15 January 2012

Maaf Aku Banyak Tanya

Hai, apa kabar kamu. Itu pertanyaan yang sering aku tanyakan. Hm iya, pada diriku sendiri. Gila? bukan. Galau? ah, nanti dikira ikut mainstream. Kabar kamu bukan mainstream.

Jadi apa kabar? Terakhir aku menerka kabarmu baik baik saja, sibuk dengan pekerjaan atau mencari kerja. Terakhir itu adalah saat aku memulai menulis ini. Hei, ini adalah surat pertamaku untukmu. Seperti surat kebanyakan, apa kabar selalu ada di baris awal. Kamu suka?

Jadi apa kabar? Diriku yang lain menerka kamu sedang ada di luar rumah sekarang. Atau di luar kota. Atau luar pulau. Yang jelas jauh sekali dari tempatku menulis ini. Kata orang sih jauh di mata dekat di hati. Kata lagu juga begitu. Tapi kataku entahlah. Kabarmu saja aku tidak tahu.

Jadi apa kabar? Dinding muka buku milikmu tidak bisa menjawabku. Aku hanya melihat kamu tersenyum di dalamnya, menyapa dan bercakap dengan beberapa orang. Beberapanya aku kenal. Mungkin mereka lebih tahu kabarmu dari aku. Au akan coba tanya lain waktu.

Jadi apa kabar? Aku mulai resah setiap aku menanyakan itu. Diriku yang lain mulai sering mengkhawatirkanmu. Aku sudah bilang tidak perlu. Aku yakin kamu baik-baik saja. Suatu waktu kamu akan bercerita tidak hanya kabarmu. Bukan begitu?

Jadi apa kabar kamu? Ah, kalimat ini saking nyantolnya, aku tidak tahu bagaimana menghapusnya. Isi suratku jadi terlihat memalukan.

… .

aku sudah lupa ingin menulis apa :| Saat ini aku cuma ingin tahu hal itu. Apa kabar kamu? Semoga aku menerima kabar baik darimu.
… .
:|
… .
:)


dikirim oleh @astridirma

Ini, Mungkin Surat Ancaman

Hey, apa kabar?

Jadi, sudah berapa lama kita tidak bertemu? Emm, dua hari? Oh, okey, baru dua hari ternyata ._.

Baiklah, ini memang baru dua hari. Tapi kenapa dalam waktu dua hari kamu sudah melupakan janjimu padaku? Itu waktu yang sangat, sangat, singkat.

Jujur, Aku. Sedikit. Kecewa. Padamu. Kukira kamu bisa menepati janjimu. Atau Kau pikir aku hanya bercanda saat megucapkannya padamu kemarin saat terakhir kita bertemu? Apa itu masih kurang jelas untukmu?

Baiklah, karena aku mencintaimu, untuk kali ini aku maafkan. Tapi sekarang, dengarkan baik-baik aku akan mengulanginya lagi. Kali ini, tolong pegang janji itu sebisa kamu.

“Jangan terlalu ngangenin, got it?”

Cross your heart.

Bagus.

P.S : Jika dalam dua hari kamu melanggarnya lagi, aku akan mengirim surat yang sama untukmu.


dikirim oleh @amelianggadhini

#1


14 Januari 2012,

Masih di bawah selimut pada detik pertama terbukanya mata, sekelumit harap meletup dalam dada. Hari ini aku banyak rencana. Jadi, tolong beri aku satu keberuntungan. Satu saja untuk selanjutnya ku jadikan hari ini bahagia. Eh, usir juga semua sial dan celaka, ya? Aku mau bertemu cinta nanti :)

Surat pertama penuh pinta ku alamatkan untukmu, Sabtu pagiku.

Please be nice loh, ya?

Sincerely,
T

dikirim oleh @brutalita

My Giant Amor #1 My Twin My Soulmate

Mari bercerita tentang masa kecil, tidak seindah kelihatannya, tapi itulah dunia milik kita. Terpisah selama hampir lima tahun, tidak membuat batin kita ikut berjarak. Aku kembali untuk mengutuhkan sayap agar kita bisa terbang bersama. Kau berwarna biru dan aku berwarna merah. Kau yang lembut, bijak, dan ayu. Aku yang nakal, ceria, dan kuat. Berdua kita saling melengkapi, menjelajah dunia imajinasi dan realitas.

Ingatkah kau betapa kita punya dunia yang tidak bisa disentuh siapapun. Dunia dan teman-teman khayalan yang sama walaupun dalam benak yang berbeda, betapa ajaib, sebuah pembuktian bahwa kita punya jiwa yang sama dalam dua raga yang berbeda. Apakah kau masih percaya itu sampai detik ini?
Beranjak dewasa dan kita sampai pada mimpi-mimpi yang sama. kegairahan hidup yang tidak cukup dalam dunia realitas membawa pena kita menari, menciptakan dongeng-dongeng. Suatu hari kita ingin dongeng-dongeng itu berlarian di layar putih, membaginya dengan semesta jiwa lain.

Masa remaja kita indah dan ramah. Mari kita bercerita tentang sebuah kejadian lucu dimana hampir semua orang terkelabui. Saat itu kita ingin sekolah di tempat yang berbeda, pada hari yang telah ditetapkan kita bertukar peran. Sebagian dari mereka pasti heran betapa kita terlihat berbeda. Mana bisa seseorang menjadi kurus atau gemuk dalam semalam? Mana bisa karakter seseorang berubah dengan cepat? Mereka hanya bisa menebak dan kita hanya tertawa.

Kita sama-sama belajar menerima bahwa lingkungan di sekitar sering kali membuat perbandingan. Semua itu membuat kita tidak nyaman. Seringkali kita menyadari betapa kita saling mencintai dan membenci dalam porsi yang sama besar. Tapi mereka tidak pernah menyadari bahwa hidup seperti itu menyakitkan. Maka kita berhenti mendengarkan mereka, menutup telinga dan mata, mengukuhkan segalanya dengan rasa. Berbagi rahasia, berbagi peran bagitu selamanya kita pikir.

Tapi dunia tidak selalu ramah untuk siapapun, termasuk kita. Kau lebih cepat menemukan belahan jiwa yang lain. Jiwaku terenggut separuhnya. Semestinya aku ikut bahagia, semestinya.

Waktu membawamu kembali, melahirkan mimpi-mimpi baru, perlahan kita mewujudkannya. Menerima kebahagiaan dan pukulan bersama-sama, berdiri dan jatuh lagi, terus berpegangangan tangan. Sampai akhirnya, “Kita telah sampai di ujung jalan”. Aku tahu, itu artinya kita harus menjalani hidup masing-masing. Kita telah memilih kereta dengan tujuan yang berbeda, tapi itulah hidup.

Satu hal yang perlu kau tahu, bersamamu semenjak dalam perut ibu, beranjak dewasa, menemukan cinta dan pasangan hidup, tak pernah terasa berat, karena aku tidak pernah sendirian. Kita berasal dari indung telur yang sama, terbelah dan membagi jiwanya. Sampai detik ini aku masih percaya bahwa kita satu jiwa dalam dua raga. Namun raga itu membawa takdirnya sendiri-sendiri. Kita masih berjalan di bumi yang sama, menikmati langit yang sama, dan semesta jiwa kita tidak pernah berhenti terpaut. Ada cinta yang tulus selayaknya kasih ibu. Selamanya kau adalah Giant Amor ku.


dikirim oleh @evisrirezeki

Surat Pengakuan

Jurning tercinta,

Surat yang kukirim ini memang bertemakan cinta, dan benar ini adalah surat cinta untukmu Jurning. Kau tak perlu heran. Sebelumnya aku ingin membuat pengakuan di awal surat ini sebelum kau membaca paragraf selanjuntnya, agar kau tidak berpikir macam-macam, pun persoalan kata ‘Jurning tercinta’ di atas hanyalah sapaan atau hanya sebagian kecil dari embel-embel percintaan. 

Aku menulis surat ini di dalam gua tergelap yang pernah kusambangi, kau tentu tidak perlu merasa heran aku menulis surat ini didalam gua. Kau tahu betul kan apa pekerjaanku? sebagai seorang petapa. Sebetulnya aku ingin sekali menelponmu Jurning, kita bisa bicara banyak, sampai telinga menjadi panas, sayang sekali disini setitik sinyalpun tak ada, lagipula pulsaku sedang nol, maka hingga akhirnya aku memutuskan untuk menulis surat cinta untukmu. 

Oh, maaf Jurning, maksudku hanya surat, hanya sepucuk surat, tanpa cinta.

Kukira kau masih mengingatku Jurning, setelah pertemuan pertama kita di sebuah danau di lautan seberang, dibatas waktu yang tak tercatat, dibelahan dunia tak terjamah. Kita menikmati senja dipinggir danau itu, di antara rentetan nyiur, semilir angin mendesah, segerombol burung bercericit di angkasa, bukit-bukit yang melingkari danau, menyamarkan waktu, langit biru menjadi abu-abu, jingga, orange, ungu, dan berubah gelap, matahari telah dikulum, dan malam.

Kukira kau masih mengingat senja di danau itu jurning. Senja yang hanya sesaat, pertanda hari telah di ujung. Tanpa memastikan esok hari ia datang kembali, karena itu lah jurning, karena itu aku menikmati hari-hariku seolah aku hanya hidup untuk hari itu saja. Barangkali kau tidak harus mengikuti caraku, kau tentu memiliki impian dan cita dihari depan, dan hari ini kau mempersiapkan semuanya untuk hari berikutnya: mulai dari menabung sisa uang jajan, mempelajari ilmu pasti, kuliah, minum susu sebelum tidur, laripagi, melakukan penelitian, menulis riset, menjahit supaya tidak cepat pikun, membaca buku, mengatur jadwal, tentunya dengan bekerja keras, dan segala macam daftar mencapai impian lainnya. 

