung. Bukan cuma ucapan, “Selamat pagi,” atau, “Aku rindu kamu.” Aku perlu fisik yang bisa kupeluk kalau aku butuh bahu. Aku perlu raga yang bisa menghangatkan aku kalau-kalau aku lagi terpuruk.

Lalu apa kamu ingat kalau kamu pun pernah berujar kalau suatu hari nanti kamu juga pasti akan pacaran jarak jauh. Boleh aku tau siapa rupanya gebetan yang kamu maksud? Msak kamu masih mau main rahasia-rahasiaan samaku? He-he-he…

Entahlah, aku bingung seperti apa nanti aku pacaran. Jujur aku nggak mau pacaran jarak jauh. Tentu kamu tau alasannya kan? Bukan aku yang nggak bisa menjaga perasaan. Ingat tentang pangeran masa laluku kan? Lihat, aku berhasil kan melawan jarak? Aku berhasil menjaga perasaanku selama 7 tahun dengan 4 tahun terpisah jarak. Tapi sayangnya itu tidak di kedua belah pihak.

Lagi-lagi entahlah. Aku sebenarnya enggan untuk menjalani hubungan pacaran jarak jauh. Tapi kalau suatu saat nanti ternyata Tuhan mempercayakan aku untuk hubungan tersebut, aku yakin aku pasti menang melawan jarak. Aku juga pernah baca kalau distance never kills love. Doubts do it. Iya, bukan jarak yang membuat hubungan kandas. Keraguan yang mematikan hubungan itu.


dikirim oleh @Judika_judik u @riosalomo di http://judikabm.tumblr.com/

Hujan dan Alasan

Dear hujan,

Apakah kau masih suka basah? Apakah kau masih suka bingung dalam memilih cara untuk jatuh? Lalu, bagaimana caranya kau bisa menggigilkan tubuh orang, sementara kau sendiri tak sedikit pun merasa kedinginan? Atau sebenarnya seusai menjatuhkan diri pada bumi, kau segera bersembunyi di balik awan tebal, dan memintanya untuk menghangatkanmu? Aku tak tahu pasti. Namun, jika spekulasiku itu benar, aku minta maaf, karena terkadang akulah yang memohon pada Tuhan untuk menampakkanmu di muka bumi.

Orang-orang selalu mengatakan bahwa kau ini spesial –termasuk aku. Bahkan ada yang bilang bahwa kau itu terdiri dari 1% air dan 99% rindu. Apa itu benar? Bagiku, iya. Kau selalu berhasil membuat orang merenung, merindu, dan menyendu. Apa kau sendiri menyadarinya? Apa kau tahu, bahwa aku pun pernah jadi salah satu korbanmu? Tapi, tidak semuanya salahmu. Rindu memang semestinya datang pada waktunya. Entah itu ada sosokmu, atau tidak. Hanya saja terkadang kau seperti backsound (dung-dung-deng) di balik adegan menegangkan dalam sinetron-sinetron norak di televisi : mendramatisir cerita. Sekali lagi, itu bukan salahmu. Kamilah –manusia- yang terlalu mudah terbawa suasana.

Dear Hujan,

Tahukah kau, kau selalu berhasil membuat segala sesuatu nampak lebih romantis? Tetapi berhubung aku single, aku tidak menikmatimu dari dalam warung tenda mie ayam pinggir jalan bersama seseorang. Aku lebih sering (dan senang) mengamati gerak-gerikmu sendirian. Kau selalu pandai menjadwalkan diri untuk jatuh, yaitu ketika bel terakhir sekolahku berbunyi. Aku berlari-lari kecil menyeberangi jalan depan sekolah –sedikit menghindarimu yang akan membuat basah bajuku, lantas menaiki sebuah bus yang akan mengantarku sampai rumah tanpa kakiku harus tergerak. Kau bisa datang kapan saja, dan dengan cara apa saja. Dengan cepat menghantam tanah, atau pelan-pelan untuk sekadar membiarkan baju kami tak teramat basah. Kau jatuh ke bumi tanpa menyentuhku. Dan aku hanya bisa memandangimu dari balik jendela bus kota yang memburam –karena tingkahmu. Sesekali kuusapkan tanganku padanya, untuk menjernihkan pandanganku menuju keadaan luar yang berhasil kau buat menggigil kedinginan.

