14 February 2012

Ucapan Terima Kasih

Surat Cinta terakhir.
Kutujukan kepada seseorang yang daripadanyalah segala inspirasi bermuara. Kepada orang yang sebenarnya akan kudedikasikan tulisan awalku padanya, namun akhirnya kujadikan ia penutup yang indah di surat terakhir ini, agar segala cerita dapat mengalir lancar di hari- hari akhir dan saya melunaskan segala kata yang tak terucap kemudian di surat ini, surat hari terakhir.

Hai kamu, sudah lebih sehat kan sekarang? Terserah kau mau memberitahuku sedang sakit atau tidak, tapi nyatanya saya tahu dan selalu tahu kondisimu.

Ketika saya memandangmu lagi untuk pertama kalinya-setelah pertemuan terakhir kita bertahun yang lalu- saya merasa demikian akrabnya saat menatap matamu. Kamu tahu, yang paling saya sukai dari wajahmu adalah matamu, mata yang selalu menampakkan sisi kekanakan darimu, namun pernah suatu kali saya melihat kekesalan yang tebal menutupi pandanganmu. Amarah pun pernah sekali muncul di mata itu, dan sejak saat itu saya brharap tak akan pernah melihat pemandangan itu lagi di matamu, karena terlalu menyeramkan untuk dapat kupandang.Tapi mata itu indah sekali, sudah pernahkah kusampaikan hal itu padamu sebelumnya?

Kuakui memang sulit saat harus bertemu lagi dengan sosokmu yang telah sekian lama menjadi sosok yang asing bagiku. Setelah waktu berjalan dengan caranya sendiri, rupanya kau pun berubah. Sulit bagiku untuk dapat bertemu denganmu, pikiranku selalu dipenuhi tanya. Seperti apa rupamu kini, masih samakah suara renyah tawamu, apakah kau bahagia dengan hidupmu sekarang, bagaimana saya akan memulai percakapan denganmu, mampukah saya menatap matamu dan berkata: ”SAYA MERINDUKANMU”, dan banyak pertanyaan lainnya yang menggelayut di pikiranku.

Akhirnya saya putuskan untuk mengabaikan semua keributan kecil di hatiku, kuputuskan untuk maju, bertemu denganmu, apapun yang akan terjadi, bagaimanapun reaksimu, dan entah bagaimana nantinya pertemuan perdana kita setelah lama tak bertemu.

Dan sungguh, ketika saya melihat sosok tubuhmu, bahkan saya belum melihat wajahmu, saya rasa saya tak mampu berjalan tegak. “Jangan senyum padaku, lututku akan lemah” ujarku dalam hati. Dan disanalah kau duduk, dengan santainya, pakaianmu santai malah menurutku terlalu santai karena,asal-kau-tahu-saja, untuk saat itu sebelum saya bertemu denganmu disana, segala macam hal hingga hal terdetil kupilihkan untuk melihatmu lagi, tapi rupanya kau malah muncul dengan gaya cuekmu. Tapi akhirnya hari itu, kita mampu melewatinya hingga batas akhir hari, asyik bertukar cerita tentang apa yang telah kita lewatkan dari hidup masing- masing. Dan hari pun berlalu begitu saja, meski sejak saat itu kekakuan yang ada bisa melebur sedikit, namun masih tetap seperti ada tirai tipis yang membuat kita tak bisa tertawa lepas layaknya dulu. Ah tapi apalah arti ‘dulu’ itu, jangan- jangan hanya saya yang memiliki kata ‘dulu’ dimana ‘dulu itu adalah kau bersama saya’.

Tapi ya nampaknya kini kau telah berubah menjadi sesosok orang yang berbeda dengan yang pernah kukenal. Saya tak pernah menyalahkan hal itu, toh nyatanya ketika waktu berjalan semua hal yang ada di bawah kuasanya mau tak mau harus berubah.

Sejauh ini, entah kau menyimak apa saja yang kutuliskan atau tidak, tapi saya yakin kau tahu sejauh mana saya mencampurkan fiksi ke dalam cerita-cerita yang mungkin pernah begitu kau kenal dulu, karena itu semua cerita tentangmu. Atau mari bertaruh, kau sekarang tak sepeka itu lagi menyimak apa saja yang kututurkan kembali tentangmu. Tapi begitulah adanya, ketika hingga saat ini sekalipun saya masih menganggapmu sebagai sebuah kisah yang tak akan pernah usang dimakan waktu.