Aku masih tetap menjadi seorang petapa Jurning, seperti kataku dulu saat kau menanyakan apa pekerjaanku. Ah, kau jangan mengira menjadi seorang petapa itu tanpa alasan jurning, semua ini karena aku sebal dengan dunia. Dunia yang menyebalkan, atau aku yang menyebalkan? Soal ini, aku tidak tahu persis, tetapi di umurku yang keduapuluh tahun, dua belas tahun yang laluumurku saat ini 32 tahun—aku benar-benar merasa dunia menjadi sangat menyabalkan. Bagaimana tidak Jurning, seperti kenyataan, dan memang seperti itulah kenyataannya, orang-orang mulai saling tumbuk, dimana-mana selalu saja terjadi pertikaian, tipu-menipu, pesta-pesta setan, lidah-lidah yang suka menjilati apa saja. Belum lagi dengan hingar-bingarnya kehidupan kota, tumpukan pengemis, anak jalanan, dan pengamen, menjadikan kolong jembatan dan jalan layang sebagai tempat berteduh, disebalik deruman knalpot mengeluarkan asap-asap kotor, bunyi klakson yang mampu memecahkan gendang telinga, lain hal tentang pejabat negeri yang semakin semena-mena dengan jabatannya. Bukankah semua itu menyebalkan Jurning? Aku capek, aku tidak bisa menikmati hari-hariku di kenyataan yang sebegitu kacaunya, itulah satu-satunya alasan kenapa aku memutuskan untuk menjadi seorang petapa, yang sudah sejak dua belas tahun kujalani, menyambangi setiap gua-gua paling angker didunia, sebab didalam gua aku merasa tenang, pikiranku menjadi aman-aman saja. Barangkali kau juga tidak harus setuju dengan ini.

Seperti itulah keadaanku saat ini, terkadang aku berharap bisa menjadi Tuhan dan menciptakan duniaku sendiri, dimana setiap makhluk hidup yang menempati duniaku harus membayar pajak perbulannya dengan tarif yang telah kutentukan. Maksudku, aku bukan mungkar kepada Tuhan, tetapi lihatlah Jurning, lihatlah mereka yang menggusur rumah-rumah warga, meratakan suatu pemukiman warga dengan buldoser yang kemudian akan dibangun sebuah gedung raksasa kokoh mengangkang sombong. Bukankah mereka melampaui Tuhan? Bukankah mereka yang lebih mungkar? Seoalah lahan itu milik nenek moyangnya, seolah tanah itu dititiskan Tuhan hanya untuk menjadi miliknya saja. Padahal, kita memiliki hak yang sama, memiliki semua yang ada didunia, menikmatinya bersama, dan menjaganya. Begitulah, betapa mungkar mereka, sangat mungkar, dan akan tetap menjadi mungkar, orang-orang mungkar yang akan dicampakkan ke neraka.

Jurning tercinta,

Entah bagaimana harus ku akhiri surat ini. Mungkin harus dengan membuat sebuah pengakuan sebagaimana aku mengawali surat ini dengan sebuah pengakuan.

Jurning yang manis, sangat manis, dan akan selalu manis.

Mungkin sebaiknya aku mengakui saja bahwa aku sangat mencintaimu. Hanya dengan kalimat pengakuan ini aku bisa mengakhiri suratku kali ini.

PS: Kau tak perlu membalas surat ini Jurning, esok hari kukirimi kau surat cinta lagi.

~Dari gua penuh cinta


dikirim oleh @ahmad92

Selamat Satu Tahun ‘Bertemu’

 Kepada @lovepathie -

dear Path,

sudah setahun ya, sejak kita saling ‘menemukan’ di sebuah dunia kecil seratus empat puluh karakter. ‘menemukanmu’ serupa diberi kado kecil berpita ungu yang terbungkus kertas indah. seolah peri langit turun meletakkannya di depan pintu takdirku. membuka kotak itu, aku lalu menemu ‘sesuatu’ yang luar biasa, istimewa.

sudah setahun ini kita tanpa tatap, hanya ratusan emoticon (:), :), ({}) ) dan kata-kata yang diantar kabel-kabel tak terlihat. waktu, ya aku berterima kasih pada waktu yang mengakrabkan kita, mendekatkan tatap yang tercekat jarak itu. bagiku, kau bukan lagi sekadar teman tapi adik baru, hadiah langit untukku. mungkin DIA mengirimmu untuk menambah warna di setapak hidupku. denganmu aku bisa bercerita banyak, membagi suka dan tawa, serta sedikit airmata.

terima kasih Path, untuk ada-mu setahun ini. kelak, aku (percaya) tanganNya akan mendekatkan, mempertemukan kita. jika saat itu tiba, aku sudah bersiap menerima curahan bahagia di dada, karena bisa memelukmu bukan dengan kata dan simbol lagi, tapi dengan kedua tanganku.
sudahlah Path, selamat satu tahun “bertemu”.

dikirim oleh @ama_achmad

Tuhan, Apakah Jatuh Cinta Itu Dosa?

Kepada Dzat yang membolak-balikan isi hati

Dear Tuhanku,
Sujud syukur  kepada-Mu yang masih memberiku nafas sampai hari ini. Sujud syukur kepada-Mu atas segala kebahagian dan kesedihan sehingga aku dapat merasakan betapa nikmatnya hidup yang Kau berikan Tuhan.

Tuhanku,
Kau pasti lebih mengenal aku daripada diriku sendiri,  Kau pasti tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini. Yaa,, Kau pasti tahu kalau aku sedang mengagumi sesosok mahluk ciptaan-Mu.

Tuhanku ...
Entah kenapa aku selalu bahagia tiap aku bertemu mahluk ciptaan-Mu itu, aku bahagia tiap lihat senyumnya kepadaku saat kami berpapasan, aku bahagia saat dengar suara beratnya menyapaku.

Tuhanku,
Perasaan apa yang Kau anugerahkan kepadaku ini? Apakah ini yang disebut jatuh cinta, Tuhan?

Tuhanku,
Apakah jatuh cinta itu dosa? Saat aku selalu memikirkan mahluk ciptaan-Mu itu yang belum menjadi muhrimku. Apakah jatuh cinta itu dosa? Saat aku merindukan mahluk ciptaan-Mu itu yang belum menjadi muhrimku. Apakah jatuh cinta itu dosa? Saat aku ingin memeluk dan menggenggam tangan mahluk ciptaan-Mu itu yang belum jadi muhrimku.

Tuhanku,
Jika jatuh cinta itu dosa, jadikan dan ridhoilah mahluk ciptaan-Mu itu sebagai muhrimku agar aku tidak terjebak dalam murka-Mu.Jika jatuh cinta itu dosa, balikkan-lah hatiku hanya kepada ketetapan-Mu karena hanya Engkaulah Dzat yang mampu membolak-balikan isi hati mahluk ciptaan-Mu.

Tuhanku,
Jika benar aku jatuh cinta, aku tak ingin cintaku kepada mahluk ciptaan-Mu itu melebihi cintaku kepada-Mu. Jika benar aku jatuh cinta, aku ingin memiliki mahluk ciptaan-Mu itu atas restu-Mu
Demi restu cinta-Mu Tuhan.

@aMandayuu


dikirim oleh @amandayuu

Dear God

Dear God,

Hai, Tuhanku ! Bagaimana kabar-Mu? Apakah surga masih semenarik di bayanganku? Bagaimanakah dengan neraka? Apa lebih ramai dibanding surga? Hii.. bulu romaku langsung bergidik ngeri saat kuingat tentang neraka.

Ohh.. ya semoga Kau tidak tersinggung dengan basa-basiku tadi. Maafkan hamba-Mu ini yang lancang menyapa-Mu seperti itu. Sungguh, bukan maksudku untuk melecehkan-Mu. Aku hanya ingin kita akrab layaknya seorang sahabat pena. Maka dari itu aku putuskan untuk berkirim surat pada-Mu. Alasannya, karena aku sangat yakin dan tahu bahwa Kau satu-satunya pendengar sekaligus penyimpan rahasia yang terbaik. Kau selalu ada untukku.

Sebelumnya, aku ingin menyampaikan rasa terima kasihku atas kesempatan yang diberikan selama ini. Terima kasih sudah mengijinkanku mampir di dunia fana ini. Beribu-ribu rasa syukur aku hantarkan atas nafas dan hidup yang Kau sudi berikan hingga sekarang. Kau memang Maha Pemurah. Aku tidak akan melupakan kebaikan dan jasa-Mu yang satu itu. Tidak akan pernah. Sebagai balasannya, aku berusaha untuk terus berada di jalan-Mu. Memenuhi kewajibanku untuk bertemu dengan-Mu sebanyak lima kali kecuali, saat berhalangan atau melalaikannya. Hehehe.. aku tidak jauh beda ya dengan hamba-Mu yang lain? Lucunya, ketika aku sedang merajuk pada-Mu aku akan lebih sering menemui-Mu. Persis seperti seorang lelaki yang melakukan pendekatan kepada seorang perempuan yang disukainya.

Sebenarnya melalui surat ini aku ingin bertanya banyak hal pada-Mu. Menanyakan semua pertanyaan yang belum aku temukan jawabannya. Pada akhirnya apa Kau tahu, Tuhan? Semua pertanyaan yang berkecamuk itu berujung pada rasa gelisah. Sekali lagi aku tekankan, aku bertanya pada-Mu karena Kau Tuhan yang Maha Tahu dan aku sangat berharap bisa segera mendapatkan jawabannya.

Tuhan, aku tahu Kau Maha membolak-balikkan hati. Aku, Hawa tengah jatuh hati pada seorang Adam tetapi mengapa Adam belum membalas cintaku? Aku yakin ini bukan karena Adam telah memakan buah kuldi. Kenapa justru seorang Hawa lain yang disukainya? Kenapa bukan aku? Apakah konsep jodoh berlaku disini? Kumohon Tuhan, tautkanlah hatiku dengan Adam. Aku ingin janji sehidup sematinya dipersembahkan untukku. Aku benar-benar sudah kehabisan kata-kata memandangi betapa masterpiece-Mu yang bernama Adam itu adalah makhluk tertampan, terindah, dan paling menggoyahkan imanku.

Aku teringat dulu pernah ada seorang kakek bijak yang berkata padaku bahwa tidak pernah ada cinta yang bisa dimiliki oleh manusia, kecuali cinta dari Sang Pencipta ─ yang tidak akan pernah berpaling dari manusia dan selalu mencintai makhluk terbaik ciptaan-Nya. Sang Pencipta tidak pernah memberikan apa yang manusia pinta, seperti cinta tetapi ia memberi apa yang manusia butuhkan. Apa perkataan kakek itu benar, Tuhan? Tetapi mungkin yang sekarang aku butuhkan itu cinta. Sebab hidup tanpa cinta itu bagaikan langit tanpa bintang, Tuhan.

