09 February 2012

Noah



Dear Noah,
I just wanna say thanks.
Your life told me that there is no such things like‘It’s never been done’. I can’t allow those words to prevent me from doing what God asks.
I know I don’t have to be you to make an impact on this world. I can make the place where I live better than it was. I just have to find it.
Now, everytime I see a rainbow – a beautiful multicolour in the sky that He gave it to you as His covenant with you and with all the earth – I’ll remember that one person can make a difference.
I can make a difference.
Lots of love,
A.
———
*my summary from John C. Maxwell’s book – Running with the Giants, chapter Noah.
oleh: @prameswary
diambil dari: http://ayuprameswary.wordpress.com

Biarkan Aku Malam Ini Sendiri

Setiap tawa yang kamu bagi adalah gelisah yang tak terjawab. Setiap kata yang kamu ucap adalah obyek yang tak tergambarkan. Aku masih saja terpenjara dalam tak keberdayaan. Aku masih saja tak bisa luput dari cengkeraman pesonamu.

Kucoba untuk melangkah menjauhimu sekali lagi, mencoba menjauh sekali lagi, ternyata tak bisa. Seolah kamu merekatkan lem paling lekat di antara telapak tangan kita yang mengatup. Seolah ada tali penyatu yang tak mungkin putus di antara jemari kelingking kita.

Bolehkan aku sekejap saja melesat pergi dari pandanganmu, agar aku bisa berjalan tanpa mengikuti jejak bayang pesonamu, sayang. Aku lupa bagaimana dunia di luar aku dan kamu. Aku lupa warna pelangi, aku lupa suara bising. Aku hanya ingat kamu, ingat kita. Aku tidak ingat aku.

Di sini, kutancapkan panah yang kunamai cinta. Menusuk langsung ke logika, mempercayai asa. Di sana kau rawat tumbuhnya cinta, menyuburkan dengan pengertian. Memberi hariku perngharapan. Membiarkan aku berjalan dengan selalu menerima uluran tangan perkasamu. Membiarkan lenganmu terus saja menopangku, sebelum aku sempat berdiri lagi, untuk mencoba.

Sayang… Aku merindukan aku, yang pernah sempat bisa egois. Aku merindukan hatiku yang pernah sempat tak perduli apapun. Aku rindu aku, yang pernah begitu mencintaimu bukan yang terbelenggu oleh kekuatanmu. Aku rindu aku, yang bisa berjalan sendiri, bukan terhalang inginmu. Aku mau diriku, yang sangat mencintaimu, bukan yang membayangimu.

Malam ini, biarkan aku terbang sebentar bersama kawanan bintang, menikmati gelap. Biarkan aku sesekali terjatuh dan berdiri sendiri tanpa terus membenamkan dalam kepala ini, bahwa kamu akan selalu ada menemani.

Biarkan aku malam ini sendiri, mencari aku yang terlalu mencintaimu. Seperti dulu.

-Gadis Kecil Bersayap Sebelah-

oleh: @starlian
diambil dari: http://starlian24.wordpress.com

Semangat Terus!

Kamu terus berlari kesana kemari, tidak kenal lelah dan berjuang untuk berada yang di depan. Dengan usaha yang maksimal, melawan segala halangan, tak perduli keringat yang tertahan di kulit. Tak peduli lapar menggerogoti badan. Tak peduli waktu yang menemani raga, kamu tetap berjuang demi sebuah kebenaran baru yang belum diketahui orang lainnya.

Itu kamu, ya Jurnalis. Atau mungkin bisa dikenal wartawan. Bisa juga disebut pencari berita. Ini hari untuk mengingat perjuanganmu. Perjuangan demi kami. Demi kami yang lemah. Demi kami yang diperlakukan tidak adil. Demi kami yang mencari di mana kebenaran. Kebenaran yang disembunyikan.

Aku mewakili segala manusia di muka bumi ini sungguh berterima kasih atas segala karya dan usahamu. Aku juga berterima kasih untuk segala jerih payahmu hingga kadang jiwa pengorbananmu itu mengalahkan rasa takutmu dan rasa lelahmu.

Terima kasihku karena kamu bersedia meninggalkan rasa nyamanmu demi hal yang kadang sungguh tidak menguntungkanmu untuk sebuah keselamatan jiwamu.

Aku bangga padamu. Ya rasa banggaku akan tetap utuh padamu. Bukan karena sebentar lagi aku juga akan terjun ke duniamu, tapi dari remaja aku sudah mengagumimu sebagai sosok yang tangguh. Sosok yang bahkan lupa waktu demi memberi kepuasan padaku dan semua manusia di muka bumi ini. Aku juga bangga karena kamu, aku tahu kebusukan-kebusukan mereka yang tidak adil. Tapi kamu tak membiarkanku jatuh dalam kesedihan, kamu juga memberikanku sesuatu yang tak tergantikan oleh apapun. Ya, Pengetahuan! :)

Terima kasih. Aku akan segera menyusulmu dan mengikuti semua perjuanganmu. Tetap semangat menggali segala ketidaktahuan menjadi kepastian!


*Didekasikan untuk segala pers dan Jurnalis di seluruh Dunia, terkhusus di Indonesia*


oleh: @ribkaadorable
diambil dari: http://itscolour.blogspot.com

Buat Sang Id

Aku ingin menulis surat cinta, tapi aku tdak memiliki seseorang yang dicintai saat ini, mengingat semuanya yang sudah terjadi. Aku lebih memilih mencintai diriku sendiri saja. Baiklah kalau begitu, aku mau menulis surat cinta untuk diriku sendiri. Ups..bukan. Ego ku mau menulis kepada sang id.



Dear id,

Aku benci bilang “apa, kubilang!” padamu. Tapi suratku ini saja mungkin sudah mengindikasikan demikian. Aku memang sombong. Aku berhak sombong, karena kalau tanpa nasehatku, mau jadi apa kamu sekarang? Terjerumus ke lubang neraka? Aku memang benci bilang ” apa, kubilang!”. Tapi aku suka mengingat-ingat. Mari kita putar ulang waktu dalam reka adegan…

Sepuluh tahun yang lalu..

kamu bahagia menjalin hubungan cinta dengan pemuda ini. mulai seterusnya aku akan memanggil si pemuda dengan J -JERK-dalam suratku ini sampai akhir. Tak usah merengut. Masih untung kau tak kusebut S -STUPID-.



Yah..Siapa yang tidak bahagia? J selalu menampilkan figur yang baik sebagai seorang kekasih. Tidak pernah hari berlalu lewat tanpa ia membuatku luluh dengan pernyataan cintanya baik dalam kata-katanya maupun perlakuannya kepadaku. Ah, anak muda boleh saja berkasih-kasihan, tapi orang tua juga yang akhirnya memutuskan untuk memberikan restu atau tidak bagi hubungan cinta anaknya. Menurutku itu wajar saja. Aku juga setuju pada orangtuaku -orangtua kita- saat mereka menolak memberikan restunya padamu, id, karena si J berbeda keyakinan denganmu. Biar bagaimanapun aku juga menentang pernikahan berbeda iman, tidak sepertimu yang terlalu liberal (atau terlalu terbutakan cinta?). Bagaimana dia mau menjadi imam yang baik untuk keluarga kalau keyakinan saja berbeda? tapi kamu malah mengamuk membabi buta pada orang tuamu. Ah, kamu yang tidak pernah sekalipun berpikir jernih. Memang kamu tidak tau kalau orang tua melarang itu bisa jadi nantinya pernikahan mu kelak akan berakhir buruk kalau-kalau dipaksakan juga? apalagi kalau menyangkut urusan keyakinan.





Delapan tahun yang lalu..

kamu terpaksa menerima kekalahan. Terang saja, aku yang menang. Aku berhasil menyuruh kita yang terfusi untuk menuruti orang tua saja. Putus hubungan dengan si J. Ah, tapi kamu mengamuk di dalam sana, memang aku tidak tau? apalagi begitu tau kalau si J sudah punya kekasih lagi, dan akan segera menikah. Kamu rupanya tidak bisa kunasehati. Aku kan sudah bilang berkali-kali kalau dia tidak pantas ditangisi sebegitu rupa. Ini sudah dua taun berjalan. Tapi kamu masih saja mengamuk.





Empat tahun yang lalu..