Tetaplah menjadi hujan yang rela kupandangi sambil menyesap rindu. Tetaplah menjadi hujan yang selalu ada ketika kumohonkan pada-Nya. Terima kasih telah membuat hari-hariku (dan hatiku) basah, tak kering membatu.

Sekian surat dariku. Oh ya, aku punya satu permintaan untukmu, kumohon jangan mengunjungi bumi ketika jemuranku sedang menikmati sinar mataharinya



Penggemarmu, yang selalu menantimu bersama rindu


Jemput Aku Bisa?

Sebuah acara dinner yang begitu sederhana, kau tawarkan padaku. Di antara malam dan suara deru jalanan.


Dear kamu,

Aku tulis surat ini untukmu. Ku harap kau baca. Kelak, surat ini akan menjadi memori tersendiri bagi kita di saat tua nanti. Ketika rambutku mulai memutih, ketika gigiku sudah mulai tanggal dan jarang, ketika kulitku mulai berkeriput, bahkan ketika kita sudah tak sekuat hari ini lagi. Anggap saja, ini dokumentasi perjalanan hidup kita, untuk masa depan.

Hari itu, seperti biasa, kau mengirimkan sebuah pesan singkat. Mendarat tepat setelah aku menyelesaikan sholat asharku.

From: Adjie S.

Assalamualaikum. Sedang sibukkah?

Kau harus tahu, saat aku membaca pesan singkatmu, ada desir yang diam-diam mengalir. Perlahan, rona itu pun kembali hadir. Namun, segera kutepis rasa itu. Ya, rasanya aku tak pantas berharap sesuatu yang lebih kepadamu. Apalagi menyangkut hati.

To: Adjie S.

Walaikumsalam Kang. Alhamdulillah sedang tidak ada kerjaan, ada apa ya?

Begitu balasku padamu, masih ingat? Tenang, kalau kau lupa, sudah kutuliskan pada lembaran putih ini. Goresan memori kita.

Aku segera bebenah segala perangkat belajar yang baru saja kupakai. Di usia yang tidak lagi muda ini, rasanya aku semakin sadar, bahwa pengetahuanku semakin sedikit. Tidak salah bukan, kalau aku terus belajar? Iya, sama seperti kamu, yang begitu rajin membaca buku.

Masih ingatkah kamu? Di perpustakaan itu kita duduk. Berbeda meja, bersebelahan. Hanya dibatasi oleh tumpukan buku, seolah menjadi tembok antara kita. Aku masih ingat raut wajahmu saat berdiri, menatap heran atas sesuatu yang terjadi pada laptopmu. Dan, tak lama, senyum mengembang indah dari wajahmu. Ah ya, kau benar-benar ciptaan-Nya yang paling indah :”)

Tapi segera kutepis rasa yang makin berkecamuk itu. Aku bukan siapa-siapa kamu. Kenal pun tidak. Hingga akhirnya, laptopku pun berakhir sama denganmu…

Di saat itulah, perkenalan pertama kita…

From: Adjie S.

Bisa temani aku makan malam? Sebentar saja. Ada yang harus aku bicarakan..

Is it a date?

Stop! Itu yang tiba-tiba terlintas pada benakku. Ah ya, kupu-kupu dalam perutku ini mulai bekerja. Berterbangan tak tentu arah ke setiap penjuru ruang. Tapi, aku pun harus mempertimbangkan logika disini. Hati tak boleh sepenuhnya bekerja.

Sebab aku bukan siapa-siapa kamu. Rasa ini, hendaknya ku tahan, hingga waktu yang tepat…

To: Adjie S.

Makan malam? Dimana? Sebaiknya aku pamit dulu kepada ibu..

Hey kamu, kamu juga harus tahu betapa ribetnya aku saat itu. Memilih-milih baju, memilih-milih outfit yang pas. Ah, tapi lagi-lagi….. kutepis perasaanku. Aku tak boleh ‘semurah’ ini. Buat apa memakai baju bagus, toh kalau kamu pun ternyata tertarik padaku, bukan dilihat dari bajuku kan? (Hayoooo ngaku ya nanti.. :p)

From: Adjie S.

Di tempat biasa. Kujemput di rumahmu, 15 menit lagi..

Baru saja aku terpikir untuk memintamu menjemputku, namun aku bukan siapa-siapa kamu. Bukankah aku tidak berhak meminta? Isi pikiranmu hari ini, (sepertinya) sama dengan isi pikiranku..

Hey, tapi darimana kau tahu alamat rumahku?