Kamu, Sang inspirator yang dulu pernah rutin kusebut namanya dalam doa. Kupinta yang terbaik untuk terjadi padamu. Tapi kini tak lagi, saya belajar untuk bisa perlahan melupakan namamu, mulai mencoba tak menyebutnya atau tak mengingatnya lagi sekalipun dalam doa. Sekali waktu kau pernah keheranan mengapa saya seperti selalu ada jalan keluar untuk setiap masalahmu? Tidakkah kau mengetahui bahwa saya memang selalu ingin memberikan yang terbaik bagimu, ketika kau punya masalah maka saya dengan sekuat apapun berusaha mencari apa yang kau butuhkan.

Surat terakhir ini menjadi semacam rangkuman atas apa yang telah terjadi selama ini. Setelah semua rupanya tak sama lagi seperti yang dulu, maka saya sadar selama ini masih terjebak pada suatu persoalan klise dan akhirnya saya memutuskan untuk kembali bergerak, berjalan mencari arah tujuan yang lain.

Ketika kukirim surat ini padamu pun, saya yakin kamu pasti masih bisa mendeteksi seberapa banyak fiksi yang kutuangkan dalam tulisan ini. Kamu tahu saya penggemar kata- kata indah, maka terkadang saya tak enggan mencampurkan sesuatu yang indah ke dalam ramuan yang kubuat, maka tetaplah membaca tulisan ini. Karena sesungguhnya saya hanya ingin kau mengetahui satu hal: semua tulisanku ini bercerita tentangmu. Bolehkah kelak saya kembali menulis dan menceritakan kisah-kisahmu lagi? Terima kasih karena dengan sedemikian rupa, cerita tentangmu menjadi indah. Terima kasih karena kehadiranmu telah pernah menghias hari-hari dengan indahnya. Terima kasih untuk segala inspirasi yang sempat kau berikan.

Sekian dulu surat terakhir ini. Saya khawatir jika semakin panjang kisah ini kutuliskan maka akan ada pula kesan dan sikap yang berubah. Maka tetaplah kau disana, jangan pernah sekalipun berubah menjadi orang yang lain lagi. Dan saya disini selalu ada untuk menjadi teman terbaikmu.

Salam hangat,

Saya.
Terima kasih.


surat terakhir

hari ini hari terakhir proyek #30harimenulissuratcinta
yang artinya ini surat cinta terakhir yang kubuat di proyek ini.
surat ini aku peruntukan untuk dirimu.
dirimu yang dulu setiap harinya membuatku tersenyum,
dirimu yang dulunya sangat amat membuatku bahagia,
dirimu yang dulunya mencintaiku.
aku janji ini terakhir kalinya aku mengganggu hidupmu. percayalah padaku untuk kali ini saja.
.
melalui surat terakhir ini aku ingin berterimakasih pada dirimu,
pada dirimu yang dulu adalah kekasihku,
terimakasih dulu pernah mengisi hari-hariku,
terimakasih dulu selalu ada disisiku,
terimakasih dulu selalu baik padaku,
terimakasih dulu telah menerimaku apa adanya, dan
terimakasih untuk semua hal yang kamu lakukkan untukku.
.
jujur aku masih sangat mencintaimu,
tapi aku sadar kamu bukan untukku lagi. aku sadar kita telah berakhir.
berat rasanya harus mengakui ada kata “berakhir” diantara kita.
tapi mau bagaimana lagi, misalnya kalaupun kita belum berakhir, cepat atau lambat semua ini juga akan terjadi.
tapi ntah mengapa aku sedikit membenci kata “berakhir” itu.
.
aku sedih karna semua kata cinta yang dulu saling kita lontarkan sekarang hanya kenangan,
semua janji kita untuk selalu bersama hanya kenangan,
semuaaa hal yang kita lakukan dulu sudah menjadi kenangan.
kenangan yang sangat berarti dihidupku.
kenangan yang menjadi sejarah percintaanku.
.
kamu tau? hari ini aku mengingat banyak hal yang dulu kulakukkan bersamamu.
mengingat itu semua rasanya sangat menyakitkan. aku tak habis pikir kenapa aku bisa seperti ini. bisa mencintaimu secara berlebihan.
kamu tau? saat kamu meninggalkanku, rasanya aku berada di titik terendah dalam hidupku. aku kecewa!
aku tidak bisa merelakanmu pergi dari hidupku. bahkan sampai 2bulan setelah kita putus aku masih saja menganggumu, maafkan aku kalo aku egois.
dulu aku masih menganggumu karna aku masih berharap kamu kembali padaku.
ya tapi itu dulu. dan sekarang insyaallah aku sudah ikhlas kamu pergi dari hidupku. ini mungkin sudah jalan yang diberikan tuhan pada kita.
.
sudah cukup rasanya surat yang kubuat untukmu ini,
dan itu artinya selamat tinggal teguh, kuharap kamu mendapatkan penggantiku yang tentunya lebih baik dari pada aku.
terimakasih teguh, terimakasih untuk 16 bulannya,
terimakasih untuk semuanya.
kamu akan selalu dihatiku hingga terhapuskan oleh waktu