Kamu sudah agak reda, setelah empat tahun tidak bertemu si J. Ck, tapi rupanya kamu masih saja penasaran. Kamu membimbing kita yang terfusi untuk menemukan dia. Ah, pintar juga kamu. Ternyata dia tiba-tiba muncul lagi di kehidupan kita. Sudah menikah. Kamu…yang masih saja dipenuhi nafsu tanpa akal sehat, mendekati dia lagi. Kamu tidak mengindahkan aku yang sudah menjerit-jerit “jangan”. Nakal sekali. Kamu tidak pernah memikirkan konsekuensinya. Dia sudah menikah. Fakta bahwa dia mau berselingkuh denganmu, yang adalah mantannya, seharusnya sudah bisa membuktikan pria macam apa dia. Tapi kamu, seperti biasa, tidak pernah mau peduli. Bahkan saat dia mulai memperalatmu, mulai memintamu untuk menggunakan kartu kredit mu untuk membelikannya macam-macam barang, kamu masih saja menurutinya. Asalkan masih bisa bersama dia, katamu. Aku sudah berkali-kali memperingatkan. Kamu cuma menganggapnya angin lalu.





Tiga tahun yang lalu..

Setahun sudah kamu berselingkuh dengan J. Kamu bermasalah dengan kartu kreditmu. Hutangmu sudah bertumpuk, rupanya. Ditambah lagi, istri J tau apa yang sudah diperbuat suaminya denganmu. Si istri, di tengah depresi akutnya, nekad membakar dirinya sendiri. Ya. Peristiwa inilah yang membuatku mengambil langkah tegas dan mulai mengambil alih keadaan. Setelah sempat dibawa ke rumah sakit, istrinya meninggal. Kamu pikir J akan kembali padamu setelah istrinya meninggal? Tidak! dia bahkan tidak tampak menyesal melihat apa yang sudah dia perbuat. Malah, dia kabur, setelah tau bahwa kamu sudah tidak punya apa-apa lagi dan dililit hutang. Liat sekarang? apa yang terjadi kalau kamu mengambil alih keadaan tanpa mendengarkan nasehatku?





Sekarang..

Kita yang terfusi sudah bisa berpikir jernih. Dia tidak membiarkan lagi kamu berkuasa tanpa aku. Taukah kamu, sesungguhnya aku mencintai diriku sendiri, yang adalah kita satu kesatuan, terfusi. Aku tidak membiarkan lagi diri kita mencintai orang lain lagi. Siapapun. Aku hanya akan membiarkan kita jatuh cinta dengan diri kita sendiri, dan Tuhan. Untuk satu hal ini, ikuti saja kataku. Ok?

Tertanda

Ego

————————————————————————————————————————————————————————

Cat. Id, Ego dan Superego adalah tiga elemen unsur kepribadian dalam teori psikoanalisis nya Sigmund Freud. Id itu sumber perilaku naluriah dan primitif. Ego itu penyeimbang id, yang memfilter segala keingingan id berdasarkan realita. Superego itu tempat semua aspek moral ditampung, yang menentukan benar dan salah.

oleh: @sneaking_jeans
diambil dari: http://menyingsingfajar.wordpress.com

Surat kelima - Kepada Sang Auditor

hai kamu, auditor yang belum ku kenal namanya.


Awalnya aku tak memperhatikan kehadiranmu. Karna kau memang tidak berhubungan dengan unit ku di pekerjaanmu. Kalau bukan karena temanku yang memberi tahu, mungkin aku akan cuek aja sampai sekarang.

Jumat sore itu, kamu lewat depan ruangan ku dan saat itu juga rasanya jantung ku berhenti. Mulai hari itu aku gak bisa diem, suka bolak balik lewat depan ruanganmu, dan mencari-cari waktu agar bisa setidaknya, berpapasan denganmu.

Namun waktu aktivitas kita tidak pernah sama, aku makan siang, kamu masih diruangan, aku balik ke kantor, kamu baru keluar kantor.
Dan aku hanya bisa melihatmu, saat kau lewat depan ruanganku dan kita dibatasi dinding kaca di antara kita.

Kehadiranmu di kantor ku hanya sampai tanggal 29 februari. Namun sampai detik ini aku masih belum tahu siapa namamu.

Meski begitu, jika kamu menyadarinya. Ada beberapa kejadian yang semsta sudah gariskan untuk kita, dan membuatku bersemu merah jambu. Waktu itu di kantor sedang dalam suasana merayakan imlek dan aku berdandan ala chun lie dengan rambut di cepol 2 bagai kue apem.
Dan kamu tiba2 datang, saat aku mau keluar ruangan, hampir saja kita bertabrakan. Oh malunya aku, kalau kamu lihat penampilanku hari itu sangat lucu sekali. :p (geer).
Yang kedua, pada suatu hari di jam makan siang. Saat itu aku sedang menunggu lift di lantai 1 dan ketika lift terbuka, sosok kamu yang muncul dari dalam, dan entah karna reflek apa aku mengucapkan "Subhanallah"
Lagi, aku malu sekali .

Dan hari ini, ya seharian aku meeting di depan ruanganmu. Setengah hari pertama kamu gak ada.
Sehabis makan siang, aku pun belum lihat kamu.
Tapi sekitar jam 2 kamu datang, dan membuatku kehilangan fokus. Karna aku hanya ingin menatapmu saja.
Lalu tadi sore, ketika aku mau buka pintu keluar, kamu sedang buka pintu untuk masuk.
Yah sekali lg kita berpapasan, namun sekali lagi juga tak ada kata yg terucap..

Oia, aku suka liat kamu pake kacamata..
Dan auditor yg belum ku kenal namanya..
Mungkin kehadiranmu hanya untuk mengisi kekosongan ku saja, hanya untuk menyemangati hari - hari ku ke kantor.
Mungkin perasaan ini tidak berarti, mungkin aku selamanya tidak ingin mengetahui namamu.

Mungkin kamu terganggu dengan sikapku.
Tapi semua kemungkinan bisa terjadi. Bahkan kemungkinan yang tidak berani ku harapkan.
Sampai jumpa besok pagi kantor, dengan kejutan-kejutan yang telah disiapkan alam semesta untuk kita.
Semoga, ada jalan untuk kita saling terpaut.

Selamat malam :)

oleh: @_pelita
diambil dari: http://sikucingdapurrr.blogspot.com

My Inspiration Part II

-surat personal

Yth. Dahlan Iskan

Memulai karir sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda (Kalimantan Timur) pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan majalah[4], serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru. Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya bebas byar pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Sebelumnya, tahun 2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan. Pada tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pengganti Menteri BUMN.

Itu sedikit cerita bapak yang saya kutip dari Wikipedia. Jujur karena wawasan saya yang sangat kurang ini, bisa dibilang kuper (kurang pergaulan), sebelumnya saya tidak mengenal pak Dahlan. Saya baru mengenal nama bapak setelah press ramai-ramai memberitakan bapak sebagai menteri BUMN reshuffle kabinet akhir tahun lalu. Banyak pihak mengelu-elukan nama bapak, menyanjung-nyanjung bapak terkait banyak hal mulai dari kepribadian bapak hingga prestasi-prestasi yang membanggakan. Tentulah hal itu membuat saya berfikir bahwa pak Dahlan Iskan adalah orang yang baik. Khoirunnas anfauhum linnas. Bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Saya kira indikato sederhananya adalah pernyataan-pernyataan positif dari orang-orang sekeliling bapak terkait diri bapak. Meski klausul ini juga tidak berarti sebaliknya. Bahwa orang yang banyak dicaci maki masih belum tentu orang itu buruk. Karena saya mempercayai omongan orang yang baik-baik bukan yang buruk-buruk.

Saya mengenal bapak dari orang lain, terutama dari media, lalu saya coba mengenal bapak secara personal. Saya mulai dengan membaca catatan-catatan bapak. Penilaian positif semakin bertambah kepada bapak. Saya kira tulisan-tulisan bapak punya karakter yang khas. Sangat wajar bila melihat latar belakang bapak sebagai seorang jurnalis. Tapi bukan itu yang saya maksudkan. Kemampuan bapak dalam menyederhanakan setiap permasalahan dalam tulisan itu mengesankan. Mudah dipahami. Lebih mirip tulisan-tulisan Sukarno yang pernah sedikit saya baca. Kemampuan seperti inilah yang sebenarnya dibutuhkan. Ia mampu menguraikan permasalahan yang rumit tanpa menghilangkan esensi dari kerumitannya itu sehingga mampu dipahami semua kalangan, baik dari level atas hingga level bawah. Bukankah itu yang disebut komunikasi yang efektif pak Dahlan?

Beralih ke permasalahan yang lain. Saya menduga pak Dahlan ini juga punya sisi religius yang tinggi. Maaf, saya sedikit lancang karena saya sekali pun belum pernah mengenal bapak secara personal. Saya memang tidak mengetahui keseharian pak Dahlan Iskan. Saya tidak pernah berjama’ah bareng bapak, saya tidak pernah silaturrahim dengan bapak, dan lain sebagainya. Tapi saya bisa merasakan itu dari tulisan-tulisan bapak. Maaf sekali lagi jika saya gegabah dalam membuat penilaian, tapi asalkan penilaian itu positif boleh kan?

