Hai, apa kabar kamu. Itu pertanyaan yang sering aku tanyakan. Hm iya, pada diriku sendiri.
Gila? bukan. Galau? ah, nanti dikira ikut mainstream. Kabar kamu bukan
mainstream.
Jadi apa kabar? Terakhir aku menerka kabarmu baik baik saja, sibuk
dengan pekerjaan atau mencari kerja. Terakhir itu adalah saat aku
memulai menulis ini. Hei, ini adalah surat pertamaku untukmu. Seperti
surat kebanyakan, apa kabar selalu ada di baris awal. Kamu suka?
Jadi apa kabar? Diriku yang lain menerka kamu sedang ada di luar
rumah sekarang. Atau di luar kota. Atau luar pulau. Yang jelas jauh
sekali dari tempatku menulis ini. Kata orang sih jauh di mata dekat di
hati. Kata lagu juga begitu. Tapi kataku entahlah. Kabarmu saja aku
tidak tahu.
Jadi apa kabar? Dinding muka buku milikmu tidak bisa menjawabku. Aku
hanya melihat kamu tersenyum di dalamnya, menyapa dan bercakap dengan
beberapa orang. Beberapanya aku kenal. Mungkin mereka lebih tahu kabarmu
dari aku. Au akan coba tanya lain waktu.
Jadi apa kabar? Aku mulai resah setiap aku menanyakan itu. Diriku
yang lain mulai sering mengkhawatirkanmu. Aku sudah bilang tidak perlu.
Aku yakin kamu baik-baik saja. Suatu waktu kamu akan bercerita tidak
hanya kabarmu. Bukan begitu?
Jadi apa kabar kamu? Ah, kalimat ini saking nyantolnya, aku tidak
tahu bagaimana menghapusnya. Isi suratku jadi terlihat memalukan.
… .
aku sudah lupa ingin menulis apa :| Saat ini aku cuma ingin tahu hal itu. Apa kabar kamu? Semoga aku menerima kabar baik darimu.
… .
:|
… .
:)
dikirim oleh @astridirma
Showing posts with label Surat Cinta #1. Show all posts
Showing posts with label Surat Cinta #1. Show all posts
15 January 2012
Ini, Mungkin Surat Ancaman
Hey, apa kabar?
Jadi, sudah berapa lama kita tidak bertemu? Emm, dua hari? Oh, okey, baru dua hari ternyata ._.
Baiklah, ini memang baru dua hari. Tapi kenapa dalam waktu dua hari kamu sudah melupakan janjimu padaku? Itu waktu yang sangat, sangat, singkat.
Jujur, Aku. Sedikit. Kecewa. Padamu. Kukira kamu bisa menepati janjimu. Atau Kau pikir aku hanya bercanda saat megucapkannya padamu kemarin saat terakhir kita bertemu? Apa itu masih kurang jelas untukmu?
Baiklah, karena aku mencintaimu, untuk kali ini aku maafkan. Tapi sekarang, dengarkan baik-baik aku akan mengulanginya lagi. Kali ini, tolong pegang janji itu sebisa kamu.
“Jangan terlalu ngangenin, got it?”
Cross your heart.
Bagus.
P.S : Jika dalam dua hari kamu melanggarnya lagi, aku akan mengirim surat yang sama untukmu.
dikirim oleh @amelianggadhini
Jadi, sudah berapa lama kita tidak bertemu? Emm, dua hari? Oh, okey, baru dua hari ternyata ._.
Baiklah, ini memang baru dua hari. Tapi kenapa dalam waktu dua hari kamu sudah melupakan janjimu padaku? Itu waktu yang sangat, sangat, singkat.
Jujur, Aku. Sedikit. Kecewa. Padamu. Kukira kamu bisa menepati janjimu. Atau Kau pikir aku hanya bercanda saat megucapkannya padamu kemarin saat terakhir kita bertemu? Apa itu masih kurang jelas untukmu?
Baiklah, karena aku mencintaimu, untuk kali ini aku maafkan. Tapi sekarang, dengarkan baik-baik aku akan mengulanginya lagi. Kali ini, tolong pegang janji itu sebisa kamu.
“Jangan terlalu ngangenin, got it?”
Cross your heart.
Bagus.
P.S : Jika dalam dua hari kamu melanggarnya lagi, aku akan mengirim surat yang sama untukmu.
dikirim oleh @amelianggadhini
#1
14 Januari 2012,
Masih di bawah selimut pada detik pertama terbukanya mata, sekelumit harap meletup dalam dada. Hari ini aku banyak rencana. Jadi, tolong beri aku satu keberuntungan. Satu saja untuk selanjutnya ku jadikan hari ini bahagia. Eh, usir juga semua sial dan celaka, ya? Aku mau bertemu cinta nanti :)
Surat pertama penuh pinta ku alamatkan untukmu, Sabtu pagiku.
Please be nice loh, ya?
Sincerely,
T
dikirim oleh @brutalita
My Giant Amor #1 My Twin My Soulmate
Mari bercerita tentang masa kecil, tidak seindah kelihatannya, tapi itulah dunia milik kita. Terpisah selama hampir lima tahun, tidak membuat batin kita ikut berjarak. Aku kembali untuk mengutuhkan sayap agar kita bisa terbang bersama. Kau berwarna biru dan aku berwarna merah. Kau yang lembut, bijak, dan ayu. Aku yang nakal, ceria, dan kuat. Berdua kita saling melengkapi, menjelajah dunia imajinasi dan realitas.
Ingatkah kau betapa kita punya dunia yang tidak bisa disentuh siapapun. Dunia dan teman-teman khayalan yang sama walaupun dalam benak yang berbeda, betapa ajaib, sebuah pembuktian bahwa kita punya jiwa yang sama dalam dua raga yang berbeda. Apakah kau masih percaya itu sampai detik ini?
Beranjak dewasa dan kita sampai pada mimpi-mimpi yang sama. kegairahan hidup yang tidak cukup dalam dunia realitas membawa pena kita menari, menciptakan dongeng-dongeng. Suatu hari kita ingin dongeng-dongeng itu berlarian di layar putih, membaginya dengan semesta jiwa lain.
Masa remaja kita indah dan ramah. Mari kita bercerita tentang sebuah kejadian lucu dimana hampir semua orang terkelabui. Saat itu kita ingin sekolah di tempat yang berbeda, pada hari yang telah ditetapkan kita bertukar peran. Sebagian dari mereka pasti heran betapa kita terlihat berbeda. Mana bisa seseorang menjadi kurus atau gemuk dalam semalam? Mana bisa karakter seseorang berubah dengan cepat? Mereka hanya bisa menebak dan kita hanya tertawa.
Kita sama-sama belajar menerima bahwa lingkungan di sekitar sering kali membuat perbandingan. Semua itu membuat kita tidak nyaman. Seringkali kita menyadari betapa kita saling mencintai dan membenci dalam porsi yang sama besar. Tapi mereka tidak pernah menyadari bahwa hidup seperti itu menyakitkan. Maka kita berhenti mendengarkan mereka, menutup telinga dan mata, mengukuhkan segalanya dengan rasa. Berbagi rahasia, berbagi peran bagitu selamanya kita pikir.
Tapi dunia tidak selalu ramah untuk siapapun, termasuk kita. Kau lebih cepat menemukan belahan jiwa yang lain. Jiwaku terenggut separuhnya. Semestinya aku ikut bahagia, semestinya.
Waktu membawamu kembali, melahirkan mimpi-mimpi baru, perlahan kita mewujudkannya. Menerima kebahagiaan dan pukulan bersama-sama, berdiri dan jatuh lagi, terus berpegangangan tangan. Sampai akhirnya, “Kita telah sampai di ujung jalan”. Aku tahu, itu artinya kita harus menjalani hidup masing-masing. Kita telah memilih kereta dengan tujuan yang berbeda, tapi itulah hidup.
Satu hal yang perlu kau tahu, bersamamu semenjak dalam perut ibu, beranjak dewasa, menemukan cinta dan pasangan hidup, tak pernah terasa berat, karena aku tidak pernah sendirian. Kita berasal dari indung telur yang sama, terbelah dan membagi jiwanya. Sampai detik ini aku masih percaya bahwa kita satu jiwa dalam dua raga. Namun raga itu membawa takdirnya sendiri-sendiri. Kita masih berjalan di bumi yang sama, menikmati langit yang sama, dan semesta jiwa kita tidak pernah berhenti terpaut. Ada cinta yang tulus selayaknya kasih ibu. Selamanya kau adalah Giant Amor ku.
dikirim oleh @evisrirezeki
Ingatkah kau betapa kita punya dunia yang tidak bisa disentuh siapapun. Dunia dan teman-teman khayalan yang sama walaupun dalam benak yang berbeda, betapa ajaib, sebuah pembuktian bahwa kita punya jiwa yang sama dalam dua raga yang berbeda. Apakah kau masih percaya itu sampai detik ini?
Beranjak dewasa dan kita sampai pada mimpi-mimpi yang sama. kegairahan hidup yang tidak cukup dalam dunia realitas membawa pena kita menari, menciptakan dongeng-dongeng. Suatu hari kita ingin dongeng-dongeng itu berlarian di layar putih, membaginya dengan semesta jiwa lain.
Masa remaja kita indah dan ramah. Mari kita bercerita tentang sebuah kejadian lucu dimana hampir semua orang terkelabui. Saat itu kita ingin sekolah di tempat yang berbeda, pada hari yang telah ditetapkan kita bertukar peran. Sebagian dari mereka pasti heran betapa kita terlihat berbeda. Mana bisa seseorang menjadi kurus atau gemuk dalam semalam? Mana bisa karakter seseorang berubah dengan cepat? Mereka hanya bisa menebak dan kita hanya tertawa.
Kita sama-sama belajar menerima bahwa lingkungan di sekitar sering kali membuat perbandingan. Semua itu membuat kita tidak nyaman. Seringkali kita menyadari betapa kita saling mencintai dan membenci dalam porsi yang sama besar. Tapi mereka tidak pernah menyadari bahwa hidup seperti itu menyakitkan. Maka kita berhenti mendengarkan mereka, menutup telinga dan mata, mengukuhkan segalanya dengan rasa. Berbagi rahasia, berbagi peran bagitu selamanya kita pikir.
Tapi dunia tidak selalu ramah untuk siapapun, termasuk kita. Kau lebih cepat menemukan belahan jiwa yang lain. Jiwaku terenggut separuhnya. Semestinya aku ikut bahagia, semestinya.
Waktu membawamu kembali, melahirkan mimpi-mimpi baru, perlahan kita mewujudkannya. Menerima kebahagiaan dan pukulan bersama-sama, berdiri dan jatuh lagi, terus berpegangangan tangan. Sampai akhirnya, “Kita telah sampai di ujung jalan”. Aku tahu, itu artinya kita harus menjalani hidup masing-masing. Kita telah memilih kereta dengan tujuan yang berbeda, tapi itulah hidup.
Satu hal yang perlu kau tahu, bersamamu semenjak dalam perut ibu, beranjak dewasa, menemukan cinta dan pasangan hidup, tak pernah terasa berat, karena aku tidak pernah sendirian. Kita berasal dari indung telur yang sama, terbelah dan membagi jiwanya. Sampai detik ini aku masih percaya bahwa kita satu jiwa dalam dua raga. Namun raga itu membawa takdirnya sendiri-sendiri. Kita masih berjalan di bumi yang sama, menikmati langit yang sama, dan semesta jiwa kita tidak pernah berhenti terpaut. Ada cinta yang tulus selayaknya kasih ibu. Selamanya kau adalah Giant Amor ku.
dikirim oleh @evisrirezeki
Surat Pengakuan
Jurning tercinta,
Surat yang kukirim ini memang bertemakan cinta, dan benar ini adalah surat cinta untukmu Jurning. Kau tak perlu heran. Sebelumnya aku ingin membuat pengakuan di awal surat ini sebelum kau membaca paragraf selanjuntnya, agar kau tidak berpikir macam-macam, pun persoalan kata ‘Jurning tercinta’ di atas hanyalah sapaan atau hanya sebagian kecil dari embel-embel percintaan.
Aku menulis surat ini di dalam gua tergelap yang pernah kusambangi, kau tentu tidak perlu merasa heran aku menulis surat ini didalam gua. Kau tahu betul kan apa pekerjaanku? sebagai seorang petapa. Sebetulnya aku ingin sekali menelponmu Jurning, kita bisa bicara banyak, sampai telinga menjadi panas, sayang sekali disini setitik sinyalpun tak ada, lagipula pulsaku sedang nol, maka hingga akhirnya aku memutuskan untuk menulis surat cinta untukmu.
