09 February 2012

(021) untuk Dua Minggu Lagi

Dear Mr. Right @Elfadhs , again and again :)




Suatu pagi, setengah jam lagi menuju angka delapan, tiba-tiba telepon selularku berbunyi. Nol-dua-satu, angka depannya. Aku tahu betul nomor itu. Nomor yang mengharuskanku pindah dari kamar berwarna merah muda ini. Nomor yang mengharuskanku hidup mandiri, dan nomor yang mengharuskanku pindah ke ibukota.

Mendadak bayangan itu datang menghampiri. Kamu yang selalu menemani aku, aku yang bisa menjangkaumu cukup dengan satu kali angkot saja dengan biaya tiga ribu perak, dan kamu yang bisa mengantarkanku pulang saat itu juga. Ketika aku pulang bekerja, aku langsung menghampiri rumah nomor tiga di jalan sempit itu. Memelukmu hangat, yang selalu diwarnai senda gurau serta binar mata jahilmu itu.

Dua minggu lagi, aku harus terbiasa untuk sulit mendatangi rumahmu, terbiasa untuk hanya berhubungan denganmu via dunia maya dan telepon genggam, bahkan mengasah batin serta alam bawah sadarku untuk mengirim pesan telepati untukmu. Haruskah?

Jarak bukan masalah, itu katamu. Dan itu pula yang keluar dari mulutku beberapa waktu yang lalu. Lagipula hanya dua jam waktu tempuh ibukota dengan rumahmu tercinta, tiga jam paling lama. Tapi, tapi, tapi?

Entahlah, saat aku ingat jarak 120 kilometer ini, mendadak air mataku berebutan untuk keluar dari rumahnya. Aku pasti rindu semuanya, rindu caramu mengejek badanku yang tak proporsional, rindu kejahilanmu yang menyebalkan, rindu wajahmu bila sedang menakut-nakutiku, dan rindu binar matamu yang tiba-tiba muncul di depan rumahku, memberi kejutan manis sederhana - hanya dengan kedatanganmu.

Dan saat kamu menjalani tugas akhirmu, aku tidak berada di sana, fisikku tak hadir untuk sekedar memberi senyuman penuh semangat, ataupun bernyanyi ceria seperti yang biasa aku lakukan. Aku tak bisa menjadi seorang kamu dua tahun lalu, yang setia sekali mengantarku meskipun waktu sudah menunjukkan pagi buta. You'll always be there for me, but I can't be there for you, it hurts.

Hari Sabtu-Minggu menjadi hari yang pasti aku nantikan. Hari dimana aku bisa bertemu kamu, menceritakan kisah-kisah baru yang mendominasi waktuku kelak. Mungkin mengobrol tentang kantorku, tugasmu ataupun masa depan kita. Dan hari Senin menjadi sebuah beban untukku, karena aku kembali sulit bertemu denganmu. Maaf kalau nanti aku sering menangis ya, aku kangen.

Satu yang ga pernah berubah. Kamu selalu jadi Mr.Right yang selalu mendominasi hampir seluruh pikiranku. Semoga kamu pun selalu begitu.

Semoga Tuhan memang mengikatkan benang merah di jari manisku dengan jarimu ya? Sekarang, saatnya mengejar impian masing-masing. Aku di sana, dan kamu di sini.

Baik-baik ya kamu di sini. Salam titik dua bintang setiap hari.

#nowplaying Andien - Pulang :)



No comments:

Post a Comment