Kembali saya lanjutkan. Saya sering mengamati dari banyak tulisan-tulisan pak Dahlan ini sering mengutip istilah-istilah agama. Bagi saya itu suatu ide yang cemerlang. Menurut subjektifitas pribadi saya, memadukan dua unsur antara agama dan duniawi itu tidak tidak mudah, karena dalam hal ini bapak tidak sedang berceramah/berkhotbah. Kecenderungannya istilah-istilah agama hanya pantas digunakan saat khutbah sedangkan dalam bahasa-bahasa ilmu umum akan menggunakan istilah populer tersendiri. Cara seperti itu diperlukan ilmu tidak sekedar mengerti tapi benar-benar memahami sehingga mampu menjembatani antar dua kutub yang ‘sepertinya’ berseberangan. Misal saja dari salah satu judul tulisan bapak “Fajar Lazuardi di Bahtsul Masail Gula Legi”. Istilah Bahtsul Masail lebih sering digunakan oleh ulama-ulama Nahdlotul Ulama ini erat kaitannya dengan proses pembahasan permasalahan-permasalah agama yang timbul di masyarakat. Lalu pak Dahlan ‘meminjam’ istilah ini untuk menunjukkan betapa ‘kompleksnya’ permasalahan yang timbul dari urusan gula ini. Tentunya masih banyak tulisan bapak yang semacam ini semisal “Jangan Paksa Tiba-Tiba Makrifat”, “Neraka di Manajemen Musyrik” dll.

Sampai di sini, saya sudah punya satu kesimpulan. Itu berarti pak Dahlan Iskan membuat dua terobosan. Pertama mampu memisahkan sekat antara orang-orang level atas dengan rakyat jelata dengan bahasa yang mudah dipahami tanpa mengurangi esensi. Kedua, mampu merobohkan dinding pemisah yang ‘seolah’ memisahkan antara urusan agama dengan urusan duniawi.

Itu kesan pertama yang saya rasakan setelah membaca tulisan-tulisan bapak. Kesimpulan yang mungkin terlalu sederhana. Tapi kesan positif itu semakin berlanjut, pak Dahlan. Ketertarikan saya membaca tulisan- tulisan bapak sepertinya tidak akan pernah selesai. Itu dikarenakan terlalu banyaknya tulisan bapak yang telah bertebaran di mana-mana. Tulisana bapak yang saya temukan di dunia maya pun, sampai saat ini belum selesai saya baca semuanya. Itu membuat saya semakin penasaran. Bagaimanakah sumber energi yang besar ini dihasilkan, hingga mampu menghasilkan tulisan-tulisan yang seakan tak pernah habis.

Padahal saya merasakan, menulis itu benar-benar membutuhkan energi yang luar biasa. Mulai dari mencari ide yang akan ditulis, membahasakan ide melalui susunan kalimat-kalimat, mengedit, hingga memastikan bahwa transfer ide kita berjalan dengan baik kepada para pembaca, itu suatu rangkaian yang melelahkan. Jujur saja pak, setiap kali saya selesai menuliskan suatu catatan, itu membuat saya lemes, lebih mirip seperti ketika saya menyelesaikan lari dua putaran Lapangan Renon Denpasar setiap sabtu. Ngos-ngosan. Tapi perlu diakui pula, ketika kita mampu menyelesaikannya, kita mendapatkan suatu kepuasan tersendiri.

Dalam menulispun saya sebenarnya tidak memperhatikan teknik penulisan. Tidak mengerti. Saya hanya sekedar menulis. Itu pun masih saja ngos-ngosan. Belum lagi kendala non teknis. Pekerjaan yang menumpuk, stress di kantor, perut lapar, cape, dsb. yang terkadang membuat macet ide-ide untuk menulis.

Karena itu pula saya semakin salut dengan bapak. Di sela kesibukan bapak yang saya yakin semakin hari semakin menumpuk, tapi bapak masih mampu menyisihkan waktu setidaknya satu kali dalam seminggu untuk menulis. Benar, setelah saya telusuri di salah satu blog di internet yang memuat tulisan-tulisan bapak, saya ketahui setiap minggu pasti ada tulisan terbaru. Dan saya yakin tulisan-tulisan bapak tak hanya itu setiap minggunya tapi lebih banyak lagi. Konsistensi seperti ini yang ingin sekali saya dapatkan pak Dahlan. Saya ingin bisa menulis tiap hari, tentang apa saja. Kali ini pun saya sedang mengikuti pelatihan iseng menulis yang diadakan oleh teman-teman di dunia maya dengan judul #30harimenulissuratcinta.

Proyek ini menawarkan komitmen untuk menulis surat cinta tentang apa saja dengan gaya saja setiap harinya. Itu pun perlu saya akui pak, saya benar-benar ngos-ngosan nulis surat setiap hari. Ada saja permasalahan, mulai ide sampai urusan teknis karena kesibukan dan macam-macam. Tapi kalau dipikir-pikir, jika dibandingkan dengan bapak, toh kesibukan saya ini tidak ada artinya. Toh, bapak masih istiqomah untuk menulis. Itu yang saya salutkan. Surat ini pun sebenarnya hendak saya tuliskan kemarin. Tapi saya hanya menulis surat yang tidak jadi. Hanya satu paragraf. Itu pun terkesan dipaksakan karena waktunya sudah sangat mepet dari jam dateline. Saya masih harus banyak belajar lagi untuk istiqomah seperti bapak.

Terakhir, meski agak telat, saya ingin mengucapkan selamat atas amanah baru bapak sebagai menteri BUMN, semoga keberhasilan-keberhasilan bapak sebelumnya bisa diteruskan. Sebagai rakyat kecil pun, kami selalu berdo’a agar pengabdian orang-orang seperti bapak yang tulus dan pantang menyerah, mampu menjadikan Indonesia lebih baik. Selamat bertugas pak Dahlan Iskan. Semoga diberikan kesehatan. Saya selalu menantikan tulisan-tulisanmu berikutnya.

Dari pembaca
@pung_kamaludin

oleh: @pung_kamaludin

diambil dari: http://wildworldwords.wordpress.com

Kampus!

Kampus!

Kangen ya sebulan nggak berjumpa? Terlihat dari tweet-tweet galau kampusku, sering bilang kangen ini lah, kangen itu lah, kepengen makan ini lah, kepengen makan itu lah yang ada di kampus. Beberapa teman juga sering sekali berganti status Facebook dan mengungkapkan rasa rindu mereka akanmu, kampus. Giliran nanti sudah mulai lagi berkuliah akan mengeluh lagi seperti biasa, malas mendatangi kampus, malas kuliah (yah ini sih aku banget terkadang). Liburan ini kampus sepi, pedagang makanan yang biasa berjejer di depan kampus rata-rata ikut libur, yang terlihat sibuk hanya pegawai di bagian rektorat yang mengurusi nilai-nilai mahasiswa dan hal lain yang aku tidak mau tau. Sebagian besar mahasiswa pulang ke kota masing-masing, tempat kos-kosan yang biasanya setiap pagi atau malam hari berisik oleh suara-suara cekikik atau teriak-teriak, selama liburan hanya terdengar suara ayam berkokok atau kucing yang mengeong. Sepi sekali. Setiap ujung kamar juga terlihat mulai berdebu karena ditinggal si pemiliknya; termasuk kamarku pasti.

Aku baca kabarmu dari situs kampus, kamu sudah semakin baik ya? Ada beberapa perkembangan soal kamu, terutama di beberapa fakultas, termasuk di fakultasku. Aku tidak sabar melihatnya dan menemui kamu yang setiap senin pagi begitu ramai, aku paling benci padamu saat senin pagi. Bisa-bisa aku hampir pingsan melihat banyaknya manusia lalu-lalang, lain halnya ketika selepas magrib. Aku yang 6 bulan terakhir ini lebih sering berada di kampus (dan jarang di kosan karena sok sibuk) sangat mengenal suasanamu saat malam. Apalagi di fakultasku, pernah aku menjadi satu dari 5 orang yang sendiri di fakultas. Benar-benar berbeda rasanya! (Yaiyalah!)

Sering, ketika aku berjalan menyusuri jalan kecil di kampus, sore hari, membayangkan perbedaan suasananya saat pagi dan malam hari. Saat hari kuliah dan saat libur. Lucu rasanya! Ah, aku sebenarnya bingung harus menulis apa. Yang aku rasa hanyalah: aku kangen kampus!