Erika: dulu, kini, dan nanti

Kepada dulu,

Gadis muda yang kurus. Tak usah berkecil hati, meski kulitmu hitam dan wajahmu tak cantik, ada hal lain yang bisa dibanggakan, misalnya : kau masih gadis paling tinggi di kelas. Nilaimu tak bisa pula dianggap remeh. Harusnya bangga menjadi dirimu –

Kepada kini,

Perempuan ini masih kurus, hanya dia sudah bisa sedikit berdandan. Giginya sudah lebih rapi – ada kawat memagari. Katanya, itu baik untuk membentuk wajahnya agar lebih bagus lagi. Padahal gadis yang masih saja gadis di usianya yang ke-28 ini, bukanlah tipe pedandan yang feminin.
Kesukaanmu yang telah menjadikanmu mendapatkan uang saku – yakni bernyanyi – sebaiknya tetap dipelihara, kesehatannya. Aku tahu kau susah lelap di malam hari, susah bangun pagi pula. Jangan dijadikan kebiasaan. Jadilah sebenar-benarnya perempuan.

Minggu ini hari terakhir untuk menulis surat cinta. Cinta di sekelilingmu jangan semuanya kau abaikan, jangan pula kau beri harapan. Kau sudah sejauh apa mencintai dirimu, Erika?

Kepada Nanti,

Berdoalah untuk segala niat. Tak perlu diumbar, tak perlu ditulis berlembar-lembar. Kau sudah menjadi perempuan yang lebih luar biasa lagi. Jadi atau tidaknya menikah dengan pria yang dulu pernah di hatimu, itu soal nanti. Setelah surat ini, kau jangan segan mampir lagi – walau hanya menceritakan tentang keluhan yang memuakkan, halamanku adalah yang paling tabah dan pendiam.

Erika, apapun kau jadinya. Jangan berhenti mencintai dirimu.

Untukmu yang belajar mencintai,

Ika


Oleh:

Surat Tanpa Perangko

Hari terakhir, kebetulan surat ini untuk kamu.

Aku tahu, terbaca dari judulnya, surat ini memang seharusnya berperangko. Harusnya surat ini kutuliskan pada selembar kertas putih asli, bukan lembar kertas digital seperti ini. Lalu, ketika aku telah menyelesaikan kalimat terakhir bersama titik bulat hitamnya serta membubuhkan tanda tangan mungilku di pojok kanan bawah, kertas putih yang telah berisi tulisan empat paragraf panjang itu kumasukkan ke dalam amplop biru tua –warna kesukaanmu- dengan aksen gegaris melengkung di keempat sudutnya. Kutulis namamu dan alamat lengkapmu di sisi depan. Semoga alamat rumahmu masih tetap sama. Selanjutnya, kutulis pula nama dan alamat lengkap rumahku –yang semestinya masih tergores jelas di ingatanmu- di sisi sebaliknya. Selesai, kuletakkan pulpen dan membuka segel perekat sisi atas amplop tersebut, kurekatkan pada sisi bawahnya. Beberapa detik kuamati amplop biru tua itu. Kuhela napas, untuk meyakinkan diri bahwa aku telah mengumpulkan berjuta keberanian untuk memulai dan menyelesaikan menulis sebuah surat untukmu. Ya, untukmu.