Dan, tak lama, dengan isi kepala yang masih bertanya-tanya, aku membuka pintu. Melihat kau datang ke rumahku. Menjemputku. Pamit kepada ibu. Untuk pertama kalinya…

Eh, kita belum pernah seperti ini bukan?

Kamu pun melaju, bersama dengan mobil yang kamu bawa. Aku hanya bisa duduk di bangku depan. Sembari menyembunyikan desir yang mengalir, kupu-kupu yang berterbangan, rona merah yang semakin terlihat jelas, dan getar gemetar jari-jariku. Ah, aku malu :”>

Kamu membawaku ke sebuah tempat makan sederhana favoritku: sate keroncong. Memesan seporsi sate kambing bumbu kecap, seporsi tongseng, setengah porsi nasi untukku dan satu porsi nasi untukmu, dan dua gelas jeruk hangat. Diiringi alunan musik keroncong era tahun 60-an. Dan kamu pun memulai pembicaraan…

“Arina…”

“Ya?”

“Kita sudah saling mengenal selama sepuluh bulan terakhir bukan? Sedikit sekali ya kita berbincang. Eh, atau bahkan sebenarnya banyak ya? Aku tidak begitu menghitung dengan jelas. Di perpustakaan pun kita tidak selalu bertemu bukan? Tetapi, aku selalu merindukan hadirmu di perpustakaan itu. Memintamu untuk menjelaskan padaku beberapa ilmu yang baru saja kau baca. Mengajarkanku beberapa hal yang ternyata ada yang tidak kudapatkan selama mengecap pendidikan disana. Merindukan setiap senyum yang mengembang di wajahmu. Entahlah. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya.”

Bagiku bukan sepuluh. Bukan sepuluh bulan. Aku sudah mengamatimu sejak lama. Iya, tapi itu aku, bukan kamu. Aku masih menahan semuanya, hingga hari ini, di depanmu.

Batinku bergejolak. Bibirku masih terdiam. Sesekali bergerak, berusaha membalas ucapanmu. Namun, rasanya………. kelu.

“Aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Selama sepuluh bulan terakhir merasa uring-uringan. Merasa bahwa….. yah, ini memang sudah waktuku. Usiaku sendiri sudah menginjak kepala dua, pertengahan, menuju kepala tiga.”

Panas. Aku merasa suasana di sekelilingku mulai memanas.

“Maka, kali ini aku…”

Suaramu terhenti. Aku hanya bisa menunduk. Rasa yang kutahan selama ini agaknya sebentar lagi akan meledak. Meledak dan menghancurkan hatiku. Ah ya, kamu harus tahu, saat itu aku merasakan sakit yang teramat sangat. Sakit karena menahan perasaanku sendiri :”(

“…aku ingin kamu menjadi pendamping hidupku, membangun mahligai indah yang selama ini -mungkin- kau idam-idamkan, menerima dan memelihara segala rasa yang -sepertinya- sedang kau tahan sekarang, ya kan? Bisa?”

JEDERRRR!!!

Mungkin seperti itu bunyi yang ada di hatiku. Ah ya, mungkin kau diam-diam mendengarnya ya? Mendengar jeritan hatiku yang menahan segala rasa ini untuk tetap diam hingga waktunya tiba. Aku berpikir keras. Aku tak bisa menjawab pertanyaanmu saat itu juga. Aku takut ini hanyalah sebuah keterburu-buruan. Aku takut….

“Kamu…… melamar aku?”

“Semacam seperti itu. Hmm, atau, ya memang itu…” jawabmu.

Namun tak kujawab. Tak lama, beragam menu yang dipesan pun sudah datang. Alhamdulillah :”) Kau harus tahu, betapa lega perasaanku saat bapak tua itu membawakan pesanan makanan kita. Bukan apa-apa, Tuhan memang sedang memberikan waktu kepadaku untuk berpikir. Hingga akhirnya kau mengantarkanku sampai depan rumah, belum juga kujawab permintaanmu itu. Hahaha bersabarlah, sehabis aku bebenah diri, sholat istikharah, dan berbicara dengan ibu, akan kukabarkan secepatnya kok kepadamu :p

Hingga detik ini, saat aku menulis surat dokumentasi memori kita, aku masih belum menjawab pertanyaanmu. Kau tahu apa jawabanku? ;)

To: Adjie S.