Aku kangen berjalan tergesa-gesa dari kosan saat pagi-pagi menuju kampus, lalu melewati banyak manusia dan menaiki beberapa tangga untuk menuju kelas dan mengikuti kuliah. Aku juga kangen melakukan hal-hal aneh di tengah kebosanan jam kuliah, seperti membuat paduan suara beat box dengan temanku, surat-suratan seperti chating di MIRC, atau menjahili beberapa teman dengan mendorong kursinya. Memang menyebalkan, tapi menyenangkan. Aku kangen juga ketika hampir mati bosan berada seharian di kampus lantaran tidak ada kegiatan, hanya duduk di salah satu sudut gedung dan membuka laptop untuk internetan atau mencicipi semua makanan yang ada di kantin. Pernah juga aku iseng malam hari keliling ke beberapa fakultas dan menemukan bahwa kampus di malam hari berubah menjadi warnet, berjejer mahasiswa-mahasiswa dengan laptop dan sibuk sendiri, ada yang menggunakan headphone seperti sedang main game online. Aku sendiri kaget melihatnya, aku kira ini warnet tapi toh tidak ada mbak-mbak kasir, ternyata inilah kampus malam hari. Lucunya.

Aku juga rindu jajan di depan kampus, aku selalu menyempatkan membeli makanan di depan untuk kumakan di kosan ketika selepas kuliah. Ah, tentu saja aku juga kangen kosan! Rindu betapa nyamannya kamar kecilku! Apalagi kasurnya yang lebih empuk dari kasur di rumah. Jadi ingin cepat-cepat kembali ke kehidupan kampus dan membusuk di kosan walaupun seharian. Aku memang terlanjur merasa nyaman dengan kampus dan segala hiruk pikuknya. Tapi, aku juga masih ingin di rumah.

Jujur, aku belum siap untuk mulai kuliah dan meninggalkan kebiasaan selama satu bulan di rumah ini; aku menjadi hobi memasak, hobi membacaku kembali, dan juga kembali rajin menulis (menulis surat cinta seperti ini hahaha). Belum siap kembali disapa oleh suara ayam di depan kosan yang melebihi teriakan suara ibu. Dan yang pasti aku belum siap-siap dan mengepak barang!

Kampus, tunggu aku senin ini ya! Sambut aku dengan baik!

oleh: @sebutmawar
diambil dari: http://sebutmawar.wordpress.com/2012/02/09/kampus/

Tiga Paragraf Pertama

Diantara sunyi aku menyatukan tiap kata yang mungkin tidak akan berani aku utarakan sambil menatap matamu. Ah, mungkin bagimu surat menyurat seperti ini adalah hal konyol dan menggelikan, tapi entah kenapa malam ini, jemariku bersemangat memecah namamu menjadi tiga paragraf pelahir rona di pipiku yang masih terasa perih. Harusnya surat ini aku kirim tiga hari lagi, biar pas diterima 30 hari setelah sapa pertama kita di dunia maya. Aku masih ingat pakaian yang kamu kenakan saat pertama kali berjumpa, kemeja putih dan celana abu-abu yang membuatku kecil hati karena ukuran pahamu ternyata lebih kecil dari milikku. Namun ada satu hal yang tidak akan bisa aku lupa, binar di matamu, aku mengagumi tatapmu. Aku menemukan senyumku di dalam matamu, senyum yang sempat hilang terlumat cerita terakhir yang kutulis.

Entahlah cerita apalagi yang aku baca di lembar kali ini. Satu yang aku yakin, akan ada namamu di cerita kali ini. Halaman baru, kisah baru, dan semoga senyum baru. Akan kutapaki dengan lebih hati-hati, kubaca tanpa perlu membalik halaman sebelumnya, terus baca hingga dia kelelahan menuliskan namamu di ceritaku.

Pada bahumu, aku pernah meletakkan penat yang seketika kamu ganti dengan cerita-cerita menenun senyum. Untuk senyum-senyum yang sekarang menggantung di wajahku tiap kali dinding-dinding imajiku melukis parasmu, aku mengucapkan terima kasih. Terima kasih, kamu! Entah apa yang kamu rasa saat membaca surat ini, yang pasti aku sedang bimbang untuk memberikan surat ini atau tidak ke kamu. Rasanya mau kuhentikan surat ini, malu.. tapi jika kubandingkan dengan hangat yang kurasa ditiap kali aku bersandar di bahumu, tiap kali jemari kita bersatu.. Ah, aku sudah pernah bilangkan, kalau aku suka matamu? tambahkan dua lagi, aku kecanduan bersandar di bahumu, jemariku menemukan nyaman terpeluk jemarimu.

Baiklah, sebaiknya kusudahi surat ini, pipiku makin merona tiap kali kata perkata kuketik. Oiya, aku masih hutang peluk, semoga bisa kubayar di kota yang sedang kamu pertimbangkan untuk datangi akhir minggu ini. Ya, semoga kali ini cerita yang baik, entah akan terjatuh atau tidak, semoga kali ini baik.

lain kali, ajak aku ke kantormu, di sana Senjanya cantik.


E



Oleh:

Diambil dari: http://ekaotto.tumblr.com

Ayah, apa kabar?

Ayah...
Apa kabar?
Lama sekali kita tidak bertemu muka,
tak juga sapa saling terucap di kali terakhir kita bersua,

Ayah...
kutulis surat ini padamu,
karena ingin kusampaikan rindu yang menumpuk di kalbuku,
rindu dari ubun-ubunku yang rindu akan belaimu yang tak pernah ku ecap sekalipun,
rindu dari tanganku yg tak pernah menjabat erat tanganmu untuk kucium

Ayah...
tak pernah ada yang ku minta darimu,
tak juga sesuatu pernah kau minta dariku selain pergiku dari hidupmu,
namun kali ini saja, ku mohon padamu ayah,
Jadilah penerima ijab dari lelaki yang meminangku,


Tertanda,


Anakmu...
Yang tak pernah kau harapkan adanya....



Oleh:

rindu yang kelelahan

Dengarlah sayang,

Aku menulis surat sebanyak-banyaknya, bohong kalau tak mengharap balasan. Tak semuanya untukmu, sih. Tapi yang untukku tak ada. Apa itu artinya suratku tak layak dibalas?

Katanya doa yang berbalas adalah yang ikhlas. Kadang Dia membalas kalau memang baik bagiku, tak jarang membiarkanku kecewa dengan berbagai tanda tanya dalam kepala. Tapi kau bukan Dia.

Wanita terlalu banyak menuntut mungkin menurutmu. Padahal cukup mudah – beri kejelasan padaku, maka aku akan menurut. Setidaknya pada hal-hal tertentu.

Aku bukan perayu, apalagi bila tanpa embel-embel rasa itu. Kepadamu, aku hanya tak mau terlalu merendahkan diriku, pun bukan ingin menjualnya terlalu mahal. Kau mengerti hal ini, cuma pura-pura tidak.

Sedang kubuat tanggalan – batas akhir penantian. Tentang kapan kau akan segera kuabaikan. Hatiku mulai kelelahan. Meski kita tak sedang kejar-kejaran.

Engkau selalu ada di sana,
Dalam ruang hatiku, untuk selamanya…

Balas suratku,

Ika


Oleh:

Surat Singkat

Hi.
You don’t know as I don’t know you. And we don’t have to know each other anyway. Just wanna say, congratulation. You are his new girl now. Be good. Do your best or you’ll end up like me.. Regretting yourself why didn’t you do your best that you can do.
Well, congratulation once again.
Sincerely,
You-know-who. (I swear I’m not Voldemort)




Ucapan Terima Kasih

Terima kasih untukmu yang telah menerbangkan kupu-kupu dalam perutku setiap hari.

Terima kasih untukmu yang sesekali memperkuat hatiku dengan goresan-goresan dan juga sayatan.

Terima kasih untukmu yang akhirnya membuat kepala batu ini mau sedikit mengalah.

Terima kasih untukmu yang memberi melodi dan elegi dalam ceritaku.

Terima kasih untukmu atas keringat dan air mata yang jatuh hanya untukku.

Terima kasih untukmu yang sanggup membuat gadis manja ini berkorban.

Terima kasih untukmu atas keberanian dan perlindunganmu

Terima kasih untukmu atas malam-malam yang kita lewatkan di dalam ruang, antar hati dan pikiran.

Terima kasih untukmu yang membuatku membedakan yang mana lelaki bajingan dan lelaki yang hanya ingin terlihat seperti bajingan.

Terima kasih untukmu atas segala ocehanmu, nasihatmu, dan yang paling aku suka.. ya cemburumu. Seperti anak kecil yang tidak rela mainannya dipinjam oleh orang lain.