Tuhan, aku akan jujur kepada-Mu. Aku akui aku hamba-Mu yang tidak luput dari dosa namun tetap gigih mengejar pahala dari-Mu. Aku meminta pada-Mu setelah Kau baca surat ini Kau akan mengabulkan satu per satu mimpiku. Iya, mimpi. Aku tidak sedang tertidur dan bermimpi. Aku serius soal mimpiku ini. Untuk ukuran seorang manusia biasa, mimpiku cukup sederhana. Dalam rapalan doaku coba Kau dengarkan secara seksama apa saja mimpiku yang mana cuma lewat campur tangan-Mu bisa menjadi kenyataan.

Aku rasa untuk sementara cukup sampai disini surat dariku. Aku tahu kau mulai jengah membaca semua surat yang ditujukan pada-Mu di surga. Tentu bukan hanya aku seorang yang mengirimkan surat untuk-Mu. Pasti banyak sekali. Aku sangat tahu Kau sibuk, tetapi besar harapanku Kau segera membalas surat ini. Tenang, aku sudah menyelipkan perangko balasan dan menitipkan surat ini pada Tukang Pos yang lebih unggul dibanding Sinterklas yang hanya bekerja di malam Natal. Selain itu aku juga ingin Kau sampaikan salamku untuk orang-orang yang aku sayangi dan lebih dulu meninggalkanku. Aku yakin mereka semua sedang berada di sisimu. Sampaikan juga rasa maafku pada Nenekku ya, Tuhan. Pokoknya aku kangen mereka semua :’(

Walaikumsalam Tuhanku, Allah S.W.T :*

Hamba-Mu yang selalu mencintai-Mu, @aishaulia

dikirim oleh @aishaulia

Terima Kasih, Maaf, dan Tolong

Hello there, kemarin Jumat saat berkumpul bersama teman SMA aku mencoba merokok. Ugh! Kamu salah besar karena sudah melarang aku merokok. Katamu jangan sekali-kali mencoba karena nanti pasti ketagihan. Apanya yang ketagihan, hisapan pertama saja aku sudah tersedak. Setelah itu mulutku rasanya pahit dan perutku mual. Nggak enak sekali. 

Hey, kalau dipikir-pikir kita nggak pernah kenalan kan? Aduh. Aku tau namamu karena tugas malam keakraban yang aneh itu: harus meminta tandatangan 50 orang senior. Kamu, mungkin malah nggak tau namaku. Aduh lagi. Masa aku harus utuk-utuk datang ke tempatmu dan mengulurkan tangan, ”Kenalan yuk?” padahal selama ini di jejaring sosial kita beberapa kali mengobrol? Malu. 

Di dunia nyata pun, kita juga nggak pernah mengobrol. Sebatas, ”Kak minta tanda tangan dong” dan dijawab ”Ya sini bukunya.”. Apa mungkin karena aku 2011 kamu 2010? Ah, katanya nggak ada istilah senior-junior di kampus kita? Semua itu teman. Atau karena kamu cowok aku cewek? Eh eh, nggak nyambung ya. Hehe, maaf. 

Jadi, kalau kita nggak pernah kenalan dan nggak pernah ngobrol di dunia nyata, kenapa sebegitu berani kamu melarang aku untuk mencoba merokok? Kamu siapa gitu? Temen, kan nggak pernah kenalan dan ngobrol? Hehe. Saudara? Sahabat? Guru? Dosen? Dukun? Nah lho apalagi tuh! 

Ah tapi sudahlah, yang penting aku sudah mencoba seperti apa sih rasanya merokok dan sama-sekali nggak menikmatinya. Terimakasih, untuk pernah peduli dan melarang aku. Tapi maaf, aku tetap mencobanya. Dan tolong akui, bahwa aku sudah hebat karena tidak kecanduan. Hehe.. 

Kamu juga boleh lho mencoba merokok, buat pengalaman aja! Jadi ketika kamu bilang merokok itu nggak enak, itu karena kamu pernah mengalaminya.

Have a beautiful morning, there :)

dikirim oleh @danastrias

Yang Membuatku Jatuh Cinta Setiap Hari

Untuk dua kekasihku yang ganteng: Umar dan Salman.

Ini surat cinta pertamaku. Aku ingin menuliskannya untuk kalian berdua supaya adil dan tak ada yang saling merebut hanya karena aku membuatnya satu saja.

Umar,
Kamulah cinta pertamaku yang selalu kutunggu hadirnya. Senyum manis dengan kerling mata genit sungguh membuat siapa pun terpesona. Sapa ramahmu pada semua orang membuatmu banyak dikenal. Riang tawa candamu dan tak peduli apa kata orang, tak menyurutkan tingkahmu yang selalu ingin tampil eksis narsis. Tapi aku suka. Aku suka apa yang ada padamu.

Matamu selalu menyimpan banyak pertanyaan yang harus kujawab setiap harinya. Bila aku tak sanggup menjawab, maka kuajak kamu membuka buku dan mencari jawaban yang tepat. Kamu pun mengangguk puas dan memelukku erat.

Jangan pernah tinggalkan aku. Oh sungguh, aku tak akan sanggup jauh darimu walau sejenak. Aku telanjur jatuh cinta padamu. Aku selalu meleleh melihat senyummu dan ciumanmu yang bertubi. “Aku sayang! Aku sayang! Aku sayang!” Begitu selalu ucapmu padaku dalam pelukan yang erat dan enggan terlepas. Alangkah!

Salman,
Cinta kedua dalam hidupku. Hadir dengan penuh perjuangan dan air mata ketakutanku. Belum sempat kupeluk cintaku, aku takut kehilanganmu meski hadirmu sangat dekat.

Perlahan, tertatih aku membangun rasa percayamu padaku. Aku pernah menolakmu. Aku pernah membencimu. Bukan, bukan karena tak mau menerimamu, tetapi karena aku takut kamu kecewa dan sakit hati. Duhai, jika saja kamu mengerti alasanku itu…

Karenanya, kamu pun menjadi amat tergantung dan berlindung padaku. Kamu sulit memberikan senyummu untuk orang lain. Rasa curigamu begitu kuat hanya karena kamu begitu defensif. Kamu tak mudah percaya. Kamu takut penolakan. Oh, aku bersalah padamu. Aku yang membuatmu seperti ini. Pangeranku, bukan maksudku…

Cintaku, ketahuilah bahwa aku sungguh sayang padamu. Tak akan kubiarkan orang lain menyakitimu. Mereka harus melangkahi mayatku dulu sebelum bisa menyentuhmu. Sepenuh jiwaku, semampuku berikan yang terbaik untukmu, tak peduli apa pun. Aku harus melindungimu. Kamu yang rapuh, tak akan pernah kulepas sampai kapan pun. Jangan pernah ada lagi air mata. Cukup ujarmu selalu, “I love you, Baby,” padaku dengan senyum malu-malu yang membuatku semakin cinta.

Dua pangeran terkasihku,
Kalian permata hidupku. Semesta cinta yang niscaya. Tuhan berikan kalian dalam keseharianku dengan segala kelebihan dan kekurangan. Aku tak pernah menuntut kalian untuk sempurna. Tak akan. Cukup, jadilah kekasihku yang selalu mencerahkan hidupku setiap hari.

Wahai pria-pria gagahku,
Kekuatan yang tersembunyi di balik tubuh kalian sungguh luar biasa. Energi kalian yang seperti tak pernah habis membuatku semangat setiap hari. Terkadang, akulah yang lebih dulu kalah ketika sedang bersama kalian. Lalu kalian meledekku, “Yah, kalah deh! Kita dong, masih kuat!” dan kita bertiga tertawa lepas. Tentu saja, kalian dua pria perkasa. Haruslah kuat!

Aku tak akan berpanjang-panjang dalam menulis surat ini. Tak lagi kupunya kata yang bisa menjelaskan segala rasa di hati. Tiada lagi warna yang mampu melukiskan indahnya hari-hariku bersama kalian. Sungguh tak akan sanggup aku berpisah dari kalian. Maka ijinkan aku tetap bersama kalian hingga akhir hidupku.

Umar dan Salman,
Permata hati terbaikku. Hadir dari tubuh dan jiwaku utuh. Teruslah tumbuh semakin kokoh dan tangguh. Berkembanglah semakin cerdas dan berbobot. Doaku untuk kalian tak akan pernah surut dan lepas. Biar Tuhan jadi saksi, aku akan selalu ada untuk kalian.

Umar dan Salman,
Tak apa bila suatu saat kalian pergi dariku karena menemukan cinta lain yang harus kalian dahulukan. Cintaku harus bisa belajar melepas kalian untuk kehidupan baru yang akan kalian bina nantinya.

Umar dan Salman,
Terima kasihku tak terucap di bibirku karena haru yang menderas di jiwaku karena memiliki kalian. Semesta jadi saksi, tentang segala yang seharusnya terungkap.

Depok, 14 Januari 2012

Sepenuh cinta,
Aku, yang mencintai bahkan sebelum kalian hadir.

PS: Jangan pernah memanggilku Mama atau Ibu. Cukup sebut saja Bunda. Nah, peluk dan ciumlah aku sekarang! ;)

dikirim oleh @andiana

Surat Cinta untuk Ibu

Ibu,
Ini aku, anak perempuanmu yang sudah besar tapi belum bisa apa-apa.

Ibu,
Jika aku tak sepaham denganmu, bukan berarti aku tak sayang padamu. Aku hanya ingin kau memahami jalan pikiranku. Jika aku diam, bukan berarti aku menyembunyikan sesuatu dan tak ingin bicara padamu. Aku hanya tak ingin membuatmu khawatir. Jika aku membantah, bukan berarti aku tak menurut padamu. Aku hanya belum sanggup melakukan apa yang kau mau.

Ibu,
Maafkan aku. Maaf, karena diusiaku sekarang, aku belum bisa membahagiakanmu. Kadang aku merasa masa kecilku justru membuatmu lebih bahagia dengan nilai-nilai sekolahku yang menjulang. Tak seperti sekarang. Maaf, karena disaat kau terbaring sakit seperti sekarang ini, aku masih tak tau harus berbuat apa untuk mengurangi nyeri ditubuhmu. Maaf, karena memikirkan hidupku, kau jadi sering terbaring sakit.

Ibu,
Terima kasih, selalu membangunkanku pagi-pagi untuk berangkat sekolah, dulu. Terima kasih, atas segala cahayamu yang menerangi hari-hari gelapku. Terima kasih, untuk air susu yang tak pernah sepeserpun kau minta bayarannya dariku. Terima kasih, selalu menyiapkan bekal makan siangku sampai sekarang ini. Terima kasih, atas hidup yang kau warnai dengan caramu sendiri.