Selembar foto kucing kecilku telah kusertakan di dalamnya. Bukan apa-apa, hanya untuk meyakinkan bahwa yang kuceritakan di surat itu bukanlah bohong. Kau juga suka kucing kan? Jadi, sebaiknya foto kucing gendut pitih abu itu kau simpan rapi di album fotomu, atau dompetmu jika kau mau. Ketika kau ingat dan rindu padaku, kau boleh memandanginya. Anggap saja kucing itu adalah jelmaan dariku. Yah, meski jauh lebih cantik aku. Tapi tak apalah, daripada kau hanya merenung di hadapan hujan sambil membayangkan wajahku yang dibuyarkan angin menghunjam? Lebih baik kau masuk kamar, sembunyi di balik selimut tebalmu yang bisa kutebak pasti warnanya biru tua, lalu pandangilah foto kucing kecilku itu. Atau, kau bisa memandanginya bersama kopi full cream favoritmu? Sambil menonton film kesukaanmu? Terserah saja, yang penting itu tidak mengganggu konsentrasimu untuk mengingatku.

Satu lagi yang penting, jangan terlalu sering menikmati hujan. Bukan hanya karena angin dingin yang dibawanya. Tapi juga karena kau harus berhati-hati pada harapan yang acap kali ia jatuhkan. Seperti yang kulakukan sekarang. Memandangi hujan, dan siap-siap menengadahkan tangan untuk sekadar menangkap harapan-harapan yang ia taburkan. Ketimbang harapan-harapan itu keras berdebam menghantam tanah, bukankah lebih baik kutangkap dan kusimpan di stoples kaca agar suatu nanti untukmu kuberikan?

Tapi aku lupa, terkadang harapan bukanlah sesuatu untuk dijadikan. Seperti halnya surat ini. Surat yang berbatas pada fantasi harapan. Entah ada berapa harapan dalam stoples kacaku yang mengharapkan surat ini tersampaikan padamu. Entah ada berapa harapan yang memerintahkan tanganku untuk segera mengerjakan step-step-menulis-surat-untukmu. Entah ada berapa harapan yang mengutuki kakiku yang enggan terayun untuk memasukkan amplop biru tua itu ke dalam kotak surat. Hingga untuk selanjutnya, biar pak pos yang mengetuk pintu rumahmu. Biar pak pos yang melihat sosokmu membukakan pintu. Biar pak pos yang bertanya apakah ini rumahmu. Biar pak pos yang berkata bahwa ada surat untukmu –dariku. Biar pak pos yang mendengarmu menjawab iya, lantas menangkap surat dariku. Biar pak pos yang mengucapkan namaku sebagai pengirimnya. Biar pak pos yang pertama kali menangkap ekspresimu ketika mengetahui bahwa suratku telah sampai di tanganmu. Lantas, biar pak pos tidak memberitahuku apakah kau senang atau sedih mendapati surat fantasi itu.



Dari aku.



Oleh:

seharusnya ini surat cinta

teruntuk yang spesial bagiku, kamu.


perlu pertimbangan dan keberanian tersendiri untuk akhirnya menuliskan surat ini, padamu. ini hari ke tiga puluh, dan aku harus ekstra bijak menentukan untuk siapakah surat terakhirku kutujukan.

banyak nama yang bermunculan dalam pikiranku. ayahku..., sahabat - sahabatku (mereka belum kebagian surat dariku)..., teman teman SMAku..., ah, banyak! lalu nama - nama tersebut lantas berhenti, di namamu.

well, benar itu kamu.

delapan belas tahun dalam hidupku, aku pernah mengalami dua tahun yang teramat pelik, dimana kesedihan tak henti - hentinya mencekik, dan nyanyian cinta tak lagi terdengar menarik.
di masa itu, aku menjalani hidupku seperti botol kosong yang mengapung - apung di lautan. sepi, sendiri, dan tak tahu jalan. aku tak bermaksud melebihkan, tapi kau boleh tanya, begitulah perasaan orang - orang yang pernah rusak cintanya, dan terluka habis hatinya.
maka dari itu, tak berlebihan jika aku memutuskan untuk memagari diriku sendiri rapat - rapat, agar tak ada lagi siapapun yang mendekat.