Dan yang paling penting

Terima kasih untukmu yang telah membuka mataku.

Bahwa kita harus percaya cinta itu sederhana.

Sesederhana caramu mencintaiku.

Terima kasih :)



Kepada Yang Terkeren Sedunia

Surat cinta hari ke 26 untuk

Pria dengan kulit sawo matang yang telah menurunkan marga Siahaan nya pada saya.

Terima kasih untuk bertahun-tahun kasihmu pada saya sehingga selama 13 tahun bersekolah sejak kanak-kanak kau selalu mengantarku tiap paginya.
Dan siangnya selalu menantiku keluar dari pagar sekolah dan bersanding diatas motor vespa hijaumu.
Untuk segala hujan maupun panas terik yang menyebalkan namun kau tepis untuk dapat mengantar-jemput kedua bocah kecilmu hingga mereka SMA, hingga saatnya kuliah mereka harus terpencar-pencar jauh darimu.

Kau yang telah mengajarkan kaki-kaki kecil ini dulunya untuk bisa lincah mengendarai sepeda roda 4 hingga perlahan-lahan mahir mengendarai roda dua.
Hingga rasa penasaran sang bocah itu kelak menimbulkan luka dan memar karena keingintahuan mereka mengeksplor si sepeda.

Untuknya yang selalu siap sedia menunggu saya di stasiun, terminal, maupun bandara ketika pulang dari tanah rantau.
Menyambut si anak rantau ini dengan senyumannya, dan sekejap peluknya.
Yang tak enggan menyambut tanganku membawakan tas berat itu untuk kau bawa.
Yang selalu menanyakan hal-hal yang kuanggap sepele saat ku di tanah rantau.
Sekedar 'Sudah makan inang?' 'Sudah berdoa sebelum berangkat?' 'Hari ini kuliah sampai jam berapa?' atau 'Masih ada duitnya?'

Untuk pria yang kini telah genap berusia 56 tahun, yang rambutnya sebagian besar telah memutih.
Yang tiap kali saya pulang ke rumah untuk berlibur ia selalu meminta membersihkan alis matanya dari rambut-rambut putih yang mulai menghiasi alis itu.
Teleponnya yang tiap minggu selalu mengantri sehabis mama berbicara panjang lebar.
Atau meneleponku pagi-pagi sekali sebelum berangkat kuliah.
Yang selalu mengingatkanku untuk tak lupa memanjatkan doa pada Yang Kuasa sebelum berangkat kemana- mana.

Kepada Bapak, yang pesannya sebelum saya berangkat ke tanah rantau masih selalu kuingat dengan jelas.
Jangan lupa berdoa, ingat pergi ke gereja ya inang, katanya.
Orang yang selalu kubenci kata- katanya yang terkadang menurutku terlalu rewel, namun sekarang kusadar makna kebawelannya.
Orang yang kadang terlalu tegas menurutku, tapi kutahu pasti pesan kasih sayangnya padaku.
Dia yang tak pernah mengijinkanku pulang terlalu malam, yang kadang menurutku terlalu membatasi kebebasanku.
Tapi kini kutahu dibalik semua itu ia menyimpan banyak kecemasan akan segala kegiatanku saat jauh darinya

Dialah yang selalu melindungi keluarganya dengan rengkuhan tangan- tangan kokohnya.
Yang berjuang menghidupi keluarganya dengan sepenuh tenaganya, dengan segala daya kreatifitasnya.
Untuk bapak yang paling cool sedunia...
Yang hanya akan kupeluk tiap tahun baru atau tiap ulang tahunnya, dan kucium pipinya namun terkadang enggan menerima ciumnya di pipiku, geli kataku. Geli karena kumisnya terkena pipiku, hehee.

Untuk bapak terkeren sedunia, J.R .Siahaan
Surat hari ke-26 ini kutujukan padamu.
Satu-satunya orang di dunia ini yang saya panggil Bapak :)
Terima kasih karena hingga saat ini kau masih mempercayaiku untuk bisa belajar mandiri di tanah rantau, dan membiarkanku belajar dengan sendirinya akan kehidupan ini.
Terima kasih untuk mengajarkanku banyak hal, bagaimana caranya berterima kasih, bertahan hidup di kerasnya Jakarta, caranya hidup bersyukur meski berkecukupan, yang selalu mengajarkan pentingnya arti tolong menolong.

Big hugs,
your 20-y.o-little girl,
Hanna Siahaan

Ps: kutulis surat ini dari tanah rantau, kapan bapak mau main ke tempatku merantau? Tahun depan sepertinya aku sudah (akan) kembali ke ibukota ;)



Oleh:

The Dearest @scifo4

Kepada kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, (diulang sampai kata “kamu” tertulis 31 kali).


Ya, surat ini ditulis untuk kamu semua. Entah namanya surat massal atau apa, yang penting satu buah surat ini ditujukan untuk kamu, kamu, …. , kamu –tanpa menyertakan “kamu” yang lain.

Kita dipertemukan di sebuah bumi dengan ukuran yang lebih sederhana, namanya smansa –sekolah menengah atas tercinta kita. Aku sendiri tidak yakin, jika smansa tidak ada, apakah kita akan pernah bertegur sapa?

Pada mulanya, kita dipertemukan oleh kejahilan guru-guru BK yang entah sengaja atau tidak, menggabungkan kita dalam sebuah ruang kelas. Kala itu, kita bernama sebelas ipa 4, hingga deret 365 hari menggantikan namanya menjadi dua belas ipa 4 –kita sekarang. Entah mau berganti nama seratus kali atau puluhan juta kali, bagiku tak akan ada bedanya. Komposisi kita akan tetap sama.

Lewat surat sederhana ini, ada satu hal yang hendak dan memang harus kukatakan :

Terima kasih.

Terima kasih untuk apa? Ah, itu akan jadi pertanyaan terkonyol abad ini. Atau barangkali kalian memang telah benar-benar menjadi penganut teori lupakan kebaikan kita, ingat kebaikan orang lain. Jika iya, maka biarkan aku sedikit menggelitik impuls memori kalian.

Terima kasih untuk segalanya. Untuk kebaikan, kebanggaan, tawa, kesenangan, kebahagiaan, rasa nyaman, pemahaman, ketenangan, keceriaan, dan hal-hal lain yang kulupa namanya –tapi masih teramat jelas untuk kurasa. Aku sendiri tak tahu, kenapa kalian bisa begitu mudah membuatku mengembangkan tawa. Kecuali jika kalian ternyata personil srimulat. Jadi, bagaimana bisa pipiku yang mengusut seperjalanan menuju sekolah, tetiba menjadi kelu karena terlalu banyak menebar tawa yang diuntai dari canda yang kalian bawa? Ah, kalian teramat canggih untuk menjelmakan kata menjadi tawa.

Tentu, tak lupa terima kasih juga untuk duka dan kesedihan yang terkadang datang menyelinap. Namun percayalah, ia lebih sering memerankan diri sebagai pelajaran ketimbang sebagai sebuah penyesalan.

Kalian, pernahkah mendengar kata perpisahan?

Ah, bahkan kata itu cukup ngeri dan nyeri untuk dibayangkan. Tapi, masing-masing dari kita telah meramalkan, bahwa dalam hitungan bulan kata itu akan jadi sesuatu yang kita sesalkan. Kita akan memencar langkah, entah ke kota seberang, ke kota tetangga, ke kota nun jauh di sana, atau bahkan ke negeri seberang. Kita, yang telah mengkhatamkan tiga tahun proses belajar dengan melewati destinasi dua-huruf dan enam-huruf. Mohonku hanya satu, jika kelak entah itu sepuluh tahun lagi, atau tiga puluh tahun lagi kita telah menjadi orang yang berbeda –syukur jika masih sama, kita masih ingat bahwa kita pernah hidup dalam satu masa.



Teruntuk @scifo4 , tempat dan teman menaungku memintal ilmu

Dariku, satu dari 32-mu



Oleh:

Maaf Terlambat

Dalam surat ke-26 ini aku sempatkan untuk membalas suratmu.

Perkenalkan gue, Jai Dewer. Bisa dibilang orang yang cuek dan jarang sekali malu. Katakan saja 4 Februari kemarin gue ulang tahun, dan memang benar gue ulang tahun tanggal segitu. Saat itu gw sedang di Makassar menjadi rombongan anak nekat yang ikut nonton lomba, soal apa itu lebih baik diabaikan dulu karena untuk cerita itu akan gue catat besok.