Assalamualaikum Kang. Besok jemput aku, bisa? Menjemputku, untuk merangkai masa depan bersamamu. Ajak orangtuamu ya, jangan lupa.. :)

Klik! Sent.

Iya, ini jawabanku: jemput aku, bisa?




Senin, 30 Januari 2012
Your future life-partner (insya Allah),


buat mama seorang!

dear Mama,

Makasih untuk selalu doakan anakmu ini, makasih hari ini mama, makasih untuk kemarin dan kemarinnya lagi, dukung ayi terus ma, doakan terus juga. ayi gini juga buat mama kan.
Doa mama itu penting banget. serius! lebih penting dari sekedar telpon koko. ups! (semoga koko gak ngepoin blog hari ini)
mungkin ayi bukan anak orang kebanyakan yang membanggakan orangtuanya karena prestasi akademik. ah suer, akademik ayi mah gak bisa dibanggakan sama sekali. Dari pas sekolah juga nilai sekolah biasa aja, kuliah IP pas pasan. gak ada ma..
eitss.. entaran ma, gak bisa dibanggakan di akademik insyALLAH di bidang lain. Mangkanya doain ayi terus ma. ini juga lagi berusaha semaksimal mungkin untuk bisa bikin mama bangga dengan mimpi-mimpi ayi.
merealisasikan mimpi ayi untuk ngebuktiin kekuatan doa mama di nama ayi. dukungan mama itu udah lebih dari cukup banget ma. apalagi untuk hari ini.
mama tetep sehat ya, biar bisa doain ayi terus. Ayi juga doain biar mama sehat terus, biar bisa tahu proses dari ngejemput mimpi ini. biar mama ada disaat ayi bisa mewujudkannya.

anakmu yang paling manis
ayi.


Untuk Kekasih Pertamaku

Halo sayang apa kabar?

Baik-baik saja kan? Jangan lupa istirahat dan makan ya,,,

Karena tabiat belajar mu yang sungguh luar biasa, seringkali membuatmu lupa waktu.

Mungkin kau bertanya kenapa aku menuliskan surat ini kepadamu. Tumben, biasanya juga sms saja. Tapi hari ini tampaknya aku ingin banyak bercerita kepadamu, sedikit bercerita tentang kenangan kita.

Kau tahu, pagi tadi hujan keras di tempatku. Teramat keras sehingga membangunkanku dari mimpi yang indah. Kemudian aku beranjak menuju ke jendela, melihat rintik hujan saling susul menyusul jatuh ke bumi. Tampaknya mereka begitu bahagia. Seketika itu juga aku mengingatmu, mengingat kita. Katamu jika rindu itu seperti embun, pastilah hujan ini adalah jemlaan dari rasa rindu yang teramat besar.

Sabtu itu tepat pukul 11.00 kelas telah usai. Sepertinya kita malas untuk beranjak pulang, kita asyik bercerita pada sebuah bangku panjang di depan kelas bersama beberapa teman yang lain. 30 menit kemudian hujan deras mengguyur, beberapa teman segera pulang. Hingga sore menjelang, hanya tinggal kita berdua di bangku itu. Kita bercerita tentang banyak hal. Dari hal serius sampai ke hal remeh temeh, tapi menyenangkan. Sesekali aku bermain air, sedikit mencipratkannya ke arahmu. Matamu melotot, memasang muka marah. Tapi aku tahu itu hanya pura-pura dan aku pun tersenyum lebar sedikit menahan tawa. Tak sabar aku menunggu hujan reda, aku ingin pulang hujan-hujan sekalian bermain air. Kau bilang tidak boleh, air hujan bisa membuatku sakit. Katamu aku akan terlihat jelek jika demam, mukaku bisa merah seperti kepiting, belum lagi kalau aku terkena flu, aku akan bersin sepanjang hari, jadi anak ingusan. Aku menurut bukan karena percaya semua kata-katamu melainkan hari itu rasanya aku ingin berlama-lama denganmu.

Kenangan tentang kita dan hari hujan itu masih teringat jelas seolah aku bisa melihatnya dari mata jendela kamarku sekarang. Bagaimana tidak dari siang hingga menjelang malam kita menghabiskan waktu bersama. Lepas magrib kau baru mengantarku pulang, itupun masih diiringi rintik gerimis. Saat kau akan mengantarku, aku bilang aku bisa sakit kalau hujan-hujan. Tapi kau bilang ayah ku akan benci kepadamu bila kau memulangkanku terlalu malam. Dan seperti yang sebelumnya terjadi, aku menurut.