Oh, maaf Jurning, maksudku hanya surat, hanya sepucuk surat, tanpa cinta.
Kukira kau masih mengingatku Jurning, setelah pertemuan pertama kita di sebuah danau di lautan seberang, dibatas waktu yang tak tercatat, dibelahan dunia tak terjamah. Kita menikmati senja dipinggir danau itu, di antara rentetan nyiur, semilir angin mendesah, segerombol burung bercericit di angkasa, bukit-bukit yang melingkari danau, menyamarkan waktu, langit biru menjadi abu-abu, jingga, orange, ungu, dan berubah gelap, matahari telah dikulum, dan malam.
Kukira kau masih mengingat senja di danau itu jurning. Senja yang hanya sesaat, pertanda hari telah di ujung. Tanpa memastikan esok hari ia datang kembali, karena itu lah jurning, karena itu aku menikmati hari-hariku seolah aku hanya hidup untuk hari itu saja. Barangkali kau tidak harus mengikuti caraku, kau tentu memiliki impian dan cita dihari depan, dan hari ini kau mempersiapkan semuanya untuk hari berikutnya: mulai dari menabung sisa uang jajan, mempelajari ilmu pasti, kuliah, minum susu sebelum tidur, laripagi, melakukan penelitian, menulis riset, menjahit supaya tidak cepat pikun, membaca buku, mengatur jadwal, tentunya dengan bekerja keras, dan segala macam daftar mencapai impian lainnya.
Aku masih tetap menjadi seorang petapa Jurning, seperti kataku dulu saat kau menanyakan apa pekerjaanku. Ah, kau jangan mengira menjadi seorang petapa itu tanpa alasan jurning, semua ini karena aku sebal dengan dunia. Dunia yang menyebalkan, atau aku yang menyebalkan? Soal ini, aku tidak tahu persis, tetapi di umurku yang keduapuluh tahun, dua belas tahun yang lalu—umurku saat ini 32 tahun—aku benar-benar merasa dunia menjadi sangat menyabalkan. Bagaimana tidak Jurning, seperti kenyataan, dan memang seperti itulah kenyataannya, orang-orang mulai saling tumbuk, dimana-mana selalu saja terjadi pertikaian, tipu-menipu, pesta-pesta setan, lidah-lidah yang suka menjilati apa saja. Belum lagi dengan hingar-bingarnya kehidupan kota, tumpukan pengemis, anak jalanan, dan pengamen, menjadikan kolong jembatan dan jalan layang sebagai tempat berteduh, disebalik deruman knalpot mengeluarkan asap-asap kotor, bunyi klakson yang mampu memecahkan gendang telinga, lain hal tentang pejabat negeri yang semakin semena-mena dengan jabatannya. Bukankah semua itu menyebalkan Jurning? Aku capek, aku tidak bisa menikmati hari-hariku di kenyataan yang sebegitu kacaunya, itulah satu-satunya alasan kenapa aku memutuskan untuk menjadi seorang petapa, yang sudah sejak dua belas tahun kujalani, menyambangi setiap gua-gua paling angker didunia, sebab didalam gua aku merasa tenang, pikiranku menjadi aman-aman saja. Barangkali kau juga tidak harus setuju dengan ini.
Seperti itulah keadaanku saat ini, terkadang aku berharap bisa menjadi Tuhan dan menciptakan duniaku sendiri, dimana setiap makhluk hidup yang menempati duniaku harus membayar pajak perbulannya dengan tarif yang telah kutentukan. Maksudku, aku bukan mungkar kepada Tuhan, tetapi lihatlah Jurning, lihatlah mereka yang menggusur rumah-rumah warga, meratakan suatu pemukiman warga dengan buldoser yang kemudian akan dibangun sebuah gedung raksasa kokoh mengangkang sombong. Bukankah mereka melampaui Tuhan? Bukankah mereka yang lebih mungkar? Seoalah lahan itu milik nenek moyangnya, seolah tanah itu dititiskan Tuhan hanya untuk menjadi miliknya saja. Padahal, kita memiliki hak yang sama, memiliki semua yang ada didunia, menikmatinya bersama, dan menjaganya. Begitulah, betapa mungkar mereka, sangat mungkar, dan akan tetap menjadi mungkar, orang-orang mungkar yang akan dicampakkan ke neraka.
Jurning tercinta,
Entah bagaimana harus ku akhiri surat ini. Mungkin harus dengan membuat sebuah pengakuan sebagaimana aku mengawali surat ini dengan sebuah pengakuan.
Jurning yang manis, sangat manis, dan akan selalu manis.
Mungkin sebaiknya aku mengakui saja bahwa aku sangat mencintaimu. Hanya dengan kalimat pengakuan ini aku bisa mengakhiri suratku kali ini.
PS: Kau tak perlu membalas surat ini Jurning, esok hari kukirimi kau surat cinta lagi.
~Dari gua penuh cinta
Surat yang kukirim ini memang bertemakan cinta, dan benar ini adalah surat cinta untukmu Jurning. Kau tak perlu heran. Sebelumnya aku ingin membuat pengakuan di awal surat ini sebelum kau membaca paragraf selanjuntnya, agar kau tidak berpikir macam-macam, pun persoalan kata ‘Jurning tercinta’ di atas hanyalah sapaan atau hanya sebagian kecil dari embel-embel percintaan.
Aku menulis surat ini di dalam gua tergelap yang pernah kusambangi, kau tentu tidak perlu merasa heran aku menulis surat ini didalam gua. Kau tahu betul kan apa pekerjaanku? sebagai seorang petapa. Sebetulnya aku ingin sekali menelponmu Jurning, kita bisa bicara banyak, sampai telinga menjadi panas, sayang sekali disini setitik sinyalpun tak ada, lagipula pulsaku sedang nol, maka hingga akhirnya aku memutuskan untuk menulis surat cinta untukmu.
Oh, maaf Jurning, maksudku hanya surat, hanya sepucuk surat, tanpa cinta.
Kukira kau masih mengingatku Jurning, setelah pertemuan pertama kita di sebuah danau di lautan seberang, dibatas waktu yang tak tercatat, dibelahan dunia tak terjamah. Kita menikmati senja dipinggir danau itu, di antara rentetan nyiur, semilir angin mendesah, segerombol burung bercericit di angkasa, bukit-bukit yang melingkari danau, menyamarkan waktu, langit biru menjadi abu-abu, jingga, orange, ungu, dan berubah gelap, matahari telah dikulum, dan malam.
Kukira kau masih mengingat senja di danau itu jurning. Senja yang hanya sesaat, pertanda hari telah di ujung. Tanpa memastikan esok hari ia datang kembali, karena itu lah jurning, karena itu aku menikmati hari-hariku seolah aku hanya hidup untuk hari itu saja. Barangkali kau tidak harus mengikuti caraku, kau tentu memiliki impian dan cita dihari depan, dan hari ini kau mempersiapkan semuanya untuk hari berikutnya: mulai dari menabung sisa uang jajan, mempelajari ilmu pasti, kuliah, minum susu sebelum tidur, laripagi, melakukan penelitian, menulis riset, menjahit supaya tidak cepat pikun, membaca buku, mengatur jadwal, tentunya dengan bekerja keras, dan segala macam daftar mencapai impian lainnya.
Aku masih tetap menjadi seorang petapa Jurning, seperti kataku dulu saat kau menanyakan apa pekerjaanku. Ah, kau jangan mengira menjadi seorang petapa itu tanpa alasan jurning, semua ini karena aku sebal dengan dunia. Dunia yang menyebalkan, atau aku yang menyebalkan? Soal ini, aku tidak tahu persis, tetapi di umurku yang keduapuluh tahun, dua belas tahun yang lalu—umurku saat ini 32 tahun—aku benar-benar merasa dunia menjadi sangat menyabalkan. Bagaimana tidak Jurning, seperti kenyataan, dan memang seperti itulah kenyataannya, orang-orang mulai saling tumbuk, dimana-mana selalu saja terjadi pertikaian, tipu-menipu, pesta-pesta setan, lidah-lidah yang suka menjilati apa saja. Belum lagi dengan hingar-bingarnya kehidupan kota, tumpukan pengemis, anak jalanan, dan pengamen, menjadikan kolong jembatan dan jalan layang sebagai tempat berteduh, disebalik deruman knalpot mengeluarkan asap-asap kotor, bunyi klakson yang mampu memecahkan gendang telinga, lain hal tentang pejabat negeri yang semakin semena-mena dengan jabatannya. Bukankah semua itu menyebalkan Jurning? Aku capek, aku tidak bisa menikmati hari-hariku di kenyataan yang sebegitu kacaunya, itulah satu-satunya alasan kenapa aku memutuskan untuk menjadi seorang petapa, yang sudah sejak dua belas tahun kujalani, menyambangi setiap gua-gua paling angker didunia, sebab didalam gua aku merasa tenang, pikiranku menjadi aman-aman saja. Barangkali kau juga tidak harus setuju dengan ini.
Seperti itulah keadaanku saat ini, terkadang aku berharap bisa menjadi Tuhan dan menciptakan duniaku sendiri, dimana setiap makhluk hidup yang menempati duniaku harus membayar pajak perbulannya dengan tarif yang telah kutentukan. Maksudku, aku bukan mungkar kepada Tuhan, tetapi lihatlah Jurning, lihatlah mereka yang menggusur rumah-rumah warga, meratakan suatu pemukiman warga dengan buldoser yang kemudian akan dibangun sebuah gedung raksasa kokoh mengangkang sombong. Bukankah mereka melampaui Tuhan? Bukankah mereka yang lebih mungkar? Seoalah lahan itu milik nenek moyangnya, seolah tanah itu dititiskan Tuhan hanya untuk menjadi miliknya saja. Padahal, kita memiliki hak yang sama, memiliki semua yang ada didunia, menikmatinya bersama, dan menjaganya. Begitulah, betapa mungkar mereka, sangat mungkar, dan akan tetap menjadi mungkar, orang-orang mungkar yang akan dicampakkan ke neraka.
Jurning tercinta,
Entah bagaimana harus ku akhiri surat ini. Mungkin harus dengan membuat sebuah pengakuan sebagaimana aku mengawali surat ini dengan sebuah pengakuan.
Jurning yang manis, sangat manis, dan akan selalu manis.
Mungkin sebaiknya aku mengakui saja bahwa aku sangat mencintaimu. Hanya dengan kalimat pengakuan ini aku bisa mengakhiri suratku kali ini.
PS: Kau tak perlu membalas surat ini Jurning, esok hari kukirimi kau surat cinta lagi.
~Dari gua penuh cinta
dikirim oleh @ahmad92
Selamat Satu Tahun ‘Bertemu’
Kepada @lovepathie -
dear Path,
sudah setahun ya, sejak kita saling ‘menemukan’ di sebuah dunia kecil seratus empat puluh karakter. ‘menemukanmu’ serupa diberi kado kecil berpita ungu yang terbungkus kertas indah. seolah peri langit turun meletakkannya di depan pintu takdirku. membuka kotak itu, aku lalu menemu ‘sesuatu’ yang luar biasa, istimewa.
sudah setahun ini kita tanpa tatap, hanya ratusan emoticon (:), :), ({}) ) dan kata-kata yang diantar kabel-kabel tak terlihat. waktu, ya aku berterima kasih pada waktu yang mengakrabkan kita, mendekatkan tatap yang tercekat jarak itu. bagiku, kau bukan lagi sekadar teman tapi adik baru, hadiah langit untukku. mungkin DIA mengirimmu untuk menambah warna di setapak hidupku. denganmu aku bisa bercerita banyak, membagi suka dan tawa, serta sedikit airmata.
terima kasih Path, untuk ada-mu setahun ini. kelak, aku (percaya) tanganNya akan mendekatkan, mempertemukan kita. jika saat itu tiba, aku sudah bersiap menerima curahan bahagia di dada, karena bisa memelukmu bukan dengan kata dan simbol lagi, tapi dengan kedua tanganku.
sudahlah Path, selamat satu tahun “bertemu”.
dikirim oleh @ama_achmad
dear Path,
sudah setahun ya, sejak kita saling ‘menemukan’ di sebuah dunia kecil seratus empat puluh karakter. ‘menemukanmu’ serupa diberi kado kecil berpita ungu yang terbungkus kertas indah. seolah peri langit turun meletakkannya di depan pintu takdirku. membuka kotak itu, aku lalu menemu ‘sesuatu’ yang luar biasa, istimewa.
sudah setahun ini kita tanpa tatap, hanya ratusan emoticon (:), :), ({}) ) dan kata-kata yang diantar kabel-kabel tak terlihat. waktu, ya aku berterima kasih pada waktu yang mengakrabkan kita, mendekatkan tatap yang tercekat jarak itu. bagiku, kau bukan lagi sekadar teman tapi adik baru, hadiah langit untukku. mungkin DIA mengirimmu untuk menambah warna di setapak hidupku. denganmu aku bisa bercerita banyak, membagi suka dan tawa, serta sedikit airmata.
terima kasih Path, untuk ada-mu setahun ini. kelak, aku (percaya) tanganNya akan mendekatkan, mempertemukan kita. jika saat itu tiba, aku sudah bersiap menerima curahan bahagia di dada, karena bisa memelukmu bukan dengan kata dan simbol lagi, tapi dengan kedua tanganku.
sudahlah Path, selamat satu tahun “bertemu”.
dikirim oleh @ama_achmad
Tuhan, Apakah Jatuh Cinta Itu Dosa?