Hari ini biarkan gue fokus untuk membalas surat dari lo. Surat yang lo kasih judul selamat ulang tahun dengan menggunakan google translate dari bahasa hindi. Mungkin itu karena lo terinsipirasi dari nama twitter gue yang pake bahasa hindi?

Gue lupa sebenernya lo pernah janji menulis surat saa gue ulang tahun, tapi terimakasih banyak karena lo inget soal janji lo itu. hehe.

Ya, memang pertemuan pertama kita itu aneh. Saat interview ALSA, gue masih habis begadang dari gathering ALSA 2008 dan 2009 tiba-tiba harus interview lo yang cerewetnya minta ampun, ditanya soal berita sama pacar lo sekarang eh malah cerita tentang gosip bang ipul. Unik memang lo.

Niat ngeliat brigitta eh dalam waktu sekejap lo udah ngibrit karena majikan brigitta keluar, dan gue cuma bisa tatap-tatapan manja dengan pemilik anjing sebelah rumah lo itu sungguh ngebuat gue heran kok ada ya manusia kaya lo.haha

Banyak deh kejadian aneh waktu itu, tentang peliharaan lo yang namanya aneg-aneh, atau kisah-kisah ga tau malunya lo. cewe gila memang.

Anyway, selalu menyenangkan jika bisa mendengar cerita dari orang dan berbagi dengan orang lain. gue juga selalu senang bisa membantu lo atau hanya sekedar mendengar cerita lo dan gangguin lo. Apapun yang lo lakukan sekarang percaya aja untuk selalu menjaga hati lo. Selamat berbahagia ya @ichamahardika. Semoga langgeng dengan sahabat gue si atrie.hehe



Add a new spirit

hari ke-26

kepada @tholitho , @Anninda_mughniy , april, ade imas, farhanah , sugiri dan semua murid mister ali yang saya kenal

Mengenal kalian berarti suntikan semangat baru. Seragam SMA tidak membatasi ruang gerak. Saya jadi ingat film Ada Apa Dengan Cinta. Tau film itu? Film yang dibintangi Dian Sastrowardoyo, Titi Kamal, Nicholas Saputra (si unyu unyu). Di situ ceritanya Dian berperan sebagai Cinta, ketua geng mading yang keren karena bacaannya udah Aku-nya Syumandjaya. Kalimat andalan adalah “JADI SEMUA INI SALAH GUE? SALAH TEMEN-TEMEN GUE?” sama “BASI! MADINGNYA UDAH MAU TERBIT!”

Nah! dari sini saya langsung keinget kalian nih. Kalian itu masih muda tapi dedikasi sama sesuatu yang disukai tinggi banget. (keinget mister Ali cerita ditegur Ninda gara-gara telat ngumpulin makalah) Ssst! jangan bilang-bilang mister Ali. Semoga dia nggak baca. Halah ditulisin gini juga paling dia baca. Pertahankan itu ya adek-adek!

Kalian tau mereka yang sukses adalah yang punya ketegasan terhadap diri sendiri? Suatu saat saya membayangkan kalian jadi pengusaha atau menteri atau seniman. Apapun pekerjaan dan cita-cita kalian harusnya berdasarkan minat. Biar kalian bisa mempertanggungjawabkan pilihan kalian itu. Tsaaaah! bahasanya berat ya…

Anyway, saya menulis ini memperingati 10 tahun film AADC

Saya pikir kalian lah the next generation of AADC yaitu AADS alias Ada Apa Dengan Smanic

Tetep semangat dan have a nice day



Teruntuk kamu yang paling SOK!

Teruntuk kamu yang sok hebat,
jangan songong ya, mentang-mentang baru aja kelar tour lagi. emang kamu fikir iri gitu sama kamu? hahaha.. jangan bodoh, sama sekali gak akan pernah iri sama kamu.

dasar kamu itu sok keren ya.
emang di kira keren gitu bikin tato aja pake anastesi total, harus di ruangan khusus, dan banyak orang yang ngerjain. emang kamu pikir tato kamu itu bagus gitu? hebat? istimewa? cuihhh~! ga sama sekali, yang ada jelek, aneh, menjijikan.

kamu itu bener-bener sok banget ya, sok kuat!
sok sempurna, sok baik, sok bahagia, sok ceria, sok sabar, terutama... kamu itu sok pinter dengan tubuh kamu sendiri. Lihat kan sekarang hasil sok pinter kamu?! ngerepotin banyak orang! jangan kamu anggap dengan menyembunyikan semuanya bakal menyelamatkan kamu dari kepalsuan besar yang udah kamu bangun. bodoh! nol besar!

lihat.., lihat sekarang...
semakin lama semakin besar, semakin ga bisa kamu tutup-tutupi lagi, dan semakin terkuak semuanya

sayang, kenapa sih ga jujur dari dulu, kalo kamu itu ga seperti kelihatannya.
kalo kamu itu ga baik-baik aja, kalo kamu itu bukan manusia super, kalo kamu itu juga bisa sakit. Seharusnya kamu ga perlu tour ke rumah kesakitan itu terus, ga perlu tidur beralaskan seprai putih, ga perlu ada benda asing masuk ke nadi kamu, ga perlu ada tato-tato menjijikan yang menjalar di tubuh kamu, ga perlu maksa-maksain bulatan pahit itu masuk ke kerongkongan kamu. seharusnya ga perlu itu semua! ya... seharusnya, jika kamu jujur dengan keadaan kamu sedari dulu.


dari aku, bagian terdalam mu.


-your alter ego-



Bunny, Sahabat Pertamaku

Hai Bunny,

Dimana kamu sekarang?

Apa kamu masih ingat aku seperti aku ingat kamu?

Waktu itu, tahun 1993, pertama kali aku berkenalan denganmu, dan aku bahkan tidak ingat dengan jelas kali pertama itu

Ya, maklum, saat itu aku masih seorang balita berusia 3 tahun

Kau berbentuk seperti Bugs Bunny, tokoh kartun itu. Tapi ah, nevermind, Bugs Bunny di kartun itu kan menyebalkan, dan karakternya sama sekali tidak mirip denganmu

Yang aku ingat, lalu kamu dan aku selalu bersama-sama. Ke mall, ke restoran, kemanapun kamu selalu kuajak. Mama dan Papaku, Om dan Tanteku bahkan pengasuhku ingat betul pertemanan kita saat itu.

Aku ingat hari itu, dimana versi anak 4 tahun dari diriku dengan ceroboh meninggalkanmu di bangku saat kita jalan-jalan ke Ancol dengan orangtuaku

Mama cerita betapa sedih aku menangis saat aku sadar kau tertinggal

Tapi beberapa hari kemudian, saat aku di rumah nenek dan sedang mengadakan tea party dengan teman-teman kita yang lain, kamu kembali

Mama cerita bagaimana polisi bekerja siang dan malam mencari kamu yang tersesat. Akhirnya mereka menemukanmu, sendiri dan ketakutan, dan mengembalikannya kepadaku

Aku tidak ingat pasti kejadiannya, tapi saat itu aku sangat bahagia

Sampai aku berumur 7 tahun, aku punya banyak boneka lain, aku punya teman-teman sepermainan, kamu tidak lagi kuanggap sebagai Bunny yang dulu. Aku ingat kamu protes karena tidak mengerti permainan dandan dan mix and match pakaian yang kulakukan bersama Barbie-barbie ku

Tapi kamu masih ada disana, kau bermain bersama boneka-bonekaku yang lain. Mungkin aku lebih senang bermain dengan beberapa dari mereka ketimbang denganmu

Bunny, maafkan aku

Begitulah persahabatan, terkadang seiring berjalannya waktu, kita menemukan teman yang lebih mengerti kita, atau punya pikiran yang lebih sejalan dengan kita, sehingga tanpa kita sadari kita menghabiskan waktu dengan teman kita itu, dan mulai jarang menghabiskan waktu dengan teman lama kita

Sampai suatu hari di tahun 2001, saat itu rumahku direnovasi, dan dipindahkanlah semua barang-barang dari rumah lama ke rumah kontrakan yang kami tinggali selama rumah kami direnovasi.

Lalu aku tidak ingat bagaimana kejadiannya, ada beberapa yang tertinggal

termasuk kamu

Lalu aku tidak tahu ada dorongan apa, akupun mencarimu keesokkan harinya di rumahku yang sedang dikosongkan untuk direnovasi

Tapi kamu sudah tidak ada….