Sabtu itu adalah malam minggu pertama kita, dan rencana kita jalan-jalan sepulang sekolah batal oleh hujan. Aku sedih? Tidak, karena yang penting bukan dimana tetapi bersama siapa kan. Hehehe. Malam minggu pertama bersama kekasih pertama hanya dilewatkan dengan meliat air hujan saling berkejaran adu cepat menuju bumi. Hahaha, kenangan malam minggu yang aneh bukan. Hmmm kamu mungkin tidak percaya kalau kau kekasih pertamaku. Iya, kamu itu kekasih pertamaku. Memang sempat ada beberapa orang yang dekat, hanya sebatas dekat.

Terkadang aku tersenyum sendiri. Masih merasa heran dengan apa yang terjadi. Mungkin orang bilang kita seperti dua makhluk dari planet yang bener-benar berbeda. Namun Tuhan mempersatukan kita. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan bukan apabila kita telah menyerahkannya kepada Tuhan?

Dan pagi ini seolah hujan mewakili rasa rindu kita. Aku tersenyum.

Kini kita terpisahkan oleh samudra. Tapi tak apa, itu kan demi masa depanmu, mmm masa depan kita juga kan? Hal itu juga demi membahagiakan Ayah dan Bunda, impian dan harapan mereka kepadamu begitu besar. Belajar yang baik ya, semoga cepat lulus dan cepat kembali. Jangan lupa berdoa, dan jaga kesehatan. Aku menunggumu di sini.

_kekasihmu_


Special Seventeen In Day #17

Happy birthday happy birthday happy special day to you, Ajeng Laras Suciana.

Seperti sebuah kebetulan yang istimewa ya, ulang tahun adikku yang ke 17 tahun ini tepat dengan hari ke #17 program #30HariMenulisSuratCinta, how special you are, sissy!

Semoga di usia yang katanya “manis” ini semua bagian hidupmu diberkahi oleh Allah SWT.
Cita-citamu untuk menurunkan berat badan pasti bakal jadi sesuatu yang ga pernah bosen aku cekokin ke pikiranmu, ha ha ha.
Semoga tingkah kekanak-kanakanmu perlahan semakin hilang. Ya boleh aja sih childish untuk lucu-lucuan, tapi jangan terlalu sering ya, inget umuuuur :D

Dan jangan pernah menanggalkan tingkah polahmu yang kocak, yang setiap hari berubah varian, tambah lucu dan bisa mengocok perut seisi rumah yang melihatnya. Tapi satu yang aku harap, jangan ada lagi perubahan drastis dalam sekejap, dari yang tadinya konyol-konyolan lantas berubah tiba-tiba jadi temperamental, membuat yang tadinya terbahak-bahak jadi ikutan bete juga, ha ha ha.

Semua yang aku harapkan adalah yang terbaik, semoga kita selalu akur, cerita-cerita bareng, berdialog dengan dialog yang super ga penting, adu argumen, ejek-ejekan, marahan, tapi terus baikan lagi.

This sweet special #17 is just for you. Go ahead reach your dreams, I trust you, my dear sister.

Salam The Sister (L)

Your Botak


Pick One : Saudara / Teman?

Hai saudara, hai teman, hai semuanya. Di sini masih siang menjelang sore, masih ada matahari tapi sinarnya redup, kayak lampu 5W gitu deh. Di sana gimana? Waktu kita pasti ga jauh beda ya pukul berapanya pasti beda-beda berapa menit aja, kecuali yang satu sih, beda hmmm 11 jam dengan kita. Maaf, hittung-hitunganku lemot :( Yang beda cuma apa yang sedang kita lakukan.. Iya, itu aja kan?

Kamu semua masih ingat ga, waktu aku masuk TK hari pertama, masih cengeng, ga mau ditinggal orangtua. Waktu kamu dekati aku dan kenalan, eh tau-tau kamu lari ke taman main, aku ditinggal, dan aku nangis :( langsung guru manggil kamu dan ngajak kita barengan ke taman. Aku masih inget itu, selalu. Anehnya kita seakan pisah di hari-hari selanjutnya dan reuni waktu SMA, satu sekolah dan kita udah kayak orang kenal lama buanget, bisa nyambung tanpa canggung. Aku kangen ketemu kamu, Erdiana.