Kepada Dzat yang membolak-balikan isi hati
Dear Tuhanku,
Sujud syukur kepada-Mu yang masih memberiku nafas sampai hari ini. Sujud syukur kepada-Mu atas segala kebahagian dan kesedihan sehingga aku dapat merasakan betapa nikmatnya hidup yang Kau berikan Tuhan.
Tuhanku,
Kau pasti lebih mengenal aku daripada diriku sendiri, Kau pasti tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini. Yaa,, Kau pasti tahu kalau aku sedang mengagumi sesosok mahluk ciptaan-Mu.
Tuhanku ...
Entah kenapa aku selalu bahagia tiap aku bertemu mahluk ciptaan-Mu itu, aku bahagia tiap lihat senyumnya kepadaku saat kami berpapasan, aku bahagia saat dengar suara beratnya menyapaku.
Tuhanku,
Perasaan apa yang Kau anugerahkan kepadaku ini? Apakah ini yang disebut jatuh cinta, Tuhan?
Tuhanku,
Apakah jatuh cinta itu dosa? Saat aku selalu memikirkan mahluk ciptaan-Mu itu yang belum menjadi muhrimku. Apakah jatuh cinta itu dosa? Saat aku merindukan mahluk ciptaan-Mu itu yang belum menjadi muhrimku. Apakah jatuh cinta itu dosa? Saat aku ingin memeluk dan menggenggam tangan mahluk ciptaan-Mu itu yang belum jadi muhrimku.
Tuhanku,
Jika jatuh cinta itu dosa, jadikan dan ridhoilah mahluk ciptaan-Mu itu sebagai muhrimku agar aku tidak terjebak dalam murka-Mu.Jika jatuh cinta itu dosa, balikkan-lah hatiku hanya kepada ketetapan-Mu karena hanya Engkaulah Dzat yang mampu membolak-balikan isi hati mahluk ciptaan-Mu.
Tuhanku,
Jika benar aku jatuh cinta, aku tak ingin cintaku kepada mahluk ciptaan-Mu itu melebihi cintaku kepada-Mu. Jika benar aku jatuh cinta, aku ingin memiliki mahluk ciptaan-Mu itu atas restu-Mu
Demi restu cinta-Mu Tuhan.
@aMandayuu
dikirim oleh @amandayuu
Dear Tuhanku,
Sujud syukur kepada-Mu yang masih memberiku nafas sampai hari ini. Sujud syukur kepada-Mu atas segala kebahagian dan kesedihan sehingga aku dapat merasakan betapa nikmatnya hidup yang Kau berikan Tuhan.
Tuhanku,
Kau pasti lebih mengenal aku daripada diriku sendiri, Kau pasti tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini. Yaa,, Kau pasti tahu kalau aku sedang mengagumi sesosok mahluk ciptaan-Mu.
Tuhanku ...
Entah kenapa aku selalu bahagia tiap aku bertemu mahluk ciptaan-Mu itu, aku bahagia tiap lihat senyumnya kepadaku saat kami berpapasan, aku bahagia saat dengar suara beratnya menyapaku.
Tuhanku,
Perasaan apa yang Kau anugerahkan kepadaku ini? Apakah ini yang disebut jatuh cinta, Tuhan?
Tuhanku,
Apakah jatuh cinta itu dosa? Saat aku selalu memikirkan mahluk ciptaan-Mu itu yang belum menjadi muhrimku. Apakah jatuh cinta itu dosa? Saat aku merindukan mahluk ciptaan-Mu itu yang belum menjadi muhrimku. Apakah jatuh cinta itu dosa? Saat aku ingin memeluk dan menggenggam tangan mahluk ciptaan-Mu itu yang belum jadi muhrimku.
Tuhanku,
Jika jatuh cinta itu dosa, jadikan dan ridhoilah mahluk ciptaan-Mu itu sebagai muhrimku agar aku tidak terjebak dalam murka-Mu.Jika jatuh cinta itu dosa, balikkan-lah hatiku hanya kepada ketetapan-Mu karena hanya Engkaulah Dzat yang mampu membolak-balikan isi hati mahluk ciptaan-Mu.
Tuhanku,
Jika benar aku jatuh cinta, aku tak ingin cintaku kepada mahluk ciptaan-Mu itu melebihi cintaku kepada-Mu. Jika benar aku jatuh cinta, aku ingin memiliki mahluk ciptaan-Mu itu atas restu-Mu
Demi restu cinta-Mu Tuhan.
@aMandayuu
dikirim oleh @amandayuu
Dear God
Dear God,
Hai, Tuhanku ! Bagaimana kabar-Mu? Apakah surga masih semenarik di bayanganku? Bagaimanakah dengan neraka? Apa lebih ramai dibanding surga? Hii.. bulu romaku langsung bergidik ngeri saat kuingat tentang neraka.
Ohh.. ya semoga Kau tidak tersinggung dengan basa-basiku tadi. Maafkan hamba-Mu ini yang lancang menyapa-Mu seperti itu. Sungguh, bukan maksudku untuk melecehkan-Mu. Aku hanya ingin kita akrab layaknya seorang sahabat pena. Maka dari itu aku putuskan untuk berkirim surat pada-Mu. Alasannya, karena aku sangat yakin dan tahu bahwa Kau satu-satunya pendengar sekaligus penyimpan rahasia yang terbaik. Kau selalu ada untukku.
Sebelumnya, aku ingin menyampaikan rasa terima kasihku atas kesempatan yang diberikan selama ini. Terima kasih sudah mengijinkanku mampir di dunia fana ini. Beribu-ribu rasa syukur aku hantarkan atas nafas dan hidup yang Kau sudi berikan hingga sekarang. Kau memang Maha Pemurah. Aku tidak akan melupakan kebaikan dan jasa-Mu yang satu itu. Tidak akan pernah. Sebagai balasannya, aku berusaha untuk terus berada di jalan-Mu. Memenuhi kewajibanku untuk bertemu dengan-Mu sebanyak lima kali kecuali, saat berhalangan atau melalaikannya. Hehehe.. aku tidak jauh beda ya dengan hamba-Mu yang lain? Lucunya, ketika aku sedang merajuk pada-Mu aku akan lebih sering menemui-Mu. Persis seperti seorang lelaki yang melakukan pendekatan kepada seorang perempuan yang disukainya.
Sebenarnya melalui surat ini aku ingin bertanya banyak hal pada-Mu. Menanyakan semua pertanyaan yang belum aku temukan jawabannya. Pada akhirnya apa Kau tahu, Tuhan? Semua pertanyaan yang berkecamuk itu berujung pada rasa gelisah. Sekali lagi aku tekankan, aku bertanya pada-Mu karena Kau Tuhan yang Maha Tahu dan aku sangat berharap bisa segera mendapatkan jawabannya.
Tuhan, aku tahu Kau Maha membolak-balikkan hati. Aku, Hawa tengah jatuh hati pada seorang Adam tetapi mengapa Adam belum membalas cintaku? Aku yakin ini bukan karena Adam telah memakan buah kuldi. Kenapa justru seorang Hawa lain yang disukainya? Kenapa bukan aku? Apakah konsep jodoh berlaku disini? Kumohon Tuhan, tautkanlah hatiku dengan Adam. Aku ingin janji sehidup sematinya dipersembahkan untukku. Aku benar-benar sudah kehabisan kata-kata memandangi betapa masterpiece-Mu yang bernama Adam itu adalah makhluk tertampan, terindah, dan paling menggoyahkan imanku.
Aku teringat dulu pernah ada seorang kakek bijak yang berkata padaku bahwa tidak pernah ada cinta yang bisa dimiliki oleh manusia, kecuali cinta dari Sang Pencipta ─ yang tidak akan pernah berpaling dari manusia dan selalu mencintai makhluk terbaik ciptaan-Nya. Sang Pencipta tidak pernah memberikan apa yang manusia pinta, seperti cinta tetapi ia memberi apa yang manusia butuhkan. Apa perkataan kakek itu benar, Tuhan? Tetapi mungkin yang sekarang aku butuhkan itu cinta. Sebab hidup tanpa cinta itu bagaikan langit tanpa bintang, Tuhan.
Tuhan, aku akan jujur kepada-Mu. Aku akui aku hamba-Mu yang tidak luput dari dosa namun tetap gigih mengejar pahala dari-Mu. Aku meminta pada-Mu setelah Kau baca surat ini Kau akan mengabulkan satu per satu mimpiku. Iya, mimpi. Aku tidak sedang tertidur dan bermimpi. Aku serius soal mimpiku ini. Untuk ukuran seorang manusia biasa, mimpiku cukup sederhana. Dalam rapalan doaku coba Kau dengarkan secara seksama apa saja mimpiku yang mana cuma lewat campur tangan-Mu bisa menjadi kenyataan.
Aku rasa untuk sementara cukup sampai disini surat dariku. Aku tahu kau mulai jengah membaca semua surat yang ditujukan pada-Mu di surga. Tentu bukan hanya aku seorang yang mengirimkan surat untuk-Mu. Pasti banyak sekali. Aku sangat tahu Kau sibuk, tetapi besar harapanku Kau segera membalas surat ini. Tenang, aku sudah menyelipkan perangko balasan dan menitipkan surat ini pada Tukang Pos yang lebih unggul dibanding Sinterklas yang hanya bekerja di malam Natal. Selain itu aku juga ingin Kau sampaikan salamku untuk orang-orang yang aku sayangi dan lebih dulu meninggalkanku. Aku yakin mereka semua sedang berada di sisimu. Sampaikan juga rasa maafku pada Nenekku ya, Tuhan. Pokoknya aku kangen mereka semua :’(
Walaikumsalam Tuhanku, Allah S.W.T :*
Hamba-Mu yang selalu mencintai-Mu, @aishaulia
dikirim oleh @aishaulia
Hai, Tuhanku ! Bagaimana kabar-Mu? Apakah surga masih semenarik di bayanganku? Bagaimanakah dengan neraka? Apa lebih ramai dibanding surga? Hii.. bulu romaku langsung bergidik ngeri saat kuingat tentang neraka.
Ohh.. ya semoga Kau tidak tersinggung dengan basa-basiku tadi. Maafkan hamba-Mu ini yang lancang menyapa-Mu seperti itu. Sungguh, bukan maksudku untuk melecehkan-Mu. Aku hanya ingin kita akrab layaknya seorang sahabat pena. Maka dari itu aku putuskan untuk berkirim surat pada-Mu. Alasannya, karena aku sangat yakin dan tahu bahwa Kau satu-satunya pendengar sekaligus penyimpan rahasia yang terbaik. Kau selalu ada untukku.
Sebelumnya, aku ingin menyampaikan rasa terima kasihku atas kesempatan yang diberikan selama ini. Terima kasih sudah mengijinkanku mampir di dunia fana ini. Beribu-ribu rasa syukur aku hantarkan atas nafas dan hidup yang Kau sudi berikan hingga sekarang. Kau memang Maha Pemurah. Aku tidak akan melupakan kebaikan dan jasa-Mu yang satu itu. Tidak akan pernah. Sebagai balasannya, aku berusaha untuk terus berada di jalan-Mu. Memenuhi kewajibanku untuk bertemu dengan-Mu sebanyak lima kali kecuali, saat berhalangan atau melalaikannya. Hehehe.. aku tidak jauh beda ya dengan hamba-Mu yang lain? Lucunya, ketika aku sedang merajuk pada-Mu aku akan lebih sering menemui-Mu. Persis seperti seorang lelaki yang melakukan pendekatan kepada seorang perempuan yang disukainya.