Sepertinya ada salah satu pekerja yang tidak tahu apa yang sudah kita lalui bersama (ya, aku tidak menyalahkannya karena ia bukan pembaca pikiran)

lalu ia membuangmu

Bunny-ku,

Selamat tinggal (atau haruskah aku berkata sampai jumpa lagi? Karena aku percaya tidak ada kata “selamat tinggal)

kau meninggalkan aku lagi untuk kedua kalinya, lagi-lagi ini karena kesalahanku sendiri

Aku tidak menunggumu lagi, karena sekarang aku tahu kau tidak akan kembali lagi

Bunny-ku,

Boleh dong aku berharap kamu jatuh ke tangan gadis (atau anak laki-laki) kecil lain

Lalu mereka menyayangimu seperti aku dulu?

Dan mau bermain denganmu

dan memperlakukanmu dengan baik, walaupun rumah mereka mungkin tak senyaman rumahku?

Bunny,

Om dan Tanteku yang kebagian tugas jadi Mama-Papaku di siang hari saat Mama-Papaku yang asli sedang bekerja saat aku kecil dulu, sering sekali menceritakan persahabatan kita dulu

Beberapa dilebih-lebihkan sepertinya, banyak yang agak memalukan, dan sebagian besar bahkan tidak aku ingat

Ya, mungkin aku tidak ingat secara detil kejadiannya, namun perasaan itu, ikatan yang kita miliki, masih aku ingat hingga sekarang perasaannya

Sekarang usiaku 21 tahun 6 bulan

aku sudah berkenalan dengan banyak manusia yang menjadi temanku selama hidupku

Tapi, Bunny, kamu selalu punya tempat spesial di hatiku

Maukah kamu bertemu denganku sekali lagi? Dan kita bermain seakrab seperti kita 19 tahun yang lalu?

Salam Sayang,

Indy, sahabat human-mu



Surat Pengingat

Nomor : 26/30HariMenulisSuratCinta/09022012
Perihal : Surat Pengingat
Lampiran : Tepukan Keras Di Pipi Agar Terbangun Dari Mimpi

Kepada:
Yang Teringat Seorang Pengingat yang Ternyata Tidak Pantas Diingat
di Ingatan Seorang Pelupa

Dengan ingat,
Mengingat banyaknya hal yang kita lalui bersama sekian lama, tidak mungkin aku tidak mengingatmu sebagai bagian dari setiap ingatan di otakku. Mengingat semua gerakmu, mengingat setiap senyummu, mengingat segalanya tentang tawamu memaksaku untuk menginvansi otakku hanya berisi tentang kamu.
Mengingat segala rupa kenangan dan angan-angan kita selama kita bersama membuatku enggan untuk tidak mengingatmu barang sedetik saja. Melupakanmu itu sulit. Mustahil untuk dilakukan jika setiap sel di otakku sudah terpatri dengan namamu.
Aku ini pelupa. Sangat pelupa. Kamu pengingat, pandai mengingat segalanya. Tak pernah luput mengingatkanku apapun itu setiap waktu. Membuat otakku jadi tanpa sadar selalu mengingatmu. Tak ada ingatanku yang tidak berisi kamu. Aku lupa bagaimana menjadi pelupa jika ada kamu sebagai pengingatku di sisiku.
Itu dulu. Kubilang itu dulu. Saat ingatanku sepertinya lupa aku isi dengan hal-hal lain selain kamu. Itu dulu saat kamu masih mengingat aku yang tidak pernah lupa akan dirimu.
Sekarang aku tidak mau mengingat yang dulu itu lagi. Kamu itu pengingat yang selalu ingin diingat tapi tidak pernah mau mengingat. Tidak mengingat aku karena kamu sekarang berkarat di ingatan seorang gadis lain. Kamu sekarang berubah menjadi pelupa karena mudahnya kamu melupakan kenangan dan angan-angan yang kita cipta dulu. Kamu lupa segalanya yang kamu ingatkan kepadaku. Kamu cuma ingat dia. Sungguh, kamu sekarang justru membuatku menjadi pengingat yang luar biasa. Mengingat dengan detail setiap memori yang merekan kebersamaan kita dulu. Mengingat bagaimana kamu semudah itu kamu meninggalkanku. Mengingat hal-hal yang semestinya aku lupakan secepat kilat namun justru semakin membekas hingga kini.
Aku memang pelupa yang tidak pandai melupakan kamu pengingat yang seharusnya tidak pantas diingat.

Di Ingatan yang Terlupa , 8 Februari 2012
Ingatku,

Pelupa yang Tidak Pandai Melupakan


(021) untuk Dua Minggu Lagi

Dear Mr. Right @Elfadhs , again and again :)




Suatu pagi, setengah jam lagi menuju angka delapan, tiba-tiba telepon selularku berbunyi. Nol-dua-satu, angka depannya. Aku tahu betul nomor itu. Nomor yang mengharuskanku pindah dari kamar berwarna merah muda ini. Nomor yang mengharuskanku hidup mandiri, dan nomor yang mengharuskanku pindah ke ibukota.

Mendadak bayangan itu datang menghampiri. Kamu yang selalu menemani aku, aku yang bisa menjangkaumu cukup dengan satu kali angkot saja dengan biaya tiga ribu perak, dan kamu yang bisa mengantarkanku pulang saat itu juga. Ketika aku pulang bekerja, aku langsung menghampiri rumah nomor tiga di jalan sempit itu. Memelukmu hangat, yang selalu diwarnai senda gurau serta binar mata jahilmu itu.

Dua minggu lagi, aku harus terbiasa untuk sulit mendatangi rumahmu, terbiasa untuk hanya berhubungan denganmu via dunia maya dan telepon genggam, bahkan mengasah batin serta alam bawah sadarku untuk mengirim pesan telepati untukmu. Haruskah?

Jarak bukan masalah, itu katamu. Dan itu pula yang keluar dari mulutku beberapa waktu yang lalu. Lagipula hanya dua jam waktu tempuh ibukota dengan rumahmu tercinta, tiga jam paling lama. Tapi, tapi, tapi?

Entahlah, saat aku ingat jarak 120 kilometer ini, mendadak air mataku berebutan untuk keluar dari rumahnya. Aku pasti rindu semuanya, rindu caramu mengejek badanku yang tak proporsional, rindu kejahilanmu yang menyebalkan, rindu wajahmu bila sedang menakut-nakutiku, dan rindu binar matamu yang tiba-tiba muncul di depan rumahku, memberi kejutan manis sederhana - hanya dengan kedatanganmu.

Dan saat kamu menjalani tugas akhirmu, aku tidak berada di sana, fisikku tak hadir untuk sekedar memberi senyuman penuh semangat, ataupun bernyanyi ceria seperti yang biasa aku lakukan. Aku tak bisa menjadi seorang kamu dua tahun lalu, yang setia sekali mengantarku meskipun waktu sudah menunjukkan pagi buta. You'll always be there for me, but I can't be there for you, it hurts.

Hari Sabtu-Minggu menjadi hari yang pasti aku nantikan. Hari dimana aku bisa bertemu kamu, menceritakan kisah-kisah baru yang mendominasi waktuku kelak. Mungkin mengobrol tentang kantorku, tugasmu ataupun masa depan kita. Dan hari Senin menjadi sebuah beban untukku, karena aku kembali sulit bertemu denganmu. Maaf kalau nanti aku sering menangis ya, aku kangen.

Satu yang ga pernah berubah. Kamu selalu jadi Mr.Right yang selalu mendominasi hampir seluruh pikiranku. Semoga kamu pun selalu begitu.

Semoga Tuhan memang mengikatkan benang merah di jari manisku dengan jarimu ya? Sekarang, saatnya mengejar impian masing-masing. Aku di sana, dan kamu di sini.

Baik-baik ya kamu di sini. Salam titik dua bintang setiap hari.