Sewaktu aku harus dibaptis, kalian yang menjadi orangtuaku, sesuai akta lahirku. Ada satu lagi tante waliku. Aku nangis-nangis karena itu kali pertama aku menghabiskan malam yang bukan dengan orangtuaku. Sewaktu acara juga masih ada sisa tangis, entah karena takut sama orang-orang di sana atau memang jiwaku yang mudah mudah mudah sekali menangis. Masih kuingat foto yang diambil waktu aku mewek (uuugh).

Saat teman lain punya hanya satu pasang orangtua, aku punya dua. Betapa kaya aku. Kalian semua sayang aku, beserta anak kalian juga sayang aku. Aku pun. Sayang kalian semua-muanya. Tapi..tidak lantas aku bisa menerima semua didikan kalian berdua, karna terkadang ada yang tidak cocok dengan aku, dengan budaya keluarga kecilku. Maaf. Kalian tetap terbaik yang aku miliki.

Masih juga kuingat hari dimana aku begitu semangat mau berbelanja ke situ. Saking semangatnya aku menawari semua orang untuk ikut atau sekedar titip. Sampai kamu bilang, halah, cuma situ aja pake heboh. Ah, aku kadung semangat. Tapi benar, hanya segitu tempatnya. Meski begitu, aku tetap excited.

Masa beranjak dewasa memang menyulitkan buat aku, berbagai rasa yang muncul membuatku gamang menghadapinya sendirian. Terkadang aku jaim, sok mengatasi seorang diri, namun pasti ada saat “menyerah” dan aku pun koar-koar memanggil kalian. Hanya segelintir yang datang… Hanya dia, dia, dia dan dia. Ah, hanya empat, bisa dihitung dengan sebelah tangan dan bisa kulihat hanya dengan membuka satu mata.

Maaf saudara, aku pilih teman.


Saya bermimpi tentang kamu tadi malam

Mimpi itu seperti kejadian sehari-hari diantara kita. Ya.. Aku dan Kamu berjalan berpapasan tanpa saling menyapa tapi hanya berani melihat dari ekor mata saja.

Kenapa tiba-tiba saya bermimpi tentang kamu ya? Apa sudah terlalu dalam rasa rindu saya yang hanya ingin sekedar bertemu itu ke kamu? Atau kebalikannya, rasa rindu darimu yang tanpa sadar tiba-tiba masuk ke mimpi saya? Hahaha.. Saya yakin hal pertama itu mungkin terjadi dan hal kedua itu tidak mungkin terjadi. Karna siapa saya yang dirindukan kamu? Saya cuma seseorang gadis yang menyukai dan berani melihat sebatas punggung kamu saja. Saya bukan tipikal cewek agresif yang dengan beraninya berkelakuan ‘sok kenal sok dekat’ kepada kamu.

Saya tipikal orang yang hanya berani melihat Karya Tulis kamu yang tersimpan diperpustakaan. Saya tipikal orang yang hanya berani melihat apa saja update-an kamu di facebook atau twitter, walaupun tentu saja kamu bukan tipikal orang yang selalu bermain dengan social media. Saya tipikal orang yang suka menyimpan rasa suka didalam hati, karna dua orang itu terlalu banyak untuk menyimpan rahasia.

Ya.. Itu saya, saya yang apa adanya.

Untuk seseorang yang dengan mudahnya bisa membuat ku sesak nafas jika kita saling bercakap-cakap.


Home


Dan kepadamu aku (selalu) kembali.

Penuh cinta,
A.




Dear (my) Diary (book)

Dear diary,

Ini pertama kalinya aku nulis buat kamu tapi ngga di kamu. Pertama-tama, meong mau bilang terimakasiiiiih banget sama kamu yang udah nemenin meong selama ini.

Setiap orang punya rahasia, setiap orang butuh pelampiasan, dan rahasia meong yang paliiing jelek itu cuma tertulis di kamu.

Pertama kali meong nulis di kamu itu ngga sengaja, awalnya kamu cuma hadiah yang mau meong kasih buat temen yang pengen pergi ke luar pulau. Tapi karena dia ngga jadi pergi, kamu akhirnya buat meong deh. Kamu cuma buku biasa yang meong sampul, tapi meong seneeeeng banget nulisin kamu. Dulunya tiap tahun meong sampe nambah buku sehingga kamu jadi kayak berjilid-jilid. Meong selotipin tiap sampul buku baru ke buku lama, biar kamu ngga kececer. Tapi di pertengahan buku keempat sama buku kelima meong jadi jarang nulis. Meong jaraaaaang sekali nulis. Nyaris ngga pernah.