lalu itu kamu, yang tetiba masuk ke kehidupanku.
kau tunjukkan aku binar - binar bahagia, melalui sebuah pesan singkat yang teramat biasa. kau tunjukkan aku rupa - rupa mimpi, melalui pembicaraan kecil setiap hari. kau tunjukkan aku geliat - geliat harapan, melalui satu dua keping perhatian. singkatnya, kau tunjukkan aku kehidupan, hanya melalui sebuah senyuman..

dari situ kau ajari kembali aku kilau kemilau cinta dari sisi yang lebih sederhana. memberi aku sebuah keyakinan, bahwa tak mustahil kembali memulai apa yang sebelumnya berderai dibungkas badai.

kau membuat aku mengingat kembali bagaimana rasanya tertawa karena hal - hal yang sepintas tak bermakna, bagaimana rasanya menyebutkan sebuah nama dalam setiap doa, atau menjejali diri sendiri dengan beribu harap dan asa.

karena hanya bersamamu, aku merasakan kembali bahagia yang meletup - letup, ah ya, hanya kaulah yang sanggup.
dan betapa hatiku berderak - derak, memainkan lagu - lagu cinta hanya karena kita berjalan bersisian..


ahh.... seharusnya ini surat cinta, bukanlah puisi atau prosa..

tapi begitu harus menulis untukmu -bukan tentangmu- otakku lalu beku. aku tak tau harus menulis apa, dan bagaimana. semua kata - kata bermain di kepala, tapi hanya seperti roman - roman penuh kiasan belaka.

setelah carut marut pembukaan yang mungkin terkesan rumit, aku hanya bisa menulis sedikit saja untukmu -bukan tentangmu- yang kuharap dapat kau mengerti isinya..

hai, dear?
pernah mendengar kabar bahwa aku mencintaimu?
sepertinya itu benar.



ya.., itu saja.



well, inilah dia, yang seharusnya surat cinta.
dariku,
untukmu, yang aku harapkan akan hadir, di garis akhir.
karena kau tahu? aku berniat mencintaimu tanpa tapi, dan tanpa tepi.

maka sampai jumpa, nanti! :)


Superterimakasih :)

Kedah, 12 Februari 2012

Dear @PosCinta @ekaotto dan para Tukang Pos lainnya,

yang 30 hari kebelakang setia ramaikan timeline saya

Selamat siang..

Apa kabar pakbos @PosCinta dan kak @ekaotto?

Pasti baik, dong? Soalnya, timeline saya dipenuhi oleh foto-foto acara gathering #30HariMenulisSuratCinta di Bandung. And they told me enough that you guys are having a really good time there. Ah, kebetulan sekali saya gak sedang di Bandung. Pun, gak mungkin saya meninggalkan tugas magang yang menumpuk ini untuk terbang pulang kesana..

Hhh.. Sejuta iri saya kirimkan dari Kedah untuk kalian yang bisa ikut. :’( Jikalau memungkinkan, dirutinkan saja pertemuannya. Jadi saya bisa ikut di pertemuan selanjutnya. Hehee.. :p



Gak terasa sudah sampai di hari ke 30. Wah, siapa sangka saya bisa ikut berkontribusi, walaupun pernah bandel beberapa kali. Beberapa nomor terlewat karena ke(sok)sibukan, ke(sangat)(pe)lupaan, juga sakit. Tapi, sejauh ini saya cukup puas dengan puluhan surat cinta yang bertengger manis mengisi blog saya. Juga ada beberapa di blog Pakbos @PosCinta. Superterimakasih untuk itu.

Mulanya, seperti semua penulis amatir-juga-pemula-ditambah-moody-serta-pemalas, saya agak ragu ikut #30HariMenulisSuratCinta. Ragu, takut belum bisa jaga komitmen pada diri sendiri untuk menulis sekonsisten itu. Ragu, takut semua inspirasi yang diawal membanjir seperti jalanan di Jakarta saat musim hujan, tiba-tiba menguap tanpa bekas. Ragu, takut semua nyali untuk menulis yang saya kumpulkan satu per satu setiap hari, tiba-tiba rontok begitu saja saat teman-teman saya tertawakan cara saya bercerita dalam kata-kata. Ragu, takut surat-surat yang saya tulis tiba-tiba berhenti ditengah-tengah, karena mood saya ingin mogok kerja, tanpa peringatan.