#nowplaying Andien - Pulang :)



surat buat tiwi

buat tiwi,
adek mas yang pengen banget suatu saat bisa ketemu lagi . .
hmm, udah setahun lebih yah sejak terakhir kita ketemu,
apa lagi kamu pamitan pulang ke Balikpapan cuma sms! ckckck TER..LA..LU!!!
ah sudahlah :) *skip*
wie,
apa kabarnya?
ada cerita apa?
ndak ada cerita tentang orang rumah kah?
pacar gimana pacar?
siapa nih temen-temen barunya?
terus siapa yang ngeselin kamu hari ini?
ada cerita apa aja selama kita ga ketemu?
wie,
masih banyak hepi-hepinya daripada murungnya kan?
ato . . sebaliknya? … KAPOOK!! hahaha :D
..
tiwie ndak pengen cerita-cerita kah? … *nunjuk-nunjuk batu depan sekret*
wie,
sehat-sehat yah?! :)


Happy B’day… Kak julio

Hai kak @ragilFW…
Apa kabar?
Masih nge-block twitterku ya?
Please dong Unblock :D

Pasti saat ini sedang bahagia banget
Sudah 3 x nya aku mengucapkan selamat ulang tahun bagimu ketika kita pertama bertemu di tahun 2010 tepatnya di malang

Tapi sekarang sudah tahun 2012
Dengan diriku
Yang masih setia menunggumu
Tanpa hitungan waktu
Dengan harapan ku dapat cintamu

☺ You are very special in my heart , from the beginning until now I still love you do not count the time nor the length of the Earth is rotating ☺

Aku tidak tau kenapa dan aku selalu akan bertanya kepadamu : mengapa kau membenciku ??
Tapi ku tak peduli akan hal itu
Yang bisa ku mengerti akan dirimu adalah yang penting kamu bahagia dengan orang2 yg selalu kau cintai dan mencintaimu
Karena hal itu akan selalu membuatku bahagia ketika ku melihatmu di account virtualmu

Selamat ULANG TAHUN my memory sweet “Febriliant Wahyu”
Terimalah Kado ~ Surat Perasaan Cintaku yang akan selalu setia menunggumu tanpa mengharapkan balasmu
Dirimu terlalu indah untuk dikenang


Oleh:

Stay Young, Romo!

A birthday is just the first day of another 365-day journey around the sun. Enjoy the trip!
~ Anonimous

Dearest Romo,
Happy birthday! No matter how much candles you have to blow out on your birthday cake today, it doesn’t mean your getting older. Your getting better instead.
Aku selalu melihat Romo sebagai seorang lelaki muda dan tampan. Dengan keceriaannya yang tidak pernah kunjung habis dimakan lelah. Kegembiraan yang selalu dibagi dengan ikhlas pada kita semua disekitar Romo. Lelaki yang membuatku jatuh cinta.
Terimakasih Mo. Untuk sekian puluh tahun yang kita bagi bersama. Untuk setiap detik penuh kebahagiaan yang dilimpahkan kepadaku. Untuk dukungan tanpa henti darimu. Terimakasih sudah selalu ikut antusias dengan hal-hal yang tengah kukerjakan.
Terimakasih untuk kesetiaannya mendengarkan aku bercerita. Tentang kesenanganku menulis. Tentang hobiku memasak. Tentang rencana-rencana kecil di masa depan. Semoga suatu saat akan terwujud semuanya, dan jika tiba waktu itu aku pasti akan mengajakmu turut merayakan keberhasilannya.
I feel blessed being your daughter. Your wisdom, your patience, it teaches me a lot about life. And I am beyond thankful having a great man like you as my father.
Think young, act young, stay young, Romo. We still have years coming ahead us we have to face together. Once again, Happy Birthday.
A lot of kisses and a bunch of hugs,
Kakak Echi



Oleh:

Kau ini siapa?

Teruntuk ..
Ah siapa lagi kalau bukan kamu.

Hai selamat malam,
Pasti kau bingung kenapa aku menyapamu dengan selamat malam.
Karena memang ini sudah malam kak.
Aku menuliskan surat ini tepat di kesunyian sebuah kamar kecil tempat ku menaruh harapan dan menjemput impian.
Aku menuliskan ini di kamas kos ku.
Dan jujur saja, ini kali pertama aku melakukannya.
Karena selama ini aku menulisnya di rumahku, ah bukan, lebih tepatnya rumah orang tuaku.
Dan aku suka suasana di sini, walaupun kadang aku benci karena harus merasa sepi sendiri, tapi aku suka suasana sepi yang kadang mampu mengoyak inspirasi dan menghantarkanku untuk memainkan jemari.
Jadi ….
Apa kabarmu malam ini?
Rasanya beberapa hari ini kita jarang sekali ya berpapasan di lini masa?
Bahkan kalaupun berpapasan kita sama sekali tak saling melempar sapa?
Ah kita berdua kenapa ya kak?
Ah tunggu, bukan kita berdua, mungkin aku, atau kau?
Tunggu-tunggu..
Apa maksudku dengan “kenapa” ya kak?
Memangnya kita selama ini kenapa?
Aduh, maaf ya kak, aku memang suka tak tau diri begini, bercakap itu ini seperti sudah yakin sendiri.
Kak, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu.
Kau ini sebenarnya siapa?
Kau sehebat apa? Kau seistimewa apa?
Pasti kau bingung kan kenapa tiba-tiba aku bertanya seperti ini,
Sebenarnya pertanyaannya ini sudah muncul sejak beberapa hari yang lalu.
Selama liburan ini aku lebih banyak menghabiskan waktuku di rumah sambil menonton televisi.
Mendengarkan banyak lagu-lagu, baik lagu sedih, ceria.
Tapi hanya ada satu hal yang membuatku bingung, sampai-sampai aku bertanya, “Kau ini siapa kak?”
Kau ini siapa sampai sampai semua lagu yang kudengar selalu membuatku teringat padamu?
Baik itu lagu sedih ataupun lagu terceria pun, hanya akan ada satu nama, satu senyum, dan satu orang yang muncul di benakku, ya tentu saja kau.
Kau ini siapa kak?
Apa jangan-jangan semua pencipta lagu di dunia ini mencipta lagu karenamu?
Apa semua lagu ini terinspirasi darimu?
Kau ini sebenarnya siapa kak?
Kenapa semua lagu-lagu itu mengingatkanku padamu?
Meskipun tak seluruh lirik lagu itu mengingatkan ku padamu, pasti akan ada sepenggal lirik yang akan memaksa otak dan hatiku memunculkan satu nama.
Ya namamu tentunya.
Tunggu,.tunggu ..
Tak cuma lagu saja yang begitu …
Terkadang film film televisi (Ftv) juga begitu..
Selalu saja memaksaku berangan berharap dan mengingat dirimu.
Kau ini siapa sih kak?
Kenapa kau bisa seistimewa itu?
Sampai-sampai para sutradara pun membuat FTv tentangmu?
Tapi tidak hanya itu saja.
Ada hal-hal lain yang selalu berhasil membuatmu muncul di pikiranku.
Setiap aku melewati beberapa tempat, memori-memori yang ada di otak seolah kembali bangkit dan menghancurkan memori-memori terbaru dalam pikiranku.
Memori lama itu muncul dan kembali menjadi memori baru yang membuatku selamanya mengingatmu.
Sudahlah kak, kau jujur saja?
Kau ini siapa?
Sampai-sampai aku bisa mengingatmu setiap aku melewati tempat-tempat itu, padahal di depan tempat-tempat itu tidak ada monumen atau tugu yang berbentuk dirimu atau serupa wajahmu.
Disitu tak ada tanggal pertemuan kita.
Lalu kenapa aku bisa mengingatku selalu?
Sampai-sampai saat aku mengenakan perfume beraroma vanilla ku itu tetap saja yang muncul di benakku itu kau.
Sudahlah kak, kau jawab saja pertanyaanku.
Kau ini siapa?



SURAT BALASAN UNTUK SI MEONG

Semarang, 8 Februari 2012


Dear Meong,
Senang sekali bisa berkenalan denganmu..
Apa yang aku tulis, adalah apa yang aku rasakan. Tidak dilebih-lebihkan, tidak dibuat-buat..
Mungkin karena aku menulisnya dengan hati, maka bisa sampai ke hati yang membaca. Salah satunya seperti meong :)

Perjalanan hidupku adalah catatan harian yang tak akan pernah sama setiap detiknya. Kadang suka, duka, sakit, nestapa, senang, tertawa..nah..itulah kenapa hidup itu dikatakan penuh warna. Tinggal bagaimana kita menguraikan warna-warna itu agar menjadi sebuah goresan yang bermakna dan berarti untuk orang lain.

Meong yang baik, aku sangat merindukan Papa dan Mamaku..Kalau Meong masih punya orang tua yang utuh, jangan pernah disia-siakan ya..Karena ga semua orang bisa merasakan hangatnya kasih sayang dan perhatian kedua orang tua mereka.

Sampai-sampai, setiap ada teman yang kehilangan orang tuanya. Aku seperti terlempar ke masa lalu, dan selalu berkata pada diriku sendiri "aku pernah melalui semua itu". Saat-saat tersulit ketika kaki mulai pincang karena kehilangan satu demi satu orang tuaku tercinta. Tak ada daya, tapi bukankah Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan umatNya?. Oleh karena itu, aku berusaha bangkit.

Meong, senang sekali ada orang-orang seperti Meong yang mau membaca tulisanku. Karena dengan demikian, aku punya teman berbagi, meski hanya lewat sebuah surat.

Sekali lagi, terima kasih Meong untuk surat yang telah kamu tulis untukku.
Salam kenal dariku juga ya.. :)


Dengan penuh hangat,
-heny-