Meong baca-baca kamu lagi dan meong jd ngerti kalo meong lg curhat itu..... Meong nyebelin ya? Hehehehee.. Meong suka gemes sendiri sama diri meong yang nulisin kamu, karena disitu meong cuma peduli sama diri meong, meong ngebohongin diri meong, dan bahasa meong jelek banget -_____- biarpun kayak gitu kamu diem aja. Kamu ga ikutan gemes pas meong bilang "mana mungkin sih dia suka gue?! Ahahaa..", kamu ga nyela pas meong bilang "emang mereka itu nyebelin!!", dan kamu selalu nyimak walopun meong cuma cerita "meong suka lagu ini!! Ini liriknya..."

Kamu adalah buku (atau kumpulan buku) yang paling meong khawatirin bakal dibaca orang. Yang "MATI AJA KALO ADA YG BACA!" o____o itu sangat ngebuktiin kalo meong ngebuka diri meong yg paling jelek ke kamu. Cuma ke kamu. Tapi maaf ya, gatau sejak kapan meong ga nulisin kamu lagi. Buku kelima ini masih banyak halaman kosong. Pas meong baca-baca kamu lagi, meong ngeh satu kejadian yang bikin meong ga terlalu minat ngungkapin perasaan meong meskipun itu ke kamu.

Tapi kamu tenang aja ya.. Meong akan ngabisin buku kelima sama tulisan-tulisan meong, biar kamu ngga kosong. Meong cuma pengen kamu tau, setelah bertahun-tahun kamu selalu ada buat meong, meong ga akan tinggalin kamu dalam keadaan kosong.

Salam sayang,

Meong


Membaca Orang Lain

Halo, A.

Beberapa hari yang lalu, kamu ke rumahku. Cerita ini-itu. Cerita tentang pacar barumu. I don’t even know who he is, but sorry to say, aku khawatir sama kamu. Aku tahu, men-judge orang itu bukan perbuatan yang baik, apalagi aku belum pernah bertemu langsung atau bahkan berkenalan dengan laki-lakimu. Tapi dari ceritamu, sepertinya kamu cukup tahu kenapa aku begitu khawatir.

Wajar, kan kalau aku menilai dia tidak lebih baik dari mantanmu sekalipun kamu sudah cinta dan sayang setengah mati dengan dia ? Wajar, kan kalau aku takut kamu dirusak sama dia ? Untuk dia, kamu termasuk orang awam. Aku khawatir sekali ketika kamu sudah sangat memercayainya, dan dia menyalahgunakan kepercayaanmu. Mm, mungkin aku berlebihan menurutmu, pengaruh kebiasaanku berlama-lama menonton rentetan episode sinetron tiap hari. Tapi percayalah, seperti yang berkali-kali aku katakan ke kamu waktu kamu ke rumahku. Aku khawatir. I know, I ain’t a mind reader like him dan nggak sepantasnya aku seperti ini.
Aku bukan pemercaya bahwa sahabat itu benar ada. Aku juga tidak pernah memaksa kamu menganggapku sahabat. Aku selalu berpikir “Siapa aku yang harus mendiktemu ?”.

Bagaimanapun, kamu berhak memilih, berhak memutuskan, berhak atas apa yang kamu punya dan kamu percaya. Iya, aku tidak pernah menganggap bahwa aku sahabatmu. Hanya saja, biarkan aku memberimu sedikit kalimat yang lebih mirip nasihat. Bahwa, berhati-hatilah, jangan terlalu memercayainya. Aku tidak akan menyuruhmu putus begitu saja, atau jaga jarak, atau apalah. Hanya saja, kekhawatiranku tidak biasa. Tapi apapun itu, semoga yang kamu jalani sekarang adalah yang terbaik. Tidak masalah sama sekali kalau pada akhirnya kamu mengabaikan kekhawatiranku.

Jaga diri, ya.

Pupus.