Sebenarnya melalui surat ini aku ingin bertanya banyak hal pada-Mu. Menanyakan semua pertanyaan yang belum aku temukan jawabannya. Pada akhirnya apa Kau tahu, Tuhan? Semua pertanyaan yang berkecamuk itu berujung pada rasa gelisah. Sekali lagi aku tekankan, aku bertanya pada-Mu karena Kau Tuhan yang Maha Tahu dan aku sangat berharap bisa segera mendapatkan jawabannya.
Tuhan, aku tahu Kau Maha membolak-balikkan hati. Aku, Hawa tengah jatuh hati pada seorang Adam tetapi mengapa Adam belum membalas cintaku? Aku yakin ini bukan karena Adam telah memakan buah kuldi. Kenapa justru seorang Hawa lain yang disukainya? Kenapa bukan aku? Apakah konsep jodoh berlaku disini? Kumohon Tuhan, tautkanlah hatiku dengan Adam. Aku ingin janji sehidup sematinya dipersembahkan untukku. Aku benar-benar sudah kehabisan kata-kata memandangi betapa masterpiece-Mu yang bernama Adam itu adalah makhluk tertampan, terindah, dan paling menggoyahkan imanku.
Aku teringat dulu pernah ada seorang kakek bijak yang berkata padaku bahwa tidak pernah ada cinta yang bisa dimiliki oleh manusia, kecuali cinta dari Sang Pencipta ─ yang tidak akan pernah berpaling dari manusia dan selalu mencintai makhluk terbaik ciptaan-Nya. Sang Pencipta tidak pernah memberikan apa yang manusia pinta, seperti cinta tetapi ia memberi apa yang manusia butuhkan. Apa perkataan kakek itu benar, Tuhan? Tetapi mungkin yang sekarang aku butuhkan itu cinta. Sebab hidup tanpa cinta itu bagaikan langit tanpa bintang, Tuhan.
Tuhan, aku akan jujur kepada-Mu. Aku akui aku hamba-Mu yang tidak luput dari dosa namun tetap gigih mengejar pahala dari-Mu. Aku meminta pada-Mu setelah Kau baca surat ini Kau akan mengabulkan satu per satu mimpiku. Iya, mimpi. Aku tidak sedang tertidur dan bermimpi. Aku serius soal mimpiku ini. Untuk ukuran seorang manusia biasa, mimpiku cukup sederhana. Dalam rapalan doaku coba Kau dengarkan secara seksama apa saja mimpiku yang mana cuma lewat campur tangan-Mu bisa menjadi kenyataan.
Aku rasa untuk sementara cukup sampai disini surat dariku. Aku tahu kau mulai jengah membaca semua surat yang ditujukan pada-Mu di surga. Tentu bukan hanya aku seorang yang mengirimkan surat untuk-Mu. Pasti banyak sekali. Aku sangat tahu Kau sibuk, tetapi besar harapanku Kau segera membalas surat ini. Tenang, aku sudah menyelipkan perangko balasan dan menitipkan surat ini pada Tukang Pos yang lebih unggul dibanding Sinterklas yang hanya bekerja di malam Natal. Selain itu aku juga ingin Kau sampaikan salamku untuk orang-orang yang aku sayangi dan lebih dulu meninggalkanku. Aku yakin mereka semua sedang berada di sisimu. Sampaikan juga rasa maafku pada Nenekku ya, Tuhan. Pokoknya aku kangen mereka semua :’(
Walaikumsalam Tuhanku, Allah S.W.T :*
Hamba-Mu yang selalu mencintai-Mu, @aishaulia
dikirim oleh @aishaulia
Terima Kasih, Maaf, dan Tolong
Hello
there, kemarin Jumat saat berkumpul bersama teman SMA aku mencoba
merokok. Ugh! Kamu salah besar karena sudah melarang aku merokok. Katamu
jangan sekali-kali mencoba karena nanti pasti ketagihan. Apanya yang
ketagihan, hisapan pertama saja aku sudah tersedak. Setelah itu mulutku
rasanya pahit dan perutku mual. Nggak enak sekali.
Hey, kalau dipikir-pikir kita nggak pernah kenalan kan? Aduh. Aku tau namamu karena tugas malam keakraban yang aneh itu: harus meminta tandatangan 50 orang senior. Kamu, mungkin malah nggak tau namaku. Aduh lagi. Masa aku harus utuk-utuk datang ke tempatmu dan mengulurkan tangan, ”Kenalan yuk?” padahal selama ini di jejaring sosial kita beberapa kali mengobrol? Malu.
Di dunia nyata pun, kita juga nggak pernah mengobrol. Sebatas, ”Kak minta tanda tangan dong” dan dijawab ”Ya sini bukunya.”. Apa mungkin karena aku 2011 kamu 2010? Ah, katanya nggak ada istilah senior-junior di kampus kita? Semua itu teman. Atau karena kamu cowok aku cewek? Eh eh, nggak nyambung ya. Hehe, maaf.
Jadi, kalau kita nggak pernah kenalan dan nggak pernah ngobrol di dunia nyata, kenapa sebegitu berani kamu melarang aku untuk mencoba merokok? Kamu siapa gitu? Temen, kan nggak pernah kenalan dan ngobrol? Hehe. Saudara? Sahabat? Guru? Dosen? Dukun? Nah lho apalagi tuh!
Ah tapi sudahlah, yang penting aku sudah mencoba seperti apa sih rasanya merokok dan sama-sekali nggak menikmatinya. Terimakasih, untuk pernah peduli dan melarang aku. Tapi maaf, aku tetap mencobanya. Dan tolong akui, bahwa aku sudah hebat karena tidak kecanduan. Hehe..
Kamu juga boleh lho mencoba merokok, buat pengalaman aja! Jadi ketika kamu bilang merokok itu nggak enak, itu karena kamu pernah mengalaminya.
Have a beautiful morning, there :)
dikirim oleh @danastrias
Hey, kalau dipikir-pikir kita nggak pernah kenalan kan? Aduh. Aku tau namamu karena tugas malam keakraban yang aneh itu: harus meminta tandatangan 50 orang senior. Kamu, mungkin malah nggak tau namaku. Aduh lagi. Masa aku harus utuk-utuk datang ke tempatmu dan mengulurkan tangan, ”Kenalan yuk?” padahal selama ini di jejaring sosial kita beberapa kali mengobrol? Malu.
Di dunia nyata pun, kita juga nggak pernah mengobrol. Sebatas, ”Kak minta tanda tangan dong” dan dijawab ”Ya sini bukunya.”. Apa mungkin karena aku 2011 kamu 2010? Ah, katanya nggak ada istilah senior-junior di kampus kita? Semua itu teman. Atau karena kamu cowok aku cewek? Eh eh, nggak nyambung ya. Hehe, maaf.
Jadi, kalau kita nggak pernah kenalan dan nggak pernah ngobrol di dunia nyata, kenapa sebegitu berani kamu melarang aku untuk mencoba merokok? Kamu siapa gitu? Temen, kan nggak pernah kenalan dan ngobrol? Hehe. Saudara? Sahabat? Guru? Dosen? Dukun? Nah lho apalagi tuh!
Ah tapi sudahlah, yang penting aku sudah mencoba seperti apa sih rasanya merokok dan sama-sekali nggak menikmatinya. Terimakasih, untuk pernah peduli dan melarang aku. Tapi maaf, aku tetap mencobanya. Dan tolong akui, bahwa aku sudah hebat karena tidak kecanduan. Hehe..
Kamu juga boleh lho mencoba merokok, buat pengalaman aja! Jadi ketika kamu bilang merokok itu nggak enak, itu karena kamu pernah mengalaminya.
Have a beautiful morning, there :)
dikirim oleh @danastrias
Yang Membuatku Jatuh Cinta Setiap Hari
Untuk dua kekasihku yang ganteng: Umar dan Salman.
Ini surat cinta pertamaku. Aku ingin menuliskannya untuk kalian berdua supaya adil dan tak ada yang saling merebut hanya karena aku membuatnya satu saja.
Umar,
Kamulah cinta pertamaku yang selalu kutunggu hadirnya. Senyum manis dengan kerling mata genit sungguh membuat siapa pun terpesona. Sapa ramahmu pada semua orang membuatmu banyak dikenal. Riang tawa candamu dan tak peduli apa kata orang, tak menyurutkan tingkahmu yang selalu ingin tampil eksis narsis. Tapi aku suka. Aku suka apa yang ada padamu.
Matamu selalu menyimpan banyak pertanyaan yang harus kujawab setiap harinya. Bila aku tak sanggup menjawab, maka kuajak kamu membuka buku dan mencari jawaban yang tepat. Kamu pun mengangguk puas dan memelukku erat.
Jangan pernah tinggalkan aku. Oh sungguh, aku tak akan sanggup jauh darimu walau sejenak. Aku telanjur jatuh cinta padamu. Aku selalu meleleh melihat senyummu dan ciumanmu yang bertubi. “Aku sayang! Aku sayang! Aku sayang!” Begitu selalu ucapmu padaku dalam pelukan yang erat dan enggan terlepas. Alangkah!
Salman,
Cinta kedua dalam hidupku. Hadir dengan penuh perjuangan dan air mata ketakutanku. Belum sempat kupeluk cintaku, aku takut kehilanganmu meski hadirmu sangat dekat.
Perlahan, tertatih aku membangun rasa percayamu padaku. Aku pernah menolakmu. Aku pernah membencimu. Bukan, bukan karena tak mau menerimamu, tetapi karena aku takut kamu kecewa dan sakit hati. Duhai, jika saja kamu mengerti alasanku itu…
Karenanya, kamu pun menjadi amat tergantung dan berlindung padaku. Kamu sulit memberikan senyummu untuk orang lain. Rasa curigamu begitu kuat hanya karena kamu begitu defensif. Kamu tak mudah percaya. Kamu takut penolakan. Oh, aku bersalah padamu. Aku yang membuatmu seperti ini. Pangeranku, bukan maksudku…
Cintaku, ketahuilah bahwa aku sungguh sayang padamu. Tak akan kubiarkan orang lain menyakitimu. Mereka harus melangkahi mayatku dulu sebelum bisa menyentuhmu. Sepenuh jiwaku, semampuku berikan yang terbaik untukmu, tak peduli apa pun. Aku harus melindungimu. Kamu yang rapuh, tak akan pernah kulepas sampai kapan pun. Jangan pernah ada lagi air mata. Cukup ujarmu selalu, “I love you, Baby,” padaku dengan senyum malu-malu yang membuatku semakin cinta.
Dua pangeran terkasihku,
Kalian permata hidupku. Semesta cinta yang niscaya. Tuhan berikan kalian dalam keseharianku dengan segala kelebihan dan kekurangan. Aku tak pernah menuntut kalian untuk sempurna. Tak akan. Cukup, jadilah kekasihku yang selalu mencerahkan hidupku setiap hari.
Wahai pria-pria gagahku,
Kekuatan yang tersembunyi di balik tubuh kalian sungguh luar biasa. Energi kalian yang seperti tak pernah habis membuatku semangat setiap hari. Terkadang, akulah yang lebih dulu kalah ketika sedang bersama kalian. Lalu kalian meledekku, “Yah, kalah deh! Kita dong, masih kuat!” dan kita bertiga tertawa lepas. Tentu saja, kalian dua pria perkasa. Haruslah kuat!
Aku tak akan berpanjang-panjang dalam menulis surat ini. Tak lagi kupunya kata yang bisa menjelaskan segala rasa di hati. Tiada lagi warna yang mampu melukiskan indahnya hari-hariku bersama kalian. Sungguh tak akan sanggup aku berpisah dari kalian. Maka ijinkan aku tetap bersama kalian hingga akhir hidupku.
Umar dan Salman,
Permata hati terbaikku. Hadir dari tubuh dan jiwaku utuh. Teruslah tumbuh semakin kokoh dan tangguh. Berkembanglah semakin cerdas dan berbobot. Doaku untuk kalian tak akan pernah surut dan lepas. Biar Tuhan jadi saksi, aku akan selalu ada untuk kalian.
Umar dan Salman,
Tak apa bila suatu saat kalian pergi dariku karena menemukan cinta lain yang harus kalian dahulukan. Cintaku harus bisa belajar melepas kalian untuk kehidupan baru yang akan kalian bina nantinya.
Umar dan Salman,
Terima kasihku tak terucap di bibirku karena haru yang menderas di jiwaku karena memiliki kalian. Semesta jadi saksi, tentang segala yang seharusnya terungkap.