Ibu,
Terimakasih atas cinta tanpa syarat yang kau hadiahkan untuk hidupku.

Dari anak perempuanmu yang kau bilang belum becus untuk mencari seorang lelaki yang bisa menjadi pendamping hidupku.

dikirim oleh @bublespuff

Untuk Anakku

Nak, saat kamu membaca surat ini, mungkin ayah masih ada, atau mungkin ayah sudah tak ada lagi. Tapi apapun itu, sebelum kau mulai membaca kau harus tahu bahwa ayah sangat sayang padamu.

Ayah menulis ini jauh sebelum kau ada. Tapi ayah tahu bahwa kelak saat kau hadir ke dunia ini, ayah pasti akan sangat mencintaimu. Ya, ayah tahu itu. Bahkan lebih daripada ayah mencintai ibumu. Tentu saja, kau darah daging ayah. Dan ayah akan tetap mencintaimu tak peduli kau laki-laki atau perempuan.

Ayah akan berusaha keras membahagiakanmu jika kita sempat bertemu kelak. Ayah akan memberikanmu semua yang terbaik. Kau akan belajar di sekolah terbaik. Mungkin kau ingin jadi insinyur, atau dokter, atau pakar IT sukses. Ayah berjanji akan mengusahakannya. Bahkan jika kau ingin bersekolah di luar negeri, ayah akan mengabulkannya.

Kita akan pergi berlibur paling tidak setahun sekali. Ayah akan membawamu ke Paris, ke Venesia, ke New York, ke Hawaii, ke Santorini, dan ke berbagai belahan dunia yang lain. Kau harus belajar berbagai kebudayaan di seluruh dunia. Karena kelak kau akan menjadi warga dunia.

Kau pasti mewarisi bakat seni ayah. Kau akan menjadi musisi yang hebat. Jangan khawatir, ayah akan membelikanmu apa yang kau butuhkan. Gitar listrik, saxophone, drum, atau grand piano. Penting untuk bakatmu, nak. Kita juga akan menonton konser-konser klasik di seluruh dunia untuk memperluas pengalamanmu. Kau juga akan belajar pada musisi-musisi terkemuka. Ayah akan mengusahakannya.

Sekarang, untuk bisa bertemu denganmu, ayah harus segera menemukan ibumu. Doakan ayah, ya. Agar bisa mendapatkan ibu yang terbaik untukmu. Ibu yang bisa membantu ayah memberikan segala yang terbaik untukmu. Kau tahu ayah terlalu sibuk membantu musisi-musisi muda mengembangkan bakatnya, jadi tak sempat mencari penghasilan tambahan. Tapi jangan khawatir, ibumu nanti pasti mampu membantu kita. Ayah pasti bisa menemukannya.

Sudah dulu ya nak, Ayah sayang padamu.

dikirim oleh @bernardls

Kepada Kamu yang Selalu Menyayangiku

Selamat pagi, sayang. Pagi ini aku hendak menyapamu dengan hangat, sehangat rasa sayang selalu saja kamu persembahkan untukku setiap harinya. Tanpa ego. Tanpa amarah. Kamu tentu saja masih ingat, sesaat sebelum tidur semalam kita bertengkar. Walau menyisakan tangis, tapi ini belum termasuk pertengkaran kita yang hebat. Saling menyalahkan sudah pasti. Tetapi, yang selalu kusukai ketika kita bertengkar, ialah fakta bahwa kita tetap saja akan kembali lagi, tak lama setelah kita menjauh. Kembali saling menyayangi. Kembali saling mengkhawatirkan, walau tersamarkan oleh gengsi.

Ketika bangun pagi, hal pertama yang kulakukan ialah mengecek pesan darimu di handphoneku. Kalimat ‘aku sayang kamu’ yang setia kamu selipkan di setiap pesan pagi darimu itu selalu bisa menjawab keingintahuanku, apakah kamu masih masih tetap menyayangiku setiap pagi, seperti aku juga menyayangimu dengan cara yang sama. Sebut saja aku pelupa, namun kamu selalu berhasil menunjukkan kepadaku melalui perhatianmu, hal-hal kecil di diriku yang selalu kamu ingat, kesetianmu, dan kesabaranmu, bahwa kamu memang sungguh menyayangiku.

Hari ini tanggal 14 Januari 2012. Genap setahun lebih satu bulan kita bersama. Kamu sering bilang, kebersamaan itu jangan dihitung berapa lamanya, tetapi untuk dijalani. Namun aku terlalu bahagia, sayang. Tak bisa kugambarkan dengan persis bagaimana bahagianya aku semenjak bersamamu. Bagaimana bisa aku tak menghitungnya sementara bersamamu ialah tiap helaian nafas yang kusyukuri.

Selamat setahun sebulanan, sayang. Tetaplah berjalan di sisiku, menemaniku. Membisikkan cinta setiap ku lupa rasanya. Menggenggam jemariku tuk selalu berjalan di sisimu. Mendekapku dikala nyaris jatuh bertubruk dengan ego. Meluluhkan amarah yang bisa saja menyakitimu.

Menyayangiku.

Seperti aku menyayangimu.

Selalu.


Dari yang tak akan pernah bisa terlalu jauh darimu.

-Beatrice-

dikirim oleh @beatricearuan

Halo, Lelaki dengan Vespa Batik. Ya, kamu.


Untuk @Petani_stress

Hai, ini aku. Teman masa kecilmu.

Agak aneh rasanya menulis surat untukmu, aku grogi, entahlah.

Semoga kau senang menerima surat dariku.

Kau ingat aku? Saat itu kita masih SD, aku duduk bangku urutan belakang.

Kenapa aku lebih suka duduk di belakang? Karena disitu lah tempat paling nyaman untukku agar bisa memandang dirimu lebih lama.

Ya, aku selalu memperhatikanmu.

Kau ternyata anak mami. Aku tahu itu ketika jam istirahat Ibumu datang dan membawakan bekal makanan untukmu, dan menyuapimu.

Oh, aku sungguh iri. Kau terlihat manis dan makan dengan lahap.

Ya, itu sekilas kenangan tentang masa kecil kita. Tak akan kulupa.

Aku yang dulu menjadi teman kecilmu, sekarang telah menjadi seseorang yang kau tempatkan jauh di lubuk hatimu. Aku kekasihmu. :')

Pernahkah kau menyangka kita akan menjadi pasangan kelak?

Kau tumbuh dewasa dengan sempurna. Tampak sangat tampan. Sekarang kau punya sahabat baru ya?

Itu, vespa batik yang setiap hari kau naiki? Boleh aku diboncengnya?

Selamat pagi, kekasihku.

dikirim oleh @cindyvolta

Surat untuk Penjelajah Cinta

 Hei kamu...

Tahukah kalau pagi ini aku kembali menangis? Berduka atas hatiku yang kembali remuk atas kebodohanku sendiri?! Aku sudah berusaha untuk berlari dari arah yang berlawanan, tapi kenapa kita bertemu kembali di satu titik yang sama?

Hentikan, aku mohon.

Untuk terus diam dan membusuk dalam hatiku. Untuk terus tertawa dan membuatku menangis. Untuk terus merayu dan memupuskan harapanku. Tidak cukup bagimu saat meruntuhkan kepercayaanku padamu?!

Aku tahu. Ini lebih terdengar seperti surat ratapan dibandingkan surat cinta. Namun, aku menulisnya karena terlalu sadar masih mencintaimu.

Penjelajah Cinta, aku senang kita pernah pergi bersama-sama. Mengarungi samudera hati dan bentang langit kasih sayang. Sekarang, aku sendiri lagi dan melihatmu berpetualang dengan yang lain.

Terima kasih untuk air matanya.

dikirim oleh @erlinberlin13

Tadinya Musuhan, Sekarang Sahabatan


14 Januari 2012

Selamat pagi! Ini surat cinta pertama #30harimenulissuratcinta ku tahun ini lhoo.. Begitu spesialnya kamu buatku saat ini. Sampai akhirnya aku menjatuhkan tujuan pertama surat cinta pertamaku tahun ini, buatmu. Ihiiiy!

Kamu tau, aku bersemangat sekali bangun pagi hari ini. Sangat bersemangat, sampai jantungku berdegup kencang begitu aku membuka mata subuh tadi, dan ingat hari ini adalah hari SABTU! Yeay!!!

Bagaimana kabarmu hari ini? Seperti janjiku padamu dari dua bulan lalu, aku akan menemuimu seminggu sekali, setiap hari sabtu. Pagi ini aku menemuimu, lebih pagi dari sabtu-sabtu sebelumnya. Menemuimu setiap sabtu adalah saat-saat menegangkan, sama menegangkannya seperti saat bertemu dengan cinta lama. Cemas sampai kadang keringetan dingin, deg-deg-an, penasaran, dan excited! Mwahahahaha!!

Sebenarnya, aku heran dengan diriku sendiri, kenapa aku begitu bersemangat akhir-akhir ini mendekati hari Sabtu, mendekati hari-hari bertemu denganmu.  Padahal kalau kamu tau, aku dulu sangat tidak menyukaimu. Sama sekali! Buatku, bertemu denganmu itu seperti bertemu dengan objek dalam mimpi burukku, menakutkan. Kamu dulu itu semacam musuh buatku. Aku enggan membicarakan tentangmu. Kalau orang-orang mulai bertanya berapa angka yang ditunjukkan ketika bertemu denganmu, aku akan langsung mengalihkan pembicaraan. Dulu aku sering kali berpendapat, bahwa selamanya aku akan seperti ini, tidak akan pernah berteman, atau bahkan bersahabat denganmu. Keras kepala, iya, itu aku yang dahulu. Sampai kemudian, ada beberapa kejadian yang bikin aku berubah, kejadian itu kemudian mengubah pola pikirku, bahwa ini harus aku lakukan, buat aku dan buat anak dan cucu-cucuku kelak, maka hari itu, dua bulan yang lalu, kita mulai berteman dan bertemu setiap Sabtu. Hihihi

Sudah hampir dua bulan kita temenan akrab. Aku merubah pola hidupku, pola makanku, sudah tidak pernah lagi minum minuman manis, sebaliknya sangat mencintai dengan air putih sekarang, sangat mengurangi makan gorengan, berteman dengan buah-buahan, dan mulai berolahraga. Tujuanku yang utama, aku pengen hidup lebih lama, pengen saat aku bersama cucuku kelak, aku sehat, biar aku bisa menemani mereka bermain. Jika jarummu menunjukkan jumlah yang lebih kecil dari minggu sebelumnya, itu adalah bonus. Bonus tiap hari Sabtu yang aku dapatkan untuk usahaku selama satu minggu.