Tapi, di hari ke 30 ini saya menyadari satu hal. Bahwa ternyata, yang sulit memang bukan memulai, tapi konsisten pada komitmen seperti di saat permulaan. Memotivasi diri sendiri juga penting untuk saya tetap menjaga komitmen itu. I have to keep motivating myself to write about anything in so many ways. Walaupun pada akhirnya, cinta-cintaan sama si ‘ehem-ehem’ lah yang paling banyak dibahas dalam surat-surat saya. :p

Superterimakasih yang berjuta-juta saya kirimkan untuk Pakbos @PosCinta, @omemdisini @tuannico @godhfd dan para Tukang Pos: @ekaotto @adimasimmanuel @heykila @hurufkecil @perempuansore yang setiap harinya sudah ikut mengingatkan saya untuk menulis, juga memotivasi dan menginspirasi. Disadari ataupun nggak. Khususnya untuk kak @ekaotto yang rajin kirim surat-surat saya kesana-kemari setiap hari, semoga segala harapan dalam surat cantiknya “Aku Ingin Menikah” cepat-cepat dikabulkan Tuhan. Amiin :’))

Superterimakasih yang berjuta-juta juga saya kirimkan bagi kamu, lelaki-di-surat-nomor-satu. Kamu, inspirasi dari segala inspirasi surat-surat saya. Terimakasih atas maju dan mundurnya kamu. Saya jadi bisa banyak berkata-kata tentang itu. Terimakasih atas ada dan tiadanya kamu. Terimakasih atas pahit dan manisnya kamu. Saya jadi bisa banyak merenungi kamu. Merenungi arti kita dalam sudut pandang kamu. Merenungi arti saya dalam sudut pandang kamu. Dan saya bisa merenung tentang diri saya sendiri. Lalu, menyadarkan apa yang semestinya saya sadari sejak lama..

Well, sampai jumpa di surat-surat berikutnya yang-entah-kapan! Superterimakasihbanyak :)

Dari saya,

yang 30 hari kebelakang pernah ragu-ragu untuk memulai



Oleh:

cerita seorang sahabat

hai kawan, jika dan hanya jika kalian berkehendak aku memanggil kalian begitu, sebagaimana aku ingin kalian memanggilku begitu.

apa kabar kalian? sengaja aku luangkan waktu untuk membuat surat ini di perjalanan menuju Semarang, agar kalian tahu, kemanapun aku menuju, hatiku tetap tertambat pada kalian. aku tak tahu harus bagaimana memulai surat ini, karena sebagaimana awalnya ketidaksengajaanlah yang mempertemukan kita. dan aku amat berterimakasih pada ketidaksengajaan yang memperkenalkanku pada kalian, yang dapat kupastikan akan kulakukan apapun demi berada di wisuda, pernikahan, maupun khitanan anak kalian nantinya.

kawan, aku mengutip surat taty “no one understands me quite like you do..” adalah interpretasiku atas bagaimana cara kita saling memahami dan mengerti satu sama lain tanpa perlu terucap kata permintaan. dan aku menyayangi kalian sebagaimana aku menganggap kalian saudara sepupuku. karena tak ada yang lebih menyenangkan daripada aku menggenggam jemari kecil anakku nanti dan mengetuk pintu rumahmu lalu mengucap salam. melihat anak-anak kita berbagi gelak tawa seperti kita.

kawan, sepuluh tahun lagi jika raga masih mengikat jiwa kita, takkan kusia-siakan waktu bertemu kalian. kelak kita bertemu lagi berbagi perih dan tawa yang sama. namun bukanlah pemilihan ketua ldk, perpisahan, ataupun mbs nantinya yang mempertemukan kita sebagaimana dulu kita duduk melingkar saling bersandar di ruang osis.