Depok, 14 Januari 2012
Sepenuh cinta,
Aku, yang mencintai bahkan sebelum kalian hadir.
PS: Jangan pernah memanggilku Mama atau Ibu. Cukup sebut saja Bunda. Nah, peluk dan ciumlah aku sekarang!
dikirim oleh @andiana
Ini surat cinta pertamaku. Aku ingin menuliskannya untuk kalian berdua supaya adil dan tak ada yang saling merebut hanya karena aku membuatnya satu saja.
Umar,
Kamulah cinta pertamaku yang selalu kutunggu hadirnya. Senyum manis dengan kerling mata genit sungguh membuat siapa pun terpesona. Sapa ramahmu pada semua orang membuatmu banyak dikenal. Riang tawa candamu dan tak peduli apa kata orang, tak menyurutkan tingkahmu yang selalu ingin tampil eksis narsis. Tapi aku suka. Aku suka apa yang ada padamu.
Matamu selalu menyimpan banyak pertanyaan yang harus kujawab setiap harinya. Bila aku tak sanggup menjawab, maka kuajak kamu membuka buku dan mencari jawaban yang tepat. Kamu pun mengangguk puas dan memelukku erat.
Jangan pernah tinggalkan aku. Oh sungguh, aku tak akan sanggup jauh darimu walau sejenak. Aku telanjur jatuh cinta padamu. Aku selalu meleleh melihat senyummu dan ciumanmu yang bertubi. “Aku sayang! Aku sayang! Aku sayang!” Begitu selalu ucapmu padaku dalam pelukan yang erat dan enggan terlepas. Alangkah!
Salman,
Cinta kedua dalam hidupku. Hadir dengan penuh perjuangan dan air mata ketakutanku. Belum sempat kupeluk cintaku, aku takut kehilanganmu meski hadirmu sangat dekat.
Perlahan, tertatih aku membangun rasa percayamu padaku. Aku pernah menolakmu. Aku pernah membencimu. Bukan, bukan karena tak mau menerimamu, tetapi karena aku takut kamu kecewa dan sakit hati. Duhai, jika saja kamu mengerti alasanku itu…
Karenanya, kamu pun menjadi amat tergantung dan berlindung padaku. Kamu sulit memberikan senyummu untuk orang lain. Rasa curigamu begitu kuat hanya karena kamu begitu defensif. Kamu tak mudah percaya. Kamu takut penolakan. Oh, aku bersalah padamu. Aku yang membuatmu seperti ini. Pangeranku, bukan maksudku…
Cintaku, ketahuilah bahwa aku sungguh sayang padamu. Tak akan kubiarkan orang lain menyakitimu. Mereka harus melangkahi mayatku dulu sebelum bisa menyentuhmu. Sepenuh jiwaku, semampuku berikan yang terbaik untukmu, tak peduli apa pun. Aku harus melindungimu. Kamu yang rapuh, tak akan pernah kulepas sampai kapan pun. Jangan pernah ada lagi air mata. Cukup ujarmu selalu, “I love you, Baby,” padaku dengan senyum malu-malu yang membuatku semakin cinta.
Dua pangeran terkasihku,
Kalian permata hidupku. Semesta cinta yang niscaya. Tuhan berikan kalian dalam keseharianku dengan segala kelebihan dan kekurangan. Aku tak pernah menuntut kalian untuk sempurna. Tak akan. Cukup, jadilah kekasihku yang selalu mencerahkan hidupku setiap hari.
Wahai pria-pria gagahku,
Kekuatan yang tersembunyi di balik tubuh kalian sungguh luar biasa. Energi kalian yang seperti tak pernah habis membuatku semangat setiap hari. Terkadang, akulah yang lebih dulu kalah ketika sedang bersama kalian. Lalu kalian meledekku, “Yah, kalah deh! Kita dong, masih kuat!” dan kita bertiga tertawa lepas. Tentu saja, kalian dua pria perkasa. Haruslah kuat!
Aku tak akan berpanjang-panjang dalam menulis surat ini. Tak lagi kupunya kata yang bisa menjelaskan segala rasa di hati. Tiada lagi warna yang mampu melukiskan indahnya hari-hariku bersama kalian. Sungguh tak akan sanggup aku berpisah dari kalian. Maka ijinkan aku tetap bersama kalian hingga akhir hidupku.
Umar dan Salman,
Permata hati terbaikku. Hadir dari tubuh dan jiwaku utuh. Teruslah tumbuh semakin kokoh dan tangguh. Berkembanglah semakin cerdas dan berbobot. Doaku untuk kalian tak akan pernah surut dan lepas. Biar Tuhan jadi saksi, aku akan selalu ada untuk kalian.
Umar dan Salman,
Tak apa bila suatu saat kalian pergi dariku karena menemukan cinta lain yang harus kalian dahulukan. Cintaku harus bisa belajar melepas kalian untuk kehidupan baru yang akan kalian bina nantinya.
Umar dan Salman,
Terima kasihku tak terucap di bibirku karena haru yang menderas di jiwaku karena memiliki kalian. Semesta jadi saksi, tentang segala yang seharusnya terungkap.
Depok, 14 Januari 2012
Sepenuh cinta,
Aku, yang mencintai bahkan sebelum kalian hadir.
PS: Jangan pernah memanggilku Mama atau Ibu. Cukup sebut saja Bunda. Nah, peluk dan ciumlah aku sekarang!

dikirim oleh @andiana
Surat Cinta untuk Ibu
Ibu,
Ini aku, anak perempuanmu yang sudah besar tapi belum bisa apa-apa.
Ibu,
Jika aku tak sepaham denganmu, bukan berarti aku tak sayang padamu. Aku hanya ingin kau memahami jalan pikiranku. Jika aku diam, bukan berarti aku menyembunyikan sesuatu dan tak ingin bicara padamu. Aku hanya tak ingin membuatmu khawatir. Jika aku membantah, bukan berarti aku tak menurut padamu. Aku hanya belum sanggup melakukan apa yang kau mau.
Ibu,
Maafkan aku. Maaf, karena diusiaku sekarang, aku belum bisa membahagiakanmu. Kadang aku merasa masa kecilku justru membuatmu lebih bahagia dengan nilai-nilai sekolahku yang menjulang. Tak seperti sekarang. Maaf, karena disaat kau terbaring sakit seperti sekarang ini, aku masih tak tau harus berbuat apa untuk mengurangi nyeri ditubuhmu. Maaf, karena memikirkan hidupku, kau jadi sering terbaring sakit.
Ibu,
Terima kasih, selalu membangunkanku pagi-pagi untuk berangkat sekolah, dulu. Terima kasih, atas segala cahayamu yang menerangi hari-hari gelapku. Terima kasih, untuk air susu yang tak pernah sepeserpun kau minta bayarannya dariku. Terima kasih, selalu menyiapkan bekal makan siangku sampai sekarang ini. Terima kasih, atas hidup yang kau warnai dengan caramu sendiri.
Ibu,
Terimakasih atas cinta tanpa syarat yang kau hadiahkan untuk hidupku.
Dari anak perempuanmu yang kau bilang belum becus untuk mencari seorang lelaki yang bisa menjadi pendamping hidupku.
dikirim oleh @bublespuff
Ini aku, anak perempuanmu yang sudah besar tapi belum bisa apa-apa.
Ibu,
Jika aku tak sepaham denganmu, bukan berarti aku tak sayang padamu. Aku hanya ingin kau memahami jalan pikiranku. Jika aku diam, bukan berarti aku menyembunyikan sesuatu dan tak ingin bicara padamu. Aku hanya tak ingin membuatmu khawatir. Jika aku membantah, bukan berarti aku tak menurut padamu. Aku hanya belum sanggup melakukan apa yang kau mau.
Ibu,
Maafkan aku. Maaf, karena diusiaku sekarang, aku belum bisa membahagiakanmu. Kadang aku merasa masa kecilku justru membuatmu lebih bahagia dengan nilai-nilai sekolahku yang menjulang. Tak seperti sekarang. Maaf, karena disaat kau terbaring sakit seperti sekarang ini, aku masih tak tau harus berbuat apa untuk mengurangi nyeri ditubuhmu. Maaf, karena memikirkan hidupku, kau jadi sering terbaring sakit.
Ibu,
Terima kasih, selalu membangunkanku pagi-pagi untuk berangkat sekolah, dulu. Terima kasih, atas segala cahayamu yang menerangi hari-hari gelapku. Terima kasih, untuk air susu yang tak pernah sepeserpun kau minta bayarannya dariku. Terima kasih, selalu menyiapkan bekal makan siangku sampai sekarang ini. Terima kasih, atas hidup yang kau warnai dengan caramu sendiri.
Ibu,
Terimakasih atas cinta tanpa syarat yang kau hadiahkan untuk hidupku.
Dari anak perempuanmu yang kau bilang belum becus untuk mencari seorang lelaki yang bisa menjadi pendamping hidupku.
dikirim oleh @bublespuff
Untuk Anakku
Nak, saat kamu membaca surat ini, mungkin ayah masih ada, atau mungkin ayah sudah tak ada lagi. Tapi apapun itu, sebelum kau mulai membaca kau harus tahu bahwa ayah sangat sayang padamu.
Ayah menulis ini jauh sebelum kau ada. Tapi ayah tahu bahwa kelak saat kau hadir ke dunia ini, ayah pasti akan sangat mencintaimu. Ya, ayah tahu itu. Bahkan lebih daripada ayah mencintai ibumu. Tentu saja, kau darah daging ayah. Dan ayah akan tetap mencintaimu tak peduli kau laki-laki atau perempuan.
Ayah akan berusaha keras membahagiakanmu jika kita sempat bertemu kelak. Ayah akan memberikanmu semua yang terbaik. Kau akan belajar di sekolah terbaik. Mungkin kau ingin jadi insinyur, atau dokter, atau pakar IT sukses. Ayah berjanji akan mengusahakannya. Bahkan jika kau ingin bersekolah di luar negeri, ayah akan mengabulkannya.
Kita akan pergi berlibur paling tidak setahun sekali. Ayah akan membawamu ke Paris, ke Venesia, ke New York, ke Hawaii, ke Santorini, dan ke berbagai belahan dunia yang lain. Kau harus belajar berbagai kebudayaan di seluruh dunia. Karena kelak kau akan menjadi warga dunia.
Kau pasti mewarisi bakat seni ayah. Kau akan menjadi musisi yang hebat. Jangan khawatir, ayah akan membelikanmu apa yang kau butuhkan. Gitar listrik, saxophone, drum, atau grand piano. Penting untuk bakatmu, nak. Kita juga akan menonton konser-konser klasik di seluruh dunia untuk memperluas pengalamanmu. Kau juga akan belajar pada musisi-musisi terkemuka. Ayah akan mengusahakannya.
Sekarang, untuk bisa bertemu denganmu, ayah harus segera menemukan ibumu. Doakan ayah, ya. Agar bisa mendapatkan ibu yang terbaik untukmu. Ibu yang bisa membantu ayah memberikan segala yang terbaik untukmu. Kau tahu ayah terlalu sibuk membantu musisi-musisi muda mengembangkan bakatnya, jadi tak sempat mencari penghasilan tambahan. Tapi jangan khawatir, ibumu nanti pasti mampu membantu kita. Ayah pasti bisa menemukannya.
Sudah dulu ya nak, Ayah sayang padamu.
dikirim oleh @bernardls
Ayah menulis ini jauh sebelum kau ada. Tapi ayah tahu bahwa kelak saat kau hadir ke dunia ini, ayah pasti akan sangat mencintaimu. Ya, ayah tahu itu. Bahkan lebih daripada ayah mencintai ibumu. Tentu saja, kau darah daging ayah. Dan ayah akan tetap mencintaimu tak peduli kau laki-laki atau perempuan.
Ayah akan berusaha keras membahagiakanmu jika kita sempat bertemu kelak. Ayah akan memberikanmu semua yang terbaik. Kau akan belajar di sekolah terbaik. Mungkin kau ingin jadi insinyur, atau dokter, atau pakar IT sukses. Ayah berjanji akan mengusahakannya. Bahkan jika kau ingin bersekolah di luar negeri, ayah akan mengabulkannya.
Kita akan pergi berlibur paling tidak setahun sekali. Ayah akan membawamu ke Paris, ke Venesia, ke New York, ke Hawaii, ke Santorini, dan ke berbagai belahan dunia yang lain. Kau harus belajar berbagai kebudayaan di seluruh dunia. Karena kelak kau akan menjadi warga dunia.