Sekian dulu surat cintaku buatmu, neracaku. Semoga kita bisa tetap bersahabat yaa.. *toss!*

Salam hangat,
Aku

dikirim oleh @ccitraa

Dear Dearly Demented

dear dearly @upinapon

Yo davy jones, do you remember me..

aku mungkin putri abumu. aku tidak terlalu putih dan terang di depanmu. aku mungkin beast dan bukan belle
aku mungkin catastrophe untukmu. tapi aku sangat sayang kamu fon :)

dengan apapun kamu itu.. sikapmu ke aku.. udah cukup buat bisa sayang kamu segininya. oh, well..aku bukan pemain kata seperti kamu. aku ya aku..yang mengingatmu dalam setiap sadar dan tidurku. yang menuangkanmu dalam kilatan mouse yg bergerak di tab coreldrawku. di setiap garis, warna, contour, weld..yang aku ingat cuma kamu. dan ketika gambar itu jadi..yang aku sebut kamu.

teruntuk obyek gambarku yg paling rumit dan ganteng selangit. mungkin keberadaanku kecil di matamu, ataupun besar aku tidak tahu. yg aku tau aku sayang kamu..mau aku ulang perkataanku barusan gak akan ada habisnya. lebih mudah untuk melukiskannya dalam gambar ternyata. hahaha. semoga kamu sehat selalu.. semakin sibuk kamu di kegiatan kamu. aku tau makin susah waktu untuk kita bertemu.

tapi ingatlah aku..walau secuil kue cubit. walau kue cubit itu setengah gosong karena terlampau lambat menyadari. karena terlanjur banyak salah padamu. ya..

tapi ada aku kalau kamu butuh. ada aku disaat kamu lelah. ada paradise di mataku saat melihatmu :)

aku ngetiknya sambil dengerin paradise coldplay haha. dan mendadak semua blur..it's seems wonderlusting..

sepi loh pas nulis ini di sini.. coba ada kamu..bahkan pajawan yang cuma sedia mie dan burjo terasa mewah :)

semangat. tetap tinggi raih semua yang kamu mau. you have your world :)

love yer..

dikirim oleh @beatdbandit

Teruntuk Ayah di Papua

Selamat pagi, Ayah. (Ahh, mungkin sudah bukan pagi lagi ketika kau membaca suratku ini.)

“Aku sayang ayah”

Yah, ingin rasanya aku sampaikan kalimat itu langsung padamu. Bukan lewat telepon, sms atau bahkan lewat surat ini. Aku ingin bertemu langsung denganmu,Yah.

Bagaimana kabar Ayah di sana? Sehatkah? Jangan sakit ya, Ayah. Tolong tetap selalu sehat hingga nanti, kita bisa bertemu kembali. Entah kapan, entah bagaimana mungkin kelak aku yang akan menyusulmu. Atau mungkin kau yang tiba-tiba datang ke hadapanku.

Ayah, aku merindukanmu. Merindukanmu setiap nasehat yang kau beri di setiap pagi. Rindu perdebatan kita akan sesuatu. Bukankah sudah lama kita tak berbincang dengan nada tinggi yang seru?

Aku rindu pula masakanmu, Yah. Mencampur segala macam bahan makanan yang ada. Kemampuan masakmu tak berkurang kan,Yah? Ayah, hampir satu tahun kita tak bertemu. Tak henti-hentinya doa aku panjatkan bagimu. Doakan pula anakmu ini ya,Yah. Jangan lelah mendoakanku. Jangan pula sakit karena terlalu banyak memikirkanku. Jangan sedih karena sikapku. Terus jaga kesehatan

“Aku sayang ayah”


dikirim @cha_snuballz dari http://chasnuballz.tumblr.com/post/15798152494/1-teruntuk-ayah-di-papua

Surat Usang

Prolog:

Hari ini, 14 Januari 2012, aku sebenarnya tengah berada di Bandung. Mencoba menyegarkan penat Semarang yang makin lama mejenuhkan tulisan-tulisanku. Tapi ternyata masa lalu juga menggelayutiku hari ini. Setelah kutemukan secarik kertas surat yang usang, di dalam laci mejaku di sudut kamar yang telah lama usang karena keluh kesahku. Entah siapa yang menulis ini. Aku tak ingat. Yang ku ingat hanyalah, aku telah menemukan surat usang ini beberapa jam saja sebelum aku berangkat. Yang aku ingat hanyalah, surat ini memaksaku duduk termangu untuk membacanya di ujung ranjang yang penat. Membuatku terlambat menuju Negeri Parahyangan.

Isi Surat Usang Itu:
: untuk N
Maafkan aku karena tidak menyertakan senja bersama dengan surat ini, seperti yang dilakukan Sukab pada Alina. Aku tahu, aku juga ingin mengajakmu untuk menatap keindahan senja yang bergurat-gurat indah di cakrawala. Tapi aku sedang tak ingin mengguyuri keindahan bumi ini dengan asinnya air laut, dan membuatmu melayang-layang sepi di atas Himalaya tanpa ada aku. Aku tak ingin pula memerangkap kembali tukang pos yang malang itu di dalam amplop hanya karena sepotong senja.
Aku hanya tak ingin menambah kekagetanmu. Tentu aku membayangkanmu akan terkejut setengah mati ketika menerima surat ini. Tapi, aku juga selalu membayangkanmu tersenyum-senyum malu ketika membacanya. Seperti saat kita pertama kali berada berdua di sebuah pantai tak berpasir. Atau seperti saat kita berdoa bersama di bawah masjid-masjid bermenara.
Mungkin kamu masih terkejut dengan tulisanku ini. Karena mungkin kamu telah lelah berharap aku akan menuliskan sesuatu yang romantis untukmu. Mungkin kamu berpikir aku telah kehabisan kata-kata indah untuk kuipersembahkan hanya untukmu. Tetapi bukan itu yang sebenarnya terjadi. Kamu yang telalu indah untuk digambarkan pada secarik kata, sayang. Dan mungkin dengan begitu kamu akan menganggapku penggombal yang tengik, yang hanya bisa mengelak dengan bualan-bualan kosong.
Padahal sesungguhnya aku telah jengah pada kata-kata semenjak aku menemukan cinta itu padamu. Aku benar-benar tak bisa menerjemahkan perasaan paling aneh yang memberangus di jiwaku saat kita tengah berasmara berdua. Mungkinkah itu yang manusia namakan cinta?
Aku selalu menganggap bahwa cinta itu layaknya kontemplasi mistis yang tak pernah bisa paripurna bila terucap dalam kata. Bahkan pertapa paling agung sekalipun tak pernah mau mendeterminasikan pengalaman batinnya hanya dalam kata, dan mungkin hanya pembual lah yang menganggap dirinya mampu menerjemahkan itu dalam kemutlakan makna hanya pada seuntai kata. Itulah cinta bagiku. Cinta yang melampaui kata-kata.
Dan kini, aku bukan sedang ingin membicarakan kata paling ambigu di dunia itu. Karena sejuta kata tak mungkin selesai untuk membicarakannya. Aku tak ingin kamu menjadi terlalu lelah untuk membaca berjuta-juta kata itu, dan matamu ikut bertamabah minus. Aku hanya ingin kamu merasakannya saja. Seperti angin yang kita rasakan saat hujan mengguyuri daun, laut, pepohonan, maupun kucing yang tersesat di atas pohon itu, yaitu ketika kita tengah berada di antara pantai yang tak berpasir pada senja itu.
Dan kini, aku telah berada di senja-senja yang selalu mengingatkanku pada hari-hari itu. Ya, aku tengah berada di Negeri Senja. Di sebuah negeri yang entah di mana. Di sebuah Negeri antah berantah, layaknya dongeng, yang hanya menyajikan senja sejauh lelah mata memandang dan kaki menendang. Tak ada teriknya matahari siang, tak ada kelamnya gulita malam. Senja-senja ini sungguh indah, sayang, mereka begitu indah mengguratkan warna-warna emas kemerahan hingga menembus cakrawala.
Aku selalu berkhayal bahwa kamu pasti suka jika berada di Negeri Senja ini. Aku selalu merindukan untuk dapat menikmatinya keindahan cahaya setengah mentari yang pancarkan awan keemasan ini bersamamu. Meski terkadang aku juga merindukan untuk melahap pagi, berteduh di antara cahaya siang hari, dan akhirnya terlelap di bawah gemerlap bintang-bintang bersamamu.
Aku mungkin telah menambah lagi kekagetanmu dengan membaca suratku ini. Maafkan aku yang tak sempat pamit, ketika ku harus berkelana ke Negeri Senja. Sore itu, seperti kamu tahu, memang seharusnya aku pergi ke Ibukota. Kereta Senja telah menungguku di stasiun Tawang. Seperti yang kamu tahu, aku ingin menikmati alunan musik yang tengah bereinkarnasi di sana. Tapi sekian menit sebelum keretaku berangkat, aku merasa perjalananku hanya semu.
Ya, tepatnya ketika aku melihat ruang loket baru yang hanya diperuntukkan bagi penumpang khusus. Ya, itu loket untuk menuju Negeri Senja. Sudah lama aku mendengar dan membaca cerita-cerita tentang kereta legendaris yang misterius itu, yang hanya ada di stasiun Tugu, Jogja. Ah, betapa terkejutnya aku saat ku tahu kereta Tujuan Negeri Senja itu juga ada di stasiun Tawang yang lebih sering dibanjiri air daripada penumpang.
Entah apa yang terbesit di benakku waktu itu hingga aku lebih memilih pergi ke Negeri Senja daripada ke Ibukota. Mungkin nanti ketika aku telah mampu merenungi kemelut batinku waktu itu, akan ku ceritakan padamu mengapa aku berada di sini berikut kisah perjalananku. Aku baru sampai ke Negeri Senja pagi ini, tapi di sini yang tampak hanya senja. Mungkin memang di sini memang jam tak lagi dibutuhkan. Mungkin memang hanya jamku saja yang menunjukkan kalau Negeri ini tengah berada di pagi hari.
Di sini tak ada pagi, tak ada siang, tak ada malam, yang ada hanya senja. Waktu seakan berhenti. Begitu pula dengan bunga-bunga yang tak pernah layu. Burung-burung yang tak pernah tertidur. Besi-besi yang tak pernah berkarat. Rumah-rumah yang tak pernah lapuk. Dan, tentu saja orang-orang yang tak pernah menjadi tua.
Aku merasa ada kebahagiaan indah yang terperi ketika ku pertama kali menginjakkan kakiku di sini. Meskipun kini kebahagiaan itu kadang terasa tanpa hadirmu di sini. Aku tahu, dengan begini, kita akan lama sekali tak bertemu. Pada akhirnya, mungkin memang kita diharuskan untuk melalui keterpisahan jarak seperti ini. Ku harap kamu mengerti. Terutama mengerti kerinduanku padamu saat aku berada di sini.
Aku tahu, akan sangat sulit untuk kembali ketika seseorang telah berada di Negeri Senja. Bahkan sebenarnya itu adalah sebuah kemustahilan. Aku hanya bisa berjanji untuk selalu mengirim surat kepadamu. Mungkin memang aku harus berada dalam keabsurdan Negeri Senja ini terlebih dahulu, untuk bisa menuliskan tulisan-tulisan yang selama ini kamu rindukan dariku.
Tetapi, bagaimanapun, aku ingin kamu percaya, bahwa suatu saat nanti aku akan kembali. Meskipun ketika aku kembali kamu sudah menjadi renta, dan aku masih seperti ini, aku akan tetap mencintaimu. Aku hanya ingin kamu mempercayai itu dan menjaga kepercayaanku padamu dengan kenangan-kenangan indah yang pernah kita arungi. Aku tahu, ini hanya sebatas surat yang penuh kata-kata, tanpa ada sepotong senja, tanpa ada setitik hujan, tanpa ada sehelai pelangi yang bisa aku bagikan padamu, kecuali hanya seonggok kata yang sejatinya hanya berisi kerinduanku.
Aku tahu, mungkin suatu saat nanti, ketika kamu tahu cerita-cerita tentang Negeri Senja, kamu akan mengutuki kemustahilan janjiku untuk datang kembali padamu di ujung negeri yang hanya menyisakan sedikit itu. Tapi aku ingin kamu tahu dan percaya, bahwa ketika aku menaiki kereta tujuan Negeri Senja ini kemarin sore, stasiun Tawang tengah banjir hebat dan petugas stasiun lupa untuk meminta tanda tanganku di surat persetujuan untuk tidak kembali. Entah kapanpun itu, yakinlah aku pasti kembali, sayang. Dan ketika hari kembali itu tiba, akan kubawakan cahaya matahari yang hanya nampak separo itu untuk dijadikan lampu di rumah kita nanti, dan juga sekerat senja di tepian gunung sebagai oleh-oleh bagi teman-teman kita.
: salam rindu dari kekasihmu…
Negeri Senja, 9 September 2010
: Ardian Agil Waskito
Epilog:

Begitulah yang tertulis di surat usang itu.
Terlanjur penuh debu, dan mungkin tak berguna lagi saat ini. Entah siapa yang menulis, aku masih tak mengingatnya. Entahlah, mungkin surat ini hanyalah kenangan dari penulisnya yang telah berlalu. Tapi surat ini tetap kulipat dan kukerat dalam amplop yang takkan lagi membuatnya berdebu dan bertambah usang.
Entahlah. Aku tiba-tiba merasa amnesia. Ah, tidak! Aku sekadar menderita identitas disosiatif (split personality) saja.

dikirim @agilunderscores http://underscoresofagil.wordpress.com/2012/01/13/surat-cinta-1/

Untukmu, Biru

Selamat pagi #kamu !

Sarapan apa kamu pagi ini? Kalau aku sudah pasti memulainya dengan secangkir kopi rindu sambil menghirup udara cinta yang segar. Segar karena ada kamu disini, dihatiku.

Aku rindu bayangmu, yang selalu melengkungkan pelangi di hatiku. Dan seketika duniaku tidak lagi abu-abu, setidaknya bagiku.

Aku rindu desah nafasmu yang mengatakan agar aku nyata dan tidak hanya menjadi kenangan belaka.

Aku rindu bibirmu, yang memagut cintamu melalui bibirku. Memabukkan, sama seperti sentuhanmu.

Kamu adalah alasan utamaku untuk bermimpi. Karena entah sejak kapan, aku dan kamu melebur menjadi kita.

Kamu yang tak tergapai, hanya lewat mimpi aku berani berandai. Mungkinkah esok kau akan nyata hadir untukku? Atau selamanya menjadi mimpi untukku?


#aku,
yang (tak pernah lelah) bermimpi tentang #kamu

dikirim @sishinariswari dari http://starrysie.blogspot.com/2012/01/untukmu-biru.html

Kepada Keegoisan Saya

Kepada Keegoisan Saya,

Puas,setelah apa yang telah kamu baca barusan ?

Saya tidak bisa berkata-kata setelah apa yang saya lihat barusan, hanya sesekali menutup wajah saya, dan bekata “Oh, my God” . Apa yang telah saya lihat benar-benar membuat bibir saya bergetar, air mata yang ingin keluar tapi saya tahan karena akan banyak sepasang mata yang melihat sambil bergumam di dalam hati ”Gila, kenapa tu cewe subuh-subuh gini mewek sendirian, di warnet”, maka lagi-lagi si hati yang bekerja keras untuk menutupi kamu hey KEEGOISAN.

Apa kamu ga merasakan apa-apa selama ini?

Setahun, 2 tahun atau bahkan lebih, kamu bersikap kaya gini, pada sahabat saya, sahabat terbaik saya. Apa kamu ga sadar apa yang dia rasakan, waktu kamu bercerita tentang seseorang yang sangat kamu kagumi, sangat kamu kagumi dulu, ah mungkin sampai sekarang. Seseorang yang dia kagumi tapi dia tidak berani mengungkapkan rasa kekagumannya padaku, karena kamu yang memonopoli seseorang itu untuk dirimu, kamu berceloteh tentang masa-masa indah kalian bercanda bersama, bermain gitar - bernyanyi bersama, kamu yang di antarkan pulang olehnya, betapa bahagianya kamu mendapat perhatian yan begitu banyak dari seseorang itu, tapi kamu ga ngerasain bagaimana perasaan dia mendengarkan ceritamu yang selalu saja tentang seseorang itu. Hanya karena menyanyangi dirmu seutuhnya sebagai sahabat, iya kamu si KEEGOISAN.

Sekarang gimana perasaan kamu?


Kalau saya, jujur saya sangat terpukul, semua bagian dari diri saya kecuali kamu, benar-benar sakit. Udah begitu banyak masalah yang kamu ceritain, begitu banyak ketidak-ingin-tahuanmu tentang dia, jika aku jadi kamu, mungkin dulu aku akan lebih perasa, lebih memamhami dia, lebih banyak bercerita tentang ketertarikan berdua pada seseorang itu, kalau aku jadi kamu aku ga akan seegois ini, yang bahkan dia terima sebagai sahabat terbaiknya sampai saat ini.

Kepada Pemilik Keegoisan Saya,
Sayapun tidak tahu jawaban akan semua pertanyaan kamu.
Sayapun tahu waktu tidak bisa diputar kembali untuk tidak menjadi seegois ini.
Maukah kamu dan sahabatmu memaafkan apa yang telah saya lakukan selama ini.
Hanya melewati dirimu yang lain, saya bisa menyampaikan rasa bersalah saya.
Bilang pada dirinya, saya sangat sayang padanya, bila saat itu saya tau bagaimana perasaannya, saya tidak aka SEEGOIS ini.
Tolong sampaikan sekarang juga, sebelum dia membaca kata-kata ini. 
Saya sayang kamu, saya sayang sahabat kamu. Maaf membuat kalian semenderita ini.

*Maaf, aku egois, walau aku tau kamu suka dia, tapi aku selalu menang sendiri, aku yang bodoh, dan kamu yang selalu tersenyum denger cerita-cerita aku. Aku sayang kamu #10 *


dikirim @allitriyas dari http://littlegloomy.tumblr.com/post/15796639758/kepada-keegoisan-saya

Untukmu. Ya, Kamu.

Teruntuk kamu yang masih di hati,

Kamu mungkin tertawa, atau juga bertanya-tanya. Untuk apalagi aku menulis sebuah surat untukmu, saat hubungan kita telah berakhir beberapa hari kemarin? Kau tau, aku bukanlah orang yang mudah bicara secara langsung, jadi ini adalah caraku untuk berbicara padamu. Aku tau, mungkin akan sangat percuma aku menulis surat ini. Tapi buatku, tak ada yang sia-sia dalam sebuah perjuangan. Yah, perjuangan untuk mendapatkan hatimu kembali.

Kamu yang selalu meragukan ketulusanku, kali ini aku takkan banyak berkata-kata dengan puisi atau kata-kata berbunga. Aku hanya ingin kau tau, setiap hari yang ada dalam pikiranku hanyalah dirimu. Bukannya aku tak ingin melupakanmu, sudah ribuan kali bahkan jutaan kali aku mencoba melenyapkan kenangan tentangmu dalam hidupku, aku tak pernah berhasil. Melupakanmu seperti melupakan diriku sendiri. Dan itu rasanya tak mungkin bisa terjadi. Bahkan jika mungkin aku terkena amnesia dan kehilangan ingatanku. Perasaanku tidak juga akan hilang, karena aku tidak menyimpanmu dalam otakku, tapi dalam hatiku.

Aku tidak tahu apakah kamu akan membacaku kali ini, tapi aku percaya sebenarnya di dalam hatimu masih ada namaku. Hehehe…yah aku sedikit percaya diri, karena aku sangat tau tentang hatimu. Kebersamaan kita yang tidaklah mudah sedari awal, membentuk hubungan kita menjadi lebih istimewa dari yang kita duga. Dan kamu jadi teramat istimewa untuk hatiku. Aku takkan mengiba sayang, aku hanya ingin kau tau apa yang sesungguhnya ada dalam hatiku. Meski mungkin kau tak percaya.

Sayang, ini bukanlah surat terakhir yang akan aku tuliskan untukmu. Akan ada dan ada surat selanjutnya, hingga mungkin aku lelah dan menyerah. Atau kau muak dan muntah. Tapi tak apa, hanya ini satu-satunya caraku untuk berbicara padamu saat ini. Kabari aku jika kau rindu, karena pintu hatiku tetap kujaga untukmu. Hingga kau lelah dengan amarah lalu ingin kembali pulang kedalam rumah yang telah kita bangun bersama di dalam hatiku.