tidak ada orang lain yang mengerti sebagaimana besar rasa saling mengasihi kita. mereka hanya tahu bahwa kita sekumpulan remaja saling sindir, saling nyinyir, dan saling ejek. mereka tak perlu tahu berapa banyak derai air mata yang kita bagi bersama, berapa erat genggaman kita kala push-up dibawah air terjun, berapa seri hutang yang kita bayar bersama. bagi mereka, hanya kekonyolan dan ketidakbergunaanlah yang kita lalui.

aku ingat kita pernah mengikat janji akan menggunakan gelang yang sama di hari wisuda kelak. maafkan aku kawan. aku terlalu teledor hingga lupa dimana meletakkan gelang oleh-oleh kota tua saat itu. tapi aku ingin kalian tahu, nama kalian dapat dipastikan akan bertengger disana, skripsiku kelak.

terimakasih banyak kawan, karena menerimaku sebagaimana aku, mau berbagi waktu, tangis, tawa, sindiran, ejekan, kwetiaw goreng, es bubble, lidi-lidian, jajanan lapak ganesa, selimut, eskrim, busway, bajaj, ruang osis, kopsus alo, nyanyian, dsparted, pak tanto, dan masa putih abu-abu bersamaku.

dari aku, giustia puspa geoda.


Oleh:

Untuk Pacarku Sekarang!! =D

Untuk pacarku sekarang(*)


Hai beibh..
akhirnya aku nulis surat cinta buat kamu juga.. setelah kamu protes karena aku hanya mengirim surat cinta buat "dia" yang selalu bikin kamu cemburu.. heheheee

Mau tahu gak kenapa selama ini aku gak nulis surat cinta buat kamu?? (pasti kamu jawab :"iyaa..kenapa??" hehehe..)
alasannya :
1. Dulu kamu masih meragukan, aku gak yakin kalau kamu sudah benar-benar milih aku
2. Kebalikan yang pertama, aku yang gak yakin bakal milih kamu.. hehehee *piss beibh*
3. Kamu dulu pendiem banget.. padahal ketahuan kan sekarang aslinya rame bangeett..
4. ---- (sengaja aku kosongin karena ini angka favoritku..jadi aku kasih kekamu buat nulis isinya..=D)
5. Aku masih belajar mengenalmu lebih baik dulu,sebelum mutusin milih kamu..
6. Dulu kamu masih belum bisa ku ajak kencan setiap malam.

So, karena akhirnya setelah melewati perjalanan berliku mulai dari saat kita cuma kenalan, meningkat ke lebih dari sekedar kenalan, cuma temenan, lebih dari temenan, cuma TTM-an, lebih dari TTM-an, cuma HTS-an, lebih dari HTS-an..dan akhirnya kamu jadi pacarku sekarang...

kalau diinget-inget lucu juga loh beibh, udah berapa lama coba dari pertama kita kenalan sampe sekarang kita pacaran.. hhmmmm... lebih dari 1 semester alias 6 bulan.. tapi baru sekarang kita akhirnya bisa berkencan setiap malam tanpa aku harus membecimu seperti dulu.. hehehee
tapi aku semangat banget loh beibh ngejalanin hubungan ini, jadi aku harap kamu juga mau berpihak padaku dan kita menjalani hubungan ini dengan baik.. sekalipun nantinya pasti akan ada banyak yang akan mengganggu kita.. tapi dari awal aku kasih tahu kamu biar kamu gak marah, kalau apapun gangguan dan kritik itu semuanya mereka(**) lakukan demi kebaikan kita berdua.. okeee beibh.. =D

Nanti malam kita kencan lagi ya beibh..
biar hubungan kita cepet selesainya,aku gak mau lama-lama...
bagaimanapun semakin cepat hubungan kita berakhir, itu jauh lebih baik..
tapi yang jelas bukan saat ini, karena qta baru memulainya.. (Kamu pasti setuju kan beibh?? Pastii.. =D)

See U Tonight beibh..!!


dari Pacarmu,
@Fadhie2


Oleh:

Kau Tembus Hatiku

Dear Cintaku,

Aku ingat ketika aku melihat dunia ini melalui mata butaku yang berlinang air mata. Lalu aku dirikan benteng di sekitarku. Aku pikir tidak ada yang dapat menembus rintanganku.