Kau pasti mewarisi bakat seni ayah. Kau akan menjadi musisi yang hebat. Jangan khawatir, ayah akan membelikanmu apa yang kau butuhkan. Gitar listrik, saxophone, drum, atau grand piano. Penting untuk bakatmu, nak. Kita juga akan menonton konser-konser klasik di seluruh dunia untuk memperluas pengalamanmu. Kau juga akan belajar pada musisi-musisi terkemuka. Ayah akan mengusahakannya.
Sekarang, untuk bisa bertemu denganmu, ayah harus segera menemukan ibumu. Doakan ayah, ya. Agar bisa mendapatkan ibu yang terbaik untukmu. Ibu yang bisa membantu ayah memberikan segala yang terbaik untukmu. Kau tahu ayah terlalu sibuk membantu musisi-musisi muda mengembangkan bakatnya, jadi tak sempat mencari penghasilan tambahan. Tapi jangan khawatir, ibumu nanti pasti mampu membantu kita. Ayah pasti bisa menemukannya.
Sudah dulu ya nak, Ayah sayang padamu.
dikirim oleh @bernardls
Kepada Kamu yang Selalu Menyayangiku
Selamat pagi, sayang. Pagi ini aku hendak menyapamu dengan hangat,
sehangat rasa sayang selalu saja kamu persembahkan untukku setiap
harinya. Tanpa ego. Tanpa amarah. Kamu tentu saja masih ingat, sesaat
sebelum tidur semalam kita bertengkar. Walau menyisakan tangis, tapi ini
belum termasuk pertengkaran kita yang hebat. Saling menyalahkan sudah
pasti. Tetapi, yang selalu kusukai ketika kita bertengkar, ialah fakta
bahwa kita tetap saja akan kembali lagi, tak lama setelah kita menjauh.
Kembali saling menyayangi. Kembali saling mengkhawatirkan, walau
tersamarkan oleh gengsi.
Ketika bangun pagi, hal pertama yang kulakukan ialah mengecek pesan darimu di handphoneku. Kalimat ‘aku sayang kamu’ yang setia kamu selipkan di setiap pesan pagi darimu itu selalu bisa menjawab keingintahuanku, apakah kamu masih masih tetap menyayangiku setiap pagi, seperti aku juga menyayangimu dengan cara yang sama. Sebut saja aku pelupa, namun kamu selalu berhasil menunjukkan kepadaku melalui perhatianmu, hal-hal kecil di diriku yang selalu kamu ingat, kesetianmu, dan kesabaranmu, bahwa kamu memang sungguh menyayangiku.
Hari ini tanggal 14 Januari 2012. Genap setahun lebih satu bulan kita bersama. Kamu sering bilang, kebersamaan itu jangan dihitung berapa lamanya, tetapi untuk dijalani. Namun aku terlalu bahagia, sayang. Tak bisa kugambarkan dengan persis bagaimana bahagianya aku semenjak bersamamu. Bagaimana bisa aku tak menghitungnya sementara bersamamu ialah tiap helaian nafas yang kusyukuri.
Selamat setahun sebulanan, sayang. Tetaplah berjalan di sisiku, menemaniku. Membisikkan cinta setiap ku lupa rasanya. Menggenggam jemariku tuk selalu berjalan di sisimu. Mendekapku dikala nyaris jatuh bertubruk dengan ego. Meluluhkan amarah yang bisa saja menyakitimu.
Menyayangiku.
Seperti aku menyayangimu.
Selalu.
Dari yang tak akan pernah bisa terlalu jauh darimu.
-Beatrice-
dikirim oleh @beatricearuan
Ketika bangun pagi, hal pertama yang kulakukan ialah mengecek pesan darimu di handphoneku. Kalimat ‘aku sayang kamu’ yang setia kamu selipkan di setiap pesan pagi darimu itu selalu bisa menjawab keingintahuanku, apakah kamu masih masih tetap menyayangiku setiap pagi, seperti aku juga menyayangimu dengan cara yang sama. Sebut saja aku pelupa, namun kamu selalu berhasil menunjukkan kepadaku melalui perhatianmu, hal-hal kecil di diriku yang selalu kamu ingat, kesetianmu, dan kesabaranmu, bahwa kamu memang sungguh menyayangiku.
Hari ini tanggal 14 Januari 2012. Genap setahun lebih satu bulan kita bersama. Kamu sering bilang, kebersamaan itu jangan dihitung berapa lamanya, tetapi untuk dijalani. Namun aku terlalu bahagia, sayang. Tak bisa kugambarkan dengan persis bagaimana bahagianya aku semenjak bersamamu. Bagaimana bisa aku tak menghitungnya sementara bersamamu ialah tiap helaian nafas yang kusyukuri.
Selamat setahun sebulanan, sayang. Tetaplah berjalan di sisiku, menemaniku. Membisikkan cinta setiap ku lupa rasanya. Menggenggam jemariku tuk selalu berjalan di sisimu. Mendekapku dikala nyaris jatuh bertubruk dengan ego. Meluluhkan amarah yang bisa saja menyakitimu.
Menyayangiku.
Seperti aku menyayangimu.
Selalu.
Dari yang tak akan pernah bisa terlalu jauh darimu.
-Beatrice-
dikirim oleh @beatricearuan
Surat untuk Penjelajah Cinta
Hei kamu...
Tahukah kalau pagi ini aku kembali menangis? Berduka atas hatiku yang kembali remuk atas kebodohanku sendiri?! Aku sudah berusaha untuk berlari dari arah yang berlawanan, tapi kenapa kita bertemu kembali di satu titik yang sama?
Hentikan, aku mohon.
Untuk terus diam dan membusuk dalam hatiku. Untuk terus tertawa dan membuatku menangis. Untuk terus merayu dan memupuskan harapanku. Tidak cukup bagimu saat meruntuhkan kepercayaanku padamu?!
Aku tahu. Ini lebih terdengar seperti surat ratapan dibandingkan surat cinta. Namun, aku menulisnya karena terlalu sadar masih mencintaimu.
Penjelajah Cinta, aku senang kita pernah pergi bersama-sama. Mengarungi samudera hati dan bentang langit kasih sayang. Sekarang, aku sendiri lagi dan melihatmu berpetualang dengan yang lain.
Terima kasih untuk air matanya.
dikirim oleh @erlinberlin13
Tahukah kalau pagi ini aku kembali menangis? Berduka atas hatiku yang kembali remuk atas kebodohanku sendiri?! Aku sudah berusaha untuk berlari dari arah yang berlawanan, tapi kenapa kita bertemu kembali di satu titik yang sama?
Hentikan, aku mohon.
Untuk terus diam dan membusuk dalam hatiku. Untuk terus tertawa dan membuatku menangis. Untuk terus merayu dan memupuskan harapanku. Tidak cukup bagimu saat meruntuhkan kepercayaanku padamu?!
Aku tahu. Ini lebih terdengar seperti surat ratapan dibandingkan surat cinta. Namun, aku menulisnya karena terlalu sadar masih mencintaimu.
Penjelajah Cinta, aku senang kita pernah pergi bersama-sama. Mengarungi samudera hati dan bentang langit kasih sayang. Sekarang, aku sendiri lagi dan melihatmu berpetualang dengan yang lain.
Terima kasih untuk air matanya.
dikirim oleh @erlinberlin13
Tadinya Musuhan, Sekarang Sahabatan
14 Januari 2012
Selamat pagi! Ini surat cinta pertama #30harimenulissuratcinta ku tahun ini lhoo.. Begitu spesialnya kamu buatku saat ini. Sampai akhirnya aku menjatuhkan tujuan pertama surat cinta pertamaku tahun ini, buatmu. Ihiiiy!
Kamu tau, aku bersemangat sekali bangun pagi hari ini. Sangat bersemangat, sampai jantungku berdegup kencang begitu aku membuka mata subuh tadi, dan ingat hari ini adalah hari SABTU! Yeay!!!
Bagaimana kabarmu hari ini? Seperti janjiku padamu dari dua bulan lalu, aku akan menemuimu seminggu sekali, setiap hari sabtu. Pagi ini aku menemuimu, lebih pagi dari sabtu-sabtu sebelumnya. Menemuimu setiap sabtu adalah saat-saat menegangkan, sama menegangkannya seperti saat bertemu dengan cinta lama. Cemas sampai kadang keringetan dingin, deg-deg-an, penasaran, dan excited! Mwahahahaha!!
Sebenarnya, aku heran dengan diriku sendiri, kenapa aku begitu bersemangat akhir-akhir ini mendekati hari Sabtu, mendekati hari-hari bertemu denganmu. Padahal kalau kamu tau, aku dulu sangat tidak menyukaimu. Sama sekali! Buatku, bertemu denganmu itu seperti bertemu dengan objek dalam mimpi burukku, menakutkan. Kamu dulu itu semacam musuh buatku. Aku enggan membicarakan tentangmu. Kalau orang-orang mulai bertanya berapa angka yang ditunjukkan ketika bertemu denganmu, aku akan langsung mengalihkan pembicaraan. Dulu aku sering kali berpendapat, bahwa selamanya aku akan seperti ini, tidak akan pernah berteman, atau bahkan bersahabat denganmu. Keras kepala, iya, itu aku yang dahulu. Sampai kemudian, ada beberapa kejadian yang bikin aku berubah, kejadian itu kemudian mengubah pola pikirku, bahwa ini harus aku lakukan, buat aku dan buat anak dan cucu-cucuku kelak, maka hari itu, dua bulan yang lalu, kita mulai berteman dan bertemu setiap Sabtu. Hihihi
Sudah hampir dua bulan kita temenan akrab. Aku merubah pola hidupku, pola makanku, sudah tidak pernah lagi minum minuman manis, sebaliknya sangat mencintai dengan air putih sekarang, sangat mengurangi makan gorengan, berteman dengan buah-buahan, dan mulai berolahraga. Tujuanku yang utama, aku pengen hidup lebih lama, pengen saat aku bersama cucuku kelak, aku sehat, biar aku bisa menemani mereka bermain. Jika jarummu menunjukkan jumlah yang lebih kecil dari minggu sebelumnya, itu adalah bonus. Bonus tiap hari Sabtu yang aku dapatkan untuk usahaku selama satu minggu.
Sekian dulu surat cintaku buatmu, neracaku. Semoga kita bisa tetap bersahabat yaa.. *toss!*
Salam hangat,
Aku
dikirim oleh @ccitraa
Dear Dearly Demented
dear dearly @upinapon
Yo davy jones, do you remember me..
aku mungkin putri abumu. aku tidak terlalu putih dan terang di depanmu. aku mungkin beast dan bukan belle
aku mungkin catastrophe untukmu. tapi aku sangat sayang kamu fon :)
dengan apapun kamu itu.. sikapmu ke aku.. udah cukup buat bisa sayang kamu segininya. oh, well..aku bukan pemain kata seperti kamu. aku ya aku..yang mengingatmu dalam setiap sadar dan tidurku. yang menuangkanmu dalam kilatan mouse yg bergerak di tab coreldrawku. di setiap garis, warna, contour, weld..yang aku ingat cuma kamu. dan ketika gambar itu jadi..yang aku sebut kamu.
teruntuk obyek gambarku yg paling rumit dan ganteng selangit. mungkin keberadaanku kecil di matamu, ataupun besar aku tidak tahu. yg aku tau aku sayang kamu..mau aku ulang perkataanku barusan gak akan ada habisnya. lebih mudah untuk melukiskannya dalam gambar ternyata. hahaha. semoga kamu sehat selalu.. semakin sibuk kamu di kegiatan kamu. aku tau makin susah waktu untuk kita bertemu.
tapi ingatlah aku..walau secuil kue cubit. walau kue cubit itu setengah gosong karena terlampau lambat menyadari. karena terlanjur banyak salah padamu. ya..
tapi ada aku kalau kamu butuh. ada aku disaat kamu lelah. ada paradise di mataku saat melihatmu :)
aku ngetiknya sambil dengerin paradise coldplay haha. dan mendadak semua blur..it's seems wonderlusting..
sepi loh pas nulis ini di sini.. coba ada kamu..bahkan pajawan yang cuma sedia mie dan burjo terasa mewah :)
semangat. tetap tinggi raih semua yang kamu mau. you have your world :)
love yer..
dikirim oleh @beatdbandit
Yo davy jones, do you remember me..
aku mungkin putri abumu. aku tidak terlalu putih dan terang di depanmu. aku mungkin beast dan bukan belle
aku mungkin catastrophe untukmu. tapi aku sangat sayang kamu fon :)
dengan apapun kamu itu.. sikapmu ke aku.. udah cukup buat bisa sayang kamu segininya. oh, well..aku bukan pemain kata seperti kamu. aku ya aku..yang mengingatmu dalam setiap sadar dan tidurku. yang menuangkanmu dalam kilatan mouse yg bergerak di tab coreldrawku. di setiap garis, warna, contour, weld..yang aku ingat cuma kamu. dan ketika gambar itu jadi..yang aku sebut kamu.
teruntuk obyek gambarku yg paling rumit dan ganteng selangit. mungkin keberadaanku kecil di matamu, ataupun besar aku tidak tahu. yg aku tau aku sayang kamu..mau aku ulang perkataanku barusan gak akan ada habisnya. lebih mudah untuk melukiskannya dalam gambar ternyata. hahaha. semoga kamu sehat selalu.. semakin sibuk kamu di kegiatan kamu. aku tau makin susah waktu untuk kita bertemu.
tapi ingatlah aku..walau secuil kue cubit. walau kue cubit itu setengah gosong karena terlampau lambat menyadari. karena terlanjur banyak salah padamu. ya..
tapi ada aku kalau kamu butuh. ada aku disaat kamu lelah. ada paradise di mataku saat melihatmu :)
aku ngetiknya sambil dengerin paradise coldplay haha. dan mendadak semua blur..it's seems wonderlusting..
sepi loh pas nulis ini di sini.. coba ada kamu..bahkan pajawan yang cuma sedia mie dan burjo terasa mewah :)
semangat. tetap tinggi raih semua yang kamu mau. you have your world :)
love yer..
dikirim oleh @beatdbandit
Teruntuk Ayah di Papua
Selamat pagi, Ayah. (Ahh, mungkin sudah bukan pagi lagi ketika kau membaca suratku ini.)