Dari aku yang masih mencintaimu.


dikirim @a_metta dari http://halamanjiwasangrembulan.blogspot.com/2012/01/untukmuyah-kamu.html

Dear, You (the one I desperately want to tell that I loved)


Dear, You (the one I desperately want to tell that I loved)
Hai..
Rasanya aneh bicara padamu lewat tulisan.. bukan hanya karena ini kali pertama aku menulis surat.. personal, tapi juga karena.. it’s you I was writing for.
It’s been a while, huh?
Kapan terakhir kita bicara? Atau sekedar saling sapa saat berpapasan di koridor kampus?
Apa kabar?
No?
Oke, mari kita mulai lagi.



Aneh.
Aneh rasanya saat aku mati-matian menyuruh otakku untuk merangkai kata yang akan ku tulis untukmu di surat ini justru membelot. Ia kini malah sibuk memutar kembali memori-memori itu.
Memori yang sesungguhnya ingin aku lupakan saja.
Dan kau tahu apa yang lebih aneh?
Sejuta ‘kenapa’ dan ‘kenapa’ sibuk berkeliaran diantara memori-memori itu.
Dan yang paling aneh adalah, aku masih bisa merasakan perasaan itu.
Meskipun rasa sesak yang mengiringinya sudah jauh berkurang dibanding 3 tahun lalu.
Lebih dari 3 tahun lalu sebenarnya.
Waktu begitu cepat berlalu ya?
Dan baru sekarang aku memberanikan diri untuk menulis surat ini untukmu.
Mungkin surat ini memang terlambat, lebih dari 3 tahun terlambat, but somehow I got the feeling that.. it’s just the way it is.
Mungkin memang sudah jalannya aku baru berani menulis surat ini, dan mengutarakan apa yang benar-benar aku rasakan saat itu.
Aku sakit..
Aku sakit hingga dadaku terasa sesak.
Aku pikir terserang penyakit asma itu menyakitkan, namun sakit yang kurasakan mungkin melebihi asma.
Aku menangis.
Aku menangis hingga berhari-hari. (Jangan keburu tak percaya, aku tak menangisimu secara terus menerus, hanya saja dalam beberapa hari mataku berubah seperti kran yang dilepas sumbatnya setiap kali wajahmu terlitas di benakku)
Aku menangis hingga mataku perih dan akhirnya aku memutuskan untuk memejamkannya hingga pagi menjelang.
Iya, jika kau bertanya apakah mataku membengkak pagi hari itu, kau tau apa jawabanku saat Bunda bertanya ada apa dengan mataku??
Aku jawab, “Semalam aku menonton film India..” dan Bunda percaya. Aku rasa bakat aktingku lumayan juga..
Aku hilang.
Aku seperti kehilangan pegangan.
Karena aku kehilangan mu.
Dan tak hanya kau, karibku pun menghilang.
Aku tau iapun sebenarnya tak tega padaku. Tapi toh pada akhirnya dia pergi juga.
Hariku terasa hampa.
Tak ada lagi “Sudah bangun?” tiap pagi di layar kecil telepon genggamku.
Tak ada lagi “Sudah makan?” yang selalu muncul paling tidak 3 kali dalam sehari di layar yang sama.
Tak ada lagi suara tawa unikmu yang selalu membuatku ikut tertawa meskipun aku tak tau apa yang kau tertawakan.
Dingin.
Kita berdua terdiam.
Saat itu aku marah, dan saat itu kau kecewa.
Aku marah karena dengan mudahnya kau mencari penggantiku, sementara kau kecewa karena kau.. kau.. kau menganggapku tak lebih dari seorang karib. Seorang kari yang seharusnya bahagia saat kau menemukan cinta¸ bukannya marah dan membangun pagar pembatas hingga kau tak bisa lagi meraihku.
Aku menghapus namamu dari telepon genggamku.. meskipun beberapa pesan singkat masih aku simpan.
Meskipun pada akhirnya aku mengganti nomorku, masih ada beberapa pesan singkat yang kau kirim tersimpan rapih.
Aku sengaja tidak berteman denganmu di beberapa jejaring sosial, meskipun aku masih saja mencari tau kabarmu lewat teman lain.
Aku sering mengambil jalan memutar saat aku tau kau berada di jalur yang akan ku lewati, itu kenapa kau hampir tak pernah melihatku di kampus.
…karena aku selalu melihat mu.
Tertawa disana dengan beberapa teman baru kita, lalu memutuskan untuk berbalik arah mencari jalan alternative. Saat itu aku sama sekali tak peduli meski kakiku terasa sakit karena berjalan terlalu jauh. Karena dengan sedikit pijatan, kaki-kaki pegalku bisa kembali nyaman.
Namun tidak dengan hatiku.

I loved you.
That was the exact reason why I did those.
I loved you to the point that I was so sure that you were my first love.
I loved you that it was hurt to see you smiling those smile for her.
I loved you that it excruciating to even befriended again with you.
I loved you that it was difficult for me to move on with my life.
I loved you that I developed a trust issues.
I loved you and I never regret that I was.
Because despite the tears shed, the anger bottled up, the ties broken, loving you brought me to him.
The one who stayed. Who offered his shoulders for me to cried on. The one who showed me that the world weren’t so spiteful just because you left.
Him, the one that I love.
Who thought me that..
I loved you.

Sincerely,
Meikaylea.

dikirim @ekyamelia dari http://ekyamelia.tumblr.com/post/15790746479/dear-you-the-one-i-desperately-want-to-tell-that-i

Selalu Ada Permulaan Lain


Selamat dini hari, kak. Surat ini untukmu. Seperti biasanya.

Kali ini remang- remang lampu jalan di luar menyalakan kembali cahaya lampauku. Cahaya yang seluruhnya kamu. Maka lagi- lagi aku harus membiarkan diriku tersilaukan kenang yang  benderang demi merampungkan secarik surat ini. Menelanjangi rinduku sembari membayangkan senyummu.

Kak, mungkin kau perlu tahu. Menulismu selalu tak semudah yang terlihat. Butuh keberanian yang besar untuk menumpahkan asingku pada kata- kata. Sebab kemudian aku akan menyadari bahwa kamu telah benar- benar hilang dari hari- hariku. Betapa bencinya aku ketika harus mengakui bahwa aku menulismu hanya dengan bangunan karakter di kepalaku.

Biarlah aku menyelesaikan sejumput keberanian lain yang kukumpulkan, mendatangimu dengan segenap rindu dalam kata- kata resah yang panjang dan membosankan.

Apakah kau masih ingat aku yang dulu? Si gadis di tahun- tahun pertama sekolah menengahnya. Aku yang sembunyi- sembunyi menikmati canda tawamu. Aku yang pucat pasi tiap berpapasan denganmu. Aku yang begitu payah sehingga tak pernah berani berbicara banyak padamu dulu itu. Dulu, ketika melihat kepulanganmu dari lantai dua sekolah kita merupakan sebuah kebahagiaan yang sederhana dan cukup saja. Klasik.

Aku setengah berharap kau melupakan semua hal- hal memalukan tentangku.
Setengahnya tidak.

Hei, meski aku akan selalu menjadi seperti itu di matamu, bukankah suatu hal yang baik untuk tetap menempati satu bilik ingatan di benakmu? Jika ya, sungguh, aku lebih memilih untuk menjadi si-adik-kelas-payah ini.

Kakakku tersayang, empat musim panas dan empat musim hujan telah berlalu semenjak dini hari pertama yang penuh dengan percakapanku dan kamu. Bagiku ini selalu tentang kau, si kakak kelas dengan rambut kepanjangan yang selalu dihukum guru konseling. Kakak kelas manis dengan kerlingan nakal dan senyuman tengilnya. Kakak kelas dengan pemikiran- pemikiran dan ekspektasinya yang begitu besar pada dunia.
Waktu berlalu dengan tega. Begitu cepat. Begitu menyakitkan.

Jadi kak, jangan hentikan aku untuk menyimpanmu dengan apik di geligi memoriku. Sebab di sana kau adalah apa yang hanya kukenal. Selalu kau yang seperti itu.

Kakak, ini adalah surat pertamaku dari tiga puluh hari ke depan. Meski telah kutulis beratus surat untukmu dari jauh hari yang lalu, meski akan masih ada yang lain setelahnya, jika ini adalah permulaan lain yang kudapat,

.
ketahuilah bahwa aku memulainya dengan kamu.

.
Akan lebih banyak surat datang untukmu, kak.
Memikirkannya saja dadaku bergemuruh. Aku tak ingin surat ini sampai kepadamu sebagai satu dari sekian yang berserakan di depan pagar dirimu, sementara kau masih tertidur di dalam mabuk oleh anggur yang tak lain adalah kekasih lalumu.
.
Semoga surat ini membawa serta gemetar jari- jari dan cekat di tenggorokanku yang tak mau pergi.
Berjanjilah, bila kelak surat- suratku sampai juga kepadamu, bacalah sampai habis. Sekali waktu rindu ini perlu teralamat. Bukankah kau yang paling mengerti soal itu?
Salam sayang,
Vel.

dikirim @chaoticvel dari http://simfonimimpi.wordpress.com/2012/01/14/selalu-ada-permulaan-lain/

Aku Rindu Kamu, Andre

Hai, Andre. Bagaimana kabarmu? Apakah masih sebaik terakhir aku melihatmu? Aku harap ya, karena aku tidak ingin kau sakit atau kekurangan apapun. Andre, mungkin yang terlintas dibenak dan pikiranmu ketika membaca ini adalah aku norak. Biarlah kamu berpikir aku norak, karena dengan hanya ini aku bisa mengutarakan isi hatiku yang terpendam dan tak tersampaikan kepadamu.

Andre, hari ini genap 14 hari kamu memutuskan hubungan kita dan memilih untuk hanya berteman denganku. Mungkin terdengar berlebihan sampai aku harus menghitung hari-hari yang aku lewati tanpa kamu. Bahkan, kita tidak saling melakukan kontak entah melalui sms, bbm, twitter, maupun telefon karena kamu sudah menghapus kontakku dari bbm-mu, meng-unfollow twitterku, dan mungkin kamu juga menghapus nomerku dari kontakmu.