Tapi kamu datang menembusnya. Kau tunjukkan padaku hidup yang berbeda; pentingnya menjadi diriku sendiri, berbagi emosi, dan memberikan rasa cinta. Kamu membuatku berpikir. Kau membuatku dapat menghadapi diriku sendiri, menghadapi orang lain, menghadapi kamu. Kau membuatku jatuh cinta padamu.

Cinta denganmu sangatlah indah. Tak ada seorangpun yang bisa mencintaimu melebihi aku. Tak ada pelukan lain yang dapat menghangatkanku bagaikan sinar mentari. Ku kan lakukan apapun untukmu. Kamu sudah tahu itu semua ketika kau berikan seluruh hatimu untukku.

Simpan hatiku untuk selamanya,


Oleh:

You're still my best!

Hey kamu yang di Benua sebrang,
Apa kabar? Lagi musim apa disana sekarang? Hhihi
Heem nulis apa yah? Bingung deh, abis seringnya kita chatting sih, jadi malah canggung kalau nulis surat gini. Hahaha
Eh tapi setidaknya tulisan ini menunjukan bukti nyata kehadiran gue buat elo kan yah? *senyum nyengir*

Gak terasa udah 2 tahun kita menjalani kehidupan kita masing-masing. Pastinya akan lebih banyak cerita yang akan kita bicarakan kalau kita ketemu nanti. Ya pasti kita akan bertemu lagi!!
Ingat dulu saat kita masih sama-sama, meski setiap harinya kita ketemu disekolah, sepulangnya selalu ada cerita yang kita bicarakan untuk menghabiskan malam-malam. Entah curhatan pribadi sampai cerita konyol gak ada habis-habisnya kita ungkapkan. Elo yang paling gue percaya selain keluarga gue sendiri yang membuat gue sadar betapa gue gak mau kehilangan elo.

Dari kecil kita bersama, bukan waktu yang singkat untuk saling mengerti (seharusnya) sampai saat ini. Tanpa harus gue bilang mestinya elo tahu seberapa sayang, rindu, dan berartinya elo buat gue. Karena udah banyaaaaaaaaaaaaaaaak banget yang kita laluin bareng–bareng. Dari tentang kehilangan salah satu orang tua kita masing–masing, pengalaman cinta pertama, patah hari dan galauan lainnya serta suka cita yang gak ada habisnya kalo kita ceritain berulang-ulang.

Meski sekarang raga kita gak berdekatan, tapi gue yakin persahabatan ini terlalu berharga untuk diabaikan gitu aja. Sesibuk-sibuknya gue, semarah-marahnya gue, sebenci apapun gue pernah bilang ke elo, elo tetap sahabat gue, kakak gue, ade gue, partner gue. Apapun itu mungkin gak cukup untuk gue deskripsikan. Ah New Zealand, lo udah mengambil sahabat gue!

Semakin kesini semakin sendiri-sendiri kita menjalaninya, semakin beranjak dewasa dengan masalah dan beban yang kita bawa masing-masing. Mungkin ada banyak pemikiran kita yang berbeda dan gak sejalan, bahkan terkadang yang sering muncul adalah keegoisan. Tapi dari situ semoga kita semakin belajar untuk memahami satu sama lain. Maafin segala apapun yang membuat lo kesal ya saat lo mau bercerita dan gue gak ada karena sibuk sendiri. Tolong tinggalkan pesan, semua cerita yang mau lo ceritain, pasti akan gue bales. Gue selalu mau denger cerita lo, selalu.

Yang perlu lo tahu dan percaya sampai kapanpun lo tetap sahabat gue sampai mati. Ini janji gue. Sebanyak apapun temen gue, lo tetap sahabat gue yang terbaik. Tolong percaya itu. Please jangan pernah bilang kalau kehilangan orang lo itu mudah buat gue. Itu pernah bisa membuat gue nangis lebih dari sedihnya kehilangan pacar. Tetap sabar dan ikhlas yah menjalani persahabatan berbeda hari dan waktu. Saat gue gak bisa menemani hari – hari lo, tolong baca ini lagi dan lagi.

Ps: "Selamanya kita akan bersatu dalam ikatan persahabatan yang udah digariskan oleh Allah. Baik- baik yah disana. Love, kiss, and hug :)"