“Aku sayang ayah”
Yah, ingin rasanya aku sampaikan kalimat itu langsung padamu. Bukan lewat telepon, sms atau bahkan lewat surat ini. Aku ingin bertemu langsung denganmu,Yah.
Bagaimana kabar Ayah di sana? Sehatkah? Jangan sakit ya, Ayah. Tolong tetap selalu sehat hingga nanti, kita bisa bertemu kembali. Entah kapan, entah bagaimana mungkin kelak aku yang akan menyusulmu. Atau mungkin kau yang tiba-tiba datang ke hadapanku.
Ayah, aku merindukanmu. Merindukanmu setiap nasehat yang kau beri di setiap pagi. Rindu perdebatan kita akan sesuatu. Bukankah sudah lama kita tak berbincang dengan nada tinggi yang seru?
Aku rindu pula masakanmu, Yah. Mencampur segala macam bahan makanan yang ada. Kemampuan masakmu tak berkurang kan,Yah? Ayah, hampir satu tahun kita tak bertemu. Tak henti-hentinya doa aku panjatkan bagimu. Doakan pula anakmu ini ya,Yah. Jangan lelah mendoakanku. Jangan pula sakit karena terlalu banyak memikirkanku. Jangan sedih karena sikapku. Terus jaga kesehatan
“Aku sayang ayah”
dikirim @cha_snuballz dari http://chasnuballz.tumblr.com/post/15798152494/1-teruntuk-ayah-di-papua
“Aku sayang ayah”
Yah, ingin rasanya aku sampaikan kalimat itu langsung padamu. Bukan lewat telepon, sms atau bahkan lewat surat ini. Aku ingin bertemu langsung denganmu,Yah.
Bagaimana kabar Ayah di sana? Sehatkah? Jangan sakit ya, Ayah. Tolong tetap selalu sehat hingga nanti, kita bisa bertemu kembali. Entah kapan, entah bagaimana mungkin kelak aku yang akan menyusulmu. Atau mungkin kau yang tiba-tiba datang ke hadapanku.
Ayah, aku merindukanmu. Merindukanmu setiap nasehat yang kau beri di setiap pagi. Rindu perdebatan kita akan sesuatu. Bukankah sudah lama kita tak berbincang dengan nada tinggi yang seru?
Aku rindu pula masakanmu, Yah. Mencampur segala macam bahan makanan yang ada. Kemampuan masakmu tak berkurang kan,Yah? Ayah, hampir satu tahun kita tak bertemu. Tak henti-hentinya doa aku panjatkan bagimu. Doakan pula anakmu ini ya,Yah. Jangan lelah mendoakanku. Jangan pula sakit karena terlalu banyak memikirkanku. Jangan sedih karena sikapku. Terus jaga kesehatan
“Aku sayang ayah”
dikirim @cha_snuballz dari http://chasnuballz.tumblr.com/post/15798152494/1-teruntuk-ayah-di-papua
Surat Usang
Prolog:
Hari ini, 14 Januari 2012, aku sebenarnya tengah berada di Bandung. Mencoba menyegarkan penat Semarang yang makin lama mejenuhkan tulisan-tulisanku. Tapi ternyata masa lalu juga menggelayutiku hari ini. Setelah kutemukan secarik kertas surat yang usang, di dalam laci mejaku di sudut kamar yang telah lama usang karena keluh kesahku. Entah siapa yang menulis ini. Aku tak ingat. Yang ku ingat hanyalah, aku telah menemukan surat usang ini beberapa jam saja sebelum aku berangkat. Yang aku ingat hanyalah, surat ini memaksaku duduk termangu untuk membacanya di ujung ranjang yang penat. Membuatku terlambat menuju Negeri Parahyangan.
Isi Surat Usang Itu:
Begitulah yang tertulis di surat usang itu.
Terlanjur penuh debu, dan mungkin tak berguna lagi saat ini. Entah siapa yang menulis, aku masih tak mengingatnya. Entahlah, mungkin surat ini hanyalah kenangan dari penulisnya yang telah berlalu. Tapi surat ini tetap kulipat dan kukerat dalam amplop yang takkan lagi membuatnya berdebu dan bertambah usang.
Entahlah. Aku tiba-tiba merasa amnesia. Ah, tidak! Aku sekadar menderita identitas disosiatif (split personality) saja.
dikirim @agilunderscores http://underscoresofagil.wordpress.com/2012/01/13/surat-cinta-1/
Hari ini, 14 Januari 2012, aku sebenarnya tengah berada di Bandung. Mencoba menyegarkan penat Semarang yang makin lama mejenuhkan tulisan-tulisanku. Tapi ternyata masa lalu juga menggelayutiku hari ini. Setelah kutemukan secarik kertas surat yang usang, di dalam laci mejaku di sudut kamar yang telah lama usang karena keluh kesahku. Entah siapa yang menulis ini. Aku tak ingat. Yang ku ingat hanyalah, aku telah menemukan surat usang ini beberapa jam saja sebelum aku berangkat. Yang aku ingat hanyalah, surat ini memaksaku duduk termangu untuk membacanya di ujung ranjang yang penat. Membuatku terlambat menuju Negeri Parahyangan.
Isi Surat Usang Itu:
: untuk N
Maafkan aku karena tidak menyertakan senja bersama dengan surat ini, seperti yang dilakukan Sukab pada Alina. Aku tahu, aku juga ingin mengajakmu untuk menatap keindahan senja yang bergurat-gurat indah di cakrawala. Tapi aku sedang tak ingin mengguyuri keindahan bumi ini dengan asinnya air laut, dan membuatmu melayang-layang sepi di atas Himalaya tanpa ada aku. Aku tak ingin pula memerangkap kembali tukang pos yang malang itu di dalam amplop hanya karena sepotong senja.
Aku hanya tak ingin menambah kekagetanmu. Tentu aku membayangkanmu akan terkejut setengah mati ketika menerima surat ini. Tapi, aku juga selalu membayangkanmu tersenyum-senyum malu ketika membacanya. Seperti saat kita pertama kali berada berdua di sebuah pantai tak berpasir. Atau seperti saat kita berdoa bersama di bawah masjid-masjid bermenara.
Mungkin kamu masih terkejut dengan tulisanku ini. Karena mungkin kamu telah lelah berharap aku akan menuliskan sesuatu yang romantis untukmu. Mungkin kamu berpikir aku telah kehabisan kata-kata indah untuk kuipersembahkan hanya untukmu. Tetapi bukan itu yang sebenarnya terjadi. Kamu yang telalu indah untuk digambarkan pada secarik kata, sayang. Dan mungkin dengan begitu kamu akan menganggapku penggombal yang tengik, yang hanya bisa mengelak dengan bualan-bualan kosong.
Padahal sesungguhnya aku telah jengah pada kata-kata semenjak aku menemukan cinta itu padamu. Aku benar-benar tak bisa menerjemahkan perasaan paling aneh yang memberangus di jiwaku saat kita tengah berasmara berdua. Mungkinkah itu yang manusia namakan cinta?
Aku selalu menganggap bahwa cinta itu layaknya kontemplasi mistis yang tak pernah bisa paripurna bila terucap dalam kata. Bahkan pertapa paling agung sekalipun tak pernah mau mendeterminasikan pengalaman batinnya hanya dalam kata, dan mungkin hanya pembual lah yang menganggap dirinya mampu menerjemahkan itu dalam kemutlakan makna hanya pada seuntai kata. Itulah cinta bagiku. Cinta yang melampaui kata-kata.
Dan kini, aku bukan sedang ingin membicarakan kata paling ambigu di dunia itu. Karena sejuta kata tak mungkin selesai untuk membicarakannya. Aku tak ingin kamu menjadi terlalu lelah untuk membaca berjuta-juta kata itu, dan matamu ikut bertamabah minus. Aku hanya ingin kamu merasakannya saja. Seperti angin yang kita rasakan saat hujan mengguyuri daun, laut, pepohonan, maupun kucing yang tersesat di atas pohon itu, yaitu ketika kita tengah berada di antara pantai yang tak berpasir pada senja itu.
Dan kini, aku telah berada di senja-senja yang selalu mengingatkanku pada hari-hari itu. Ya, aku tengah berada di Negeri Senja. Di sebuah negeri yang entah di mana. Di sebuah Negeri antah berantah, layaknya dongeng, yang hanya menyajikan senja sejauh lelah mata memandang dan kaki menendang. Tak ada teriknya matahari siang, tak ada kelamnya gulita malam. Senja-senja ini sungguh indah, sayang, mereka begitu indah mengguratkan warna-warna emas kemerahan hingga menembus cakrawala.
Aku selalu berkhayal bahwa kamu pasti suka jika berada di Negeri Senja ini. Aku selalu merindukan untuk dapat menikmatinya keindahan cahaya setengah mentari yang pancarkan awan keemasan ini bersamamu. Meski terkadang aku juga merindukan untuk melahap pagi, berteduh di antara cahaya siang hari, dan akhirnya terlelap di bawah gemerlap bintang-bintang bersamamu.
Aku mungkin telah menambah lagi kekagetanmu dengan membaca suratku ini. Maafkan aku yang tak sempat pamit, ketika ku harus berkelana ke Negeri Senja. Sore itu, seperti kamu tahu, memang seharusnya aku pergi ke Ibukota. Kereta Senja telah menungguku di stasiun Tawang. Seperti yang kamu tahu, aku ingin menikmati alunan musik yang tengah bereinkarnasi di sana. Tapi sekian menit sebelum keretaku berangkat, aku merasa perjalananku hanya semu.
Ya, tepatnya ketika aku melihat ruang loket baru yang hanya diperuntukkan bagi penumpang khusus. Ya, itu loket untuk menuju Negeri Senja. Sudah lama aku mendengar dan membaca cerita-cerita tentang kereta legendaris yang misterius itu, yang hanya ada di stasiun Tugu, Jogja. Ah, betapa terkejutnya aku saat ku tahu kereta Tujuan Negeri Senja itu juga ada di stasiun Tawang yang lebih sering dibanjiri air daripada penumpang.
Entah apa yang terbesit di benakku waktu itu hingga aku lebih memilih pergi ke Negeri Senja daripada ke Ibukota. Mungkin nanti ketika aku telah mampu merenungi kemelut batinku waktu itu, akan ku ceritakan padamu mengapa aku berada di sini berikut kisah perjalananku. Aku baru sampai ke Negeri Senja pagi ini, tapi di sini yang tampak hanya senja. Mungkin memang di sini memang jam tak lagi dibutuhkan. Mungkin memang hanya jamku saja yang menunjukkan kalau Negeri ini tengah berada di pagi hari.