Aku cuma minta ini

Dear calon suamiku,


Sayang, saat kita menikah nanti, kamu harus tau, aku tidak menuntut rumah mewah. Aku tidak minta dibangunkan rumah bertingkat 4 dengan taman bunga luas, kolam renang, jacuzzi, whirl pool, atau bahkan tempat parkir pesawat. Yahh..meski kalau kamu berkeras ingin membangun rumah seperti itu sih, aku tidak menolak juga . Tapi kamu juga harus tau, aku minta desain khusus untuk setiap ruangannya. Aku minta ruangan yang cukup luas untuk menampung aku dan selingkuhanku, biar kami bisa menghabiskan waktu bersama dengan nyaman setiap hari saat kamu ke kantor. Aku boleh memberi gambarannya ya, sayang?


Aku mau ruang duduk kita nanti seperti ini. Waaah… menyenangkan sekali pastinya berselingkuh dengan buku-buku ini sambil merebahkan badan ke sofa. Tak apa ya? Toh kamu juga sedang sibuk di kantor. Urusan rumah, pasti sudah kubereskan terlebih dulu.


Kalau ruang keluarga, aku mau yang seperti ini ya, sayang? wah, aku bahkan mungkin tidak perlu sofanya. Ambilkan aku satu buku, dan aku bisa menghabiskannya sambil duduk di tangga. Penuhi saja rak bukunya seperti ini.


Nah, kalau ini perpustakaan mini untukku pribadi ya, sayang? selain ruang perpustakaan untuk keluarga, aku juga mau ruang perpustakaan mini sendiri. Aku mau rak tinggi sampai langit-langit yang isinya harus penuh. Di gambar ini raknya ada yang kosong. Penuhi ya, sayang.

Nah, kalau ini perpustakaan keluarganya. Sisakan saja sedikit jalan seperti di gambar ini. Selebihnya gunakan tiap tempat untuk rak penuh buku ya, sayang.


Ini untuk kamar pribadi kita. Hei, artistik ya? Pakai saja pola wajah mu dan wajah ku. Kita buat lukisan wajah kita dari tumpukan buku. Hebat, kan?


Ini untuk kamar Abimanyu, anak kita.
Ehm. Tidak keberatan kan kalau ruang kerjamu juga kupakai untuk menyimpan buku? Hei, kamu juga bisa menyimpan buku-bukumu sendiri disini kok, sayang. Tapi sisakan tempat untuk buku-bukuku juga ya?


Ini untuk kamar mandi. Sebelahnya harus lemari penuh buku seperti ini. Kamu kan tau kebiasaanku; ehm, tiap kali menyelesakan “panggilan alam” di kamar mandi tiap pagi, aku harus sambil membaca buku. Jadi supaya lebih praktis, lemari ini harus satu ruangan dengan kamar mandi.


Ini untuk kamar cadangan ya, sayang. Yah, kalau kita lagi ribut-ribut kecil dan saling ngambek, kamu bisa melarikan diri kesini sebagai suaka. Siapa tau kamu tidak bisa tidur di kamar kita karena sudah aku kunci . Tapi boleh aku isi dengan buku-buku juga ya?


Terakhir, aku mau halaman seperti ini ya, sayang. Oh ya, pakai atap kaca juga ya. Supaya kalau hujan tidak repot.

Tidak apa-apa kan, sayang? Kamu tidak bisa menikahiku tanpa menikahi buku-buku juga. Jauh sebelum aku mengenalmu, aku sudah mencintai buku. Jauh sebelum kamu mengisi tempat tidurku, buku-bukulah yang selalu terserak di tempat tidurku tiap malam. Jadi, sebetulnya salah kalau kamu bilang aku selalu selingkuh dengan buku, karena kamulah orang ketiganya . Tapi buku tidak marah. Maka dari itu, hargailah kebaikannya ya? sediakan tempat untuk mereka dalam tiap sudut rumah kita. Aku cuma minta itu.


Salam sayang

tulang rusukmu yang hilang

dikirim oleh @sneaking_jeans di




(All pictures were taken from www.piccsy.com)

Quando Quando Quando


Minggu, 29 Januari 2012

hari 17: Quando Quando Quando
Tuan,
Tanyakan pada telingaku seberapa lelah ia mendengar alun ini,

Tell me when will you be mine,
Tell me quando quando quando...


Tanyakan pada hatiku, seberapa yakin aku akan bertemu tuan pada suatu rencana Tuhan yang entah kapan

Tanyakan pada komitmenku, untuk menunggu tuan, dan hingga saatnya menghapus lagu ini, saat aku benar benar milik tuan,
tanpa menunggu,

Tuan Masa Depan.


(Quando Quando Quando - Michael Bubble ft. Nelly Furtado is now playing)