Di sini tak ada pagi, tak ada siang, tak ada malam, yang ada hanya senja. Waktu seakan berhenti. Begitu pula dengan bunga-bunga yang tak pernah layu. Burung-burung yang tak pernah tertidur. Besi-besi yang tak pernah berkarat. Rumah-rumah yang tak pernah lapuk. Dan, tentu saja orang-orang yang tak pernah menjadi tua.
Aku merasa ada kebahagiaan indah yang terperi ketika ku pertama kali menginjakkan kakiku di sini. Meskipun kini kebahagiaan itu kadang terasa tanpa hadirmu di sini. Aku tahu, dengan begini, kita akan lama sekali tak bertemu. Pada akhirnya, mungkin memang kita diharuskan untuk melalui keterpisahan jarak seperti ini. Ku harap kamu mengerti. Terutama mengerti kerinduanku padamu saat aku berada di sini.
Aku tahu, akan sangat sulit untuk kembali ketika seseorang telah berada di Negeri Senja. Bahkan sebenarnya itu adalah sebuah kemustahilan. Aku hanya bisa berjanji untuk selalu mengirim surat kepadamu. Mungkin memang aku harus berada dalam keabsurdan Negeri Senja ini terlebih dahulu, untuk bisa menuliskan tulisan-tulisan yang selama ini kamu rindukan dariku.
Tetapi, bagaimanapun, aku ingin kamu percaya, bahwa suatu saat nanti aku akan kembali. Meskipun ketika aku kembali kamu sudah menjadi renta, dan aku masih seperti ini, aku akan tetap mencintaimu. Aku hanya ingin kamu mempercayai itu dan menjaga kepercayaanku padamu dengan kenangan-kenangan indah yang pernah kita arungi. Aku tahu, ini hanya sebatas surat yang penuh kata-kata, tanpa ada sepotong senja, tanpa ada setitik hujan, tanpa ada sehelai pelangi yang bisa aku bagikan padamu, kecuali hanya seonggok kata yang sejatinya hanya berisi kerinduanku.
Aku tahu, mungkin suatu saat nanti, ketika kamu tahu cerita-cerita tentang Negeri Senja, kamu akan mengutuki kemustahilan janjiku untuk datang kembali padamu di ujung negeri yang hanya menyisakan sedikit itu. Tapi aku ingin kamu tahu dan percaya, bahwa ketika aku menaiki kereta tujuan Negeri Senja ini kemarin sore, stasiun Tawang tengah banjir hebat dan petugas stasiun lupa untuk meminta tanda tanganku di surat persetujuan untuk tidak kembali. Entah kapanpun itu, yakinlah aku pasti kembali, sayang. Dan ketika hari kembali itu tiba, akan kubawakan cahaya matahari yang hanya nampak separo itu untuk dijadikan lampu di rumah kita nanti, dan juga sekerat senja di tepian gunung sebagai oleh-oleh bagi teman-teman kita.
: salam rindu dari kekasihmu…
Negeri Senja, 9 September 2010
: Ardian Agil WaskitoEpilog:
Begitulah yang tertulis di surat usang itu.
Terlanjur penuh debu, dan mungkin tak berguna lagi saat ini. Entah siapa yang menulis, aku masih tak mengingatnya. Entahlah, mungkin surat ini hanyalah kenangan dari penulisnya yang telah berlalu. Tapi surat ini tetap kulipat dan kukerat dalam amplop yang takkan lagi membuatnya berdebu dan bertambah usang.
Entahlah. Aku tiba-tiba merasa amnesia. Ah, tidak! Aku sekadar menderita identitas disosiatif (split personality) saja.
dikirim @agilunderscores http://underscoresofagil.wordpress.com/2012/01/13/surat-cinta-1/
Untukmu, Biru
Selamat pagi #kamu !
Sarapan apa kamu pagi ini? Kalau aku sudah pasti memulainya dengan secangkir kopi rindu sambil menghirup udara cinta yang segar. Segar karena ada kamu disini, dihatiku.
Aku rindu bayangmu, yang selalu melengkungkan pelangi di hatiku. Dan seketika duniaku tidak lagi abu-abu, setidaknya bagiku.
Aku rindu desah nafasmu yang mengatakan agar aku nyata dan tidak hanya menjadi kenangan belaka.
Aku rindu bibirmu, yang memagut cintamu melalui bibirku. Memabukkan, sama seperti sentuhanmu.
Kamu adalah alasan utamaku untuk bermimpi. Karena entah sejak kapan, aku dan kamu melebur menjadi kita.
Kamu yang tak tergapai, hanya lewat mimpi aku berani berandai. Mungkinkah esok kau akan nyata hadir untukku? Atau selamanya menjadi mimpi untukku?
#aku,
yang (tak pernah lelah) bermimpi tentang #kamu
dikirim @sishinariswari dari http://starrysie.blogspot.com/2012/01/untukmu-biru.html
Sarapan apa kamu pagi ini? Kalau aku sudah pasti memulainya dengan secangkir kopi rindu sambil menghirup udara cinta yang segar. Segar karena ada kamu disini, dihatiku.
Aku rindu bayangmu, yang selalu melengkungkan pelangi di hatiku. Dan seketika duniaku tidak lagi abu-abu, setidaknya bagiku.
Aku rindu desah nafasmu yang mengatakan agar aku nyata dan tidak hanya menjadi kenangan belaka.
Aku rindu bibirmu, yang memagut cintamu melalui bibirku. Memabukkan, sama seperti sentuhanmu.
Kamu adalah alasan utamaku untuk bermimpi. Karena entah sejak kapan, aku dan kamu melebur menjadi kita.
Kamu yang tak tergapai, hanya lewat mimpi aku berani berandai. Mungkinkah esok kau akan nyata hadir untukku? Atau selamanya menjadi mimpi untukku?
#aku,
yang (tak pernah lelah) bermimpi tentang #kamu
dikirim @sishinariswari dari http://starrysie.blogspot.com/2012/01/untukmu-biru.html
Kepada Keegoisan Saya
Kepada Keegoisan Saya,
Puas,setelah apa yang telah kamu baca barusan ?
Saya tidak bisa berkata-kata setelah apa yang saya lihat barusan, hanya sesekali menutup wajah saya, dan bekata “Oh, my God” . Apa yang telah saya lihat benar-benar membuat bibir saya bergetar, air mata yang ingin keluar tapi saya tahan karena akan banyak sepasang mata yang melihat sambil bergumam di dalam hati ”Gila, kenapa tu cewe subuh-subuh gini mewek sendirian, di warnet”, maka lagi-lagi si hati yang bekerja keras untuk menutupi kamu hey KEEGOISAN.
Apa kamu ga merasakan apa-apa selama ini?
Setahun, 2 tahun atau bahkan lebih, kamu bersikap kaya gini, pada sahabat saya, sahabat terbaik saya. Apa kamu ga sadar apa yang dia rasakan, waktu kamu bercerita tentang seseorang yang sangat kamu kagumi, sangat kamu kagumi dulu, ah mungkin sampai sekarang. Seseorang yang dia kagumi tapi dia tidak berani mengungkapkan rasa kekagumannya padaku, karena kamu yang memonopoli seseorang itu untuk dirimu, kamu berceloteh tentang masa-masa indah kalian bercanda bersama, bermain gitar - bernyanyi bersama, kamu yang di antarkan pulang olehnya, betapa bahagianya kamu mendapat perhatian yan begitu banyak dari seseorang itu, tapi kamu ga ngerasain bagaimana perasaan dia mendengarkan ceritamu yang selalu saja tentang seseorang itu. Hanya karena menyanyangi dirmu seutuhnya sebagai sahabat, iya kamu si KEEGOISAN.
Sekarang gimana perasaan kamu?
Kalau saya, jujur saya sangat terpukul, semua bagian dari diri saya kecuali kamu, benar-benar sakit. Udah begitu banyak masalah yang kamu ceritain, begitu banyak ketidak-ingin-tahuanmu tentang dia, jika aku jadi kamu, mungkin dulu aku akan lebih perasa, lebih memamhami dia, lebih banyak bercerita tentang ketertarikan berdua pada seseorang itu, kalau aku jadi kamu aku ga akan seegois ini, yang bahkan dia terima sebagai sahabat terbaiknya sampai saat ini.
Kepada Pemilik Keegoisan Saya,
Sayapun tidak tahu jawaban akan semua pertanyaan kamu.
Sayapun tahu waktu tidak bisa diputar kembali untuk tidak menjadi seegois ini.
Maukah kamu dan sahabatmu memaafkan apa yang telah saya lakukan selama ini.
Hanya melewati dirimu yang lain, saya bisa menyampaikan rasa bersalah saya.
Bilang pada dirinya, saya sangat sayang padanya, bila saat itu saya tau bagaimana perasaannya, saya tidak aka SEEGOIS ini.
Tolong sampaikan sekarang juga, sebelum dia membaca kata-kata ini.
Saya sayang kamu, saya sayang sahabat kamu. Maaf membuat kalian semenderita ini.
*Maaf, aku egois, walau aku tau kamu suka dia, tapi aku selalu menang sendiri, aku yang bodoh, dan kamu yang selalu tersenyum denger cerita-cerita aku. Aku sayang kamu #10 *
dikirim @allitriyas dari http://littlegloomy.tumblr.com/post/15796639758/kepada-keegoisan-saya
Puas,setelah apa yang telah kamu baca barusan ?
Saya tidak bisa berkata-kata setelah apa yang saya lihat barusan, hanya sesekali menutup wajah saya, dan bekata “Oh, my God” . Apa yang telah saya lihat benar-benar membuat bibir saya bergetar, air mata yang ingin keluar tapi saya tahan karena akan banyak sepasang mata yang melihat sambil bergumam di dalam hati ”Gila, kenapa tu cewe subuh-subuh gini mewek sendirian, di warnet”, maka lagi-lagi si hati yang bekerja keras untuk menutupi kamu hey KEEGOISAN.
Apa kamu ga merasakan apa-apa selama ini?
Setahun, 2 tahun atau bahkan lebih, kamu bersikap kaya gini, pada sahabat saya, sahabat terbaik saya. Apa kamu ga sadar apa yang dia rasakan, waktu kamu bercerita tentang seseorang yang sangat kamu kagumi, sangat kamu kagumi dulu, ah mungkin sampai sekarang. Seseorang yang dia kagumi tapi dia tidak berani mengungkapkan rasa kekagumannya padaku, karena kamu yang memonopoli seseorang itu untuk dirimu, kamu berceloteh tentang masa-masa indah kalian bercanda bersama, bermain gitar - bernyanyi bersama, kamu yang di antarkan pulang olehnya, betapa bahagianya kamu mendapat perhatian yan begitu banyak dari seseorang itu, tapi kamu ga ngerasain bagaimana perasaan dia mendengarkan ceritamu yang selalu saja tentang seseorang itu. Hanya karena menyanyangi dirmu seutuhnya sebagai sahabat, iya kamu si KEEGOISAN.
Sekarang gimana perasaan kamu?
Kalau saya, jujur saya sangat terpukul, semua bagian dari diri saya kecuali kamu, benar-benar sakit. Udah begitu banyak masalah yang kamu ceritain, begitu banyak ketidak-ingin-tahuanmu tentang dia, jika aku jadi kamu, mungkin dulu aku akan lebih perasa, lebih memamhami dia, lebih banyak bercerita tentang ketertarikan berdua pada seseorang itu, kalau aku jadi kamu aku ga akan seegois ini, yang bahkan dia terima sebagai sahabat terbaiknya sampai saat ini.
Kepada Pemilik Keegoisan Saya,
Sayapun tidak tahu jawaban akan semua pertanyaan kamu.
Sayapun tahu waktu tidak bisa diputar kembali untuk tidak menjadi seegois ini.
Maukah kamu dan sahabatmu memaafkan apa yang telah saya lakukan selama ini.
Hanya melewati dirimu yang lain, saya bisa menyampaikan rasa bersalah saya.
Bilang pada dirinya, saya sangat sayang padanya, bila saat itu saya tau bagaimana perasaannya, saya tidak aka SEEGOIS ini.
Tolong sampaikan sekarang juga, sebelum dia membaca kata-kata ini.
Saya sayang kamu, saya sayang sahabat kamu. Maaf membuat kalian semenderita ini.
*Maaf, aku egois, walau aku tau kamu suka dia, tapi aku selalu menang sendiri, aku yang bodoh, dan kamu yang selalu tersenyum denger cerita-cerita aku. Aku sayang kamu #10 *
dikirim @allitriyas dari http://littlegloomy.tumblr.com/post/15796639758/kepada-keegoisan-saya
Subscribe to:
Posts (Atom)