Andre, jujur sampai detik ini aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa kita harus putus. Tapi aku masih berusaha untuk mengikhlaskan ini semua. Aku berusaha untuk melupakanmu, berusaha untuk tidak memikirkanmu, tapi semua yang aku lakukan nihil. Aku tidak bisa. Cuma 30 hari kita bersama dan itupun kita lalui dengan perselisihan karena kesalah pahaman karena tidak sepemikiran dan juga masing-masing dari kita yang masih mementingkan ego dan tidak berusaha untuk memahami satu sama lain.

Andre, setiap saat ketika sendiri aku akan memikirkanmu, berusaha mencari-cari sosokmu di ingatanku. Bodoh memang jika aku harus melakukan hal itu yang jelas-jelas aku sadari kamu disana tidak memikirkanku bahkan untuk mengingatkupun mungkin tidak terpikirkan olehmu. Semua caraku untuk melupakanmu, untuk menghilangkan perasaanku ke kamu malah membuat aku semakin ingat dengan apa yang telah kita lalui, dengan semua yang kamu ucapkan dan lakukan ke aku. Semua itu membuatku mengurungkan niatanku untuk melupakanmu karena ada pepatah "semakin kamu berusaha melupakan, maka kamu akan semakin ingat". Dari pepatah itulah aku tidak berusaha untuk melupakanmu lagi.

Andre, apakah kamu tau? Aku benar-benar merindukanmu. Merindukan saat-saat kamu berkata manis padaku, memarahiku, menyindirku, meledekku, bahkan aku merindukan kata-kata tajammu yang menyakitkan hati. Aku rindu untuk mendengar suaramu, mendengar tawamu, mencium wangi parfum ditubuhmu, mencium pipimu, dan memelukmu yang lebih besar dari tubuhku.

Andre, aku menyayangimu selalu entah itu akan bertahan sampai kapan, yang aku yakini sekarang adalah aku sayang kamu. Aku hanya bisa berharap kamu mau menemuiku walau aku tau kamu tidak mau untuk melihatku lagi dihidupmu, bahkan aku hanya bisa mendengar kabarmu dari teman-temanku. Di setiap doa yang aku panjatkan, aku selalu meminta kepada Tuhan agar kamu selalu berada dalam lindungan-Nya dan selalu diberi kesehatan.

Andre, jika kamu bahagia, aku juga akan berbahagia untukmu. :)


Dengan cinta,
Adel


dikirim @adlns dari http://adlnslstyngrm.blogspot.com/2012/01/aku-rindu-kamu-andre.html?spref=tw

Tentang Rindu

Teruntuk kekasihku, Auliyah Izzaty.

Ada secuil bahagia yg aku rasakan ketika nantinya kau membaca surat ini. Selain karena mendapat sedikit perhatianmu untuk membaca surat ini, bahagia itu juga datang karna aku merasa geli saat membayangkan bola matamu yg indah itu naik-turun ketika mengikuti kata demi kata dalam suratku ini. Aku tak tahan untuk membuat surat ini, ada sekantung rindu yg semakin hari semakin memenuhi sudut terdalam hatiku, membuat semua yg aku lakukan menjadi berat. Berat karena aku harus menjalani semuanya tanpa melihat senyum mu. Ya, senyum mu semacam pusat kebahagiaan hari-hariku. Indahnya senja seakan tiada artinya tanpa dihiasi oleh lengkungan manis bibirmu. Begitulah aku mendefiniskan bahagiaku, semuanya serba kamu.

Bicara tentang senja, aku ingin memamerkan senja indah dibalik bukit tempatku bekerja saat ini. Suatu saat, aku ingin kau ada di bukit itu, bersamaku, bergandeng tangan, mengaggumi senja jingga bersama, memanjakan kedua mataku dengan senyum mu, membuat iri rumput-rumput liar disana. Sesuatu yang sangat aku cita-citakan kelak, dan aku sangat ingin mewujudkannya. Semoga.

Aku rindu semua tentangmu, aku rindu memencet tombol dibalik pagar rumahmu, aku rindu melihatmu muncul dari balik pintu, dengan daster lusuh yang menurutmu sangat nyaman kau pakai, dan dengan raut wajah khas kau bergegas membukakan pagar, untukku. Terasa ada yg bergetar ketika kau meraih tanganku dan menciumnya, membuatku merasa sangat dihargai sekaligus disayangi. Aku merindukan salah satu moment favoritku, ketika aku, kau dan ibumu, diteras samping rumahmu, membicarakan tentang kemanjaanmu. Aku sangat menikmati saat-saat itu.

Aku ingin secepatnya menemuimu, tapi disini semuanya serba sulit. Seperti halnya dirimu, aku terbentur dengan rutinitas yang berhubungan dengan masa depan. Awal bulan ini aku mendapat izin untuk pulang ke kotamu, kota kita. Tak lama memang, tapi waktu yg hanya singkat itu setidaknya bisa mengobati sedikit kerinduanku akan semuanya yg berhubungan dengan dirimu, senyummu, candaanmu, kerianganmu, dan semuanya. Satu purnama lagi kita akan bertemu, dan aku tak sabar untuk itu. 

Kekasihmu,

dikirim @ariwiant dari http://ariw-ariw.blogspot.com/2012/01/teruntuk-kekasihku-auliyah-izzaty-ada.html?spref=tw

Teman Berkelana untuk Rindu

kepada kamu, seseorang yang kuharap hanya kamu yang kutemui di dunia.

ini tepat pukul 2 pagi. aku belum tertidur, karena inginku untuk tidak hanya selalu memimpikanmu. aku bosan pada sebuah lengkungan senyummu yang hampir melingkar untuk memeluk tiap malamku agar mimpiku selalu menjadi milikmu. senyuman nyata itu mungkin sedang kau lakukan kali ini sambil bermimpi dan mungkin juga tanpa berpikir apa-apa tentang diriku.

haha…

kau tahu? sengaja aku membuat surat ini. rinduku sudah terlalu meninggalkan banyak jejak. dengan langkah tanpa tujuan yang pasti, dan aku selalu mengikutinya. dengan surat ini, mungkin bisa menemani rinduku berkelana. hingga akhirnya senyummu dapat terlihat oleh rinduku. ya semoga saja surat ini tepat pada tujuan. yaitu kamu.

mungkin kau tidak percaya. aku menulis surat ini dengan doa singkat yang meneteskan air mata. setibanya surat ini di hadapan senyummu, tetesanku pada kertas ini sudah mengering.

kamu, si pemilih dunia terindah untukku di waktu itu.

apa yang telah menjadi cerita kita, biarkanlah hanya menjadi kerinduan. agar tidak salah tebak akan kisah yang tak pernah terulang kembali. biar rindu-rindu ini yang menyusun rapih dan menjilid kisah kita agar mudah terkenang.

aku,
pengagum senyumanmu.


dikirim @crezative dari http://rezalize.tumblr.com/post/15784513286/teman-berkelana-untuk-rindu

Teruntuk Cinta

Kepada Cinta - penyebab, sumber, dan napas inspirasi semua surat satu bulan ke depan yang akan ditulis.

Dear Cinta,

Jika bukan karenamu, aku tidak akan pernah ada dan hari ini aku tidak mungkin berada di sini. Jika bukan karenamu, Tuhan tidak pernah ada dan semesta hanyalah ruang gelap tanpa udara. Tanpa suara.

Jika bukan karenamu, aku tidak pernah menjadi orang yang kuat. Yang tahu rasanya ditinggalkan dan meninggalkan. Yang tahu rasanya jatuh lalu bangkit lagi. Yang tahu rasanya sakit dan disembuhkan. Yang tahu bahwa malam bukanlah akhir dari segalanya. Yang percaya bahwa matahari masih akan terbit esok hari, meskipun langit nampak murung.

Dear Cinta,

Banyak yang menyangka warnamu merah jambu atau merah. Buatku, kamu tidak berwarna. Seperti air di telaga: bening, mengalir, mengisi, menyesuaikan, memberi hidup. Ketika wadah yang kamu isi berwarna hitam, kamu pun seolah-olah tampak hitam. Ketika permukaan yang kamu aliri berwarna putih, kamu pun seperti bunglon. Memutih. Ketika daratan yang kamu isi berwarna hijau, kamu pun tak ubahnya seperti daratan itu. Hanya saja lebih berkilau. Kamu cantik, Cinta.

Tidak penting sebenarnya apa warnamu. Karena sebagaimana udara, kamu tidak terlihat namun dapat dirasa. Tidak dapat dipegang, tapi menggenggam erat. Tidak perlu dicari, tapi terus tetap ada. Hanya saja kadang aku menemukanmu di tempat yang salah.

Dear Cinta,

Terlalu banyak yang ingin aku sampaikan kepadamu. Sampai mati pun nanti masih banyak yang aku ingin katakan kepadamu. Jika surat ini aku teruskan, mungkin jemariku akan putus. Jika semua kata-kata tentangmu aku sampaikan, mungkin bibirku akan mengering lalu jatuh ke tanah. Jika perasaan ini terus aku ungkapkan, mungkin hatiku akan lepas sebelum ada orang yang dapat menangkapnya.

Cinta,

Jangan berhenti bernafas. Jangan pernah mati, meski pun nanti ragaku mengering. Karena kamu adalah Tuhan itu sendiri. Dan tertidur pun, Tuhan tidak pernah.

Terima kasih untuk segalanya. Yang telah aku terima, yang sedang aku terima, dan yang nanti akan aku terima.

Cinta. Kamu kecintaanku.


dikirim @dear_connie dari http://poeticonnie.tumblr.com/post/15782637801/01-teruntuk-cinta

Awalnya


Kepada I, yang rajin mengunjungiku dalam mimpi.

Hey, aku sebenarnya tak tahu bagaimana memulai surat cinta, atau dari mana. Ya, karena disekolah kita dulu tak pernah ada pelajaran menulis surat cinta tentunya tapi tak apalah, tak ada salahnya juga kan mencoba? Seingatku bagian pertama dari setiap surat adalah bagian saling-menanyakan-kabar, ya bagaimana kabarmu? Bagaimana kabar boneka yang kuberi sebagai hadiah ulang tahun dulu? Masih kau simpan? Atau sudah kau buang karena kau benci mengingat tentangku? Mengingat semua yang telah berlalu?

Bagaimana kabar mama papa? Masih sehat semua kan? Oh ya, salam buat mereka ya, aku disini masih baik baik saja, masih merindukanmu dengan cara yang sama juga tentunya, yah walaupun aku tak tahu apa rinduku ini berbalas atau tidak. Oh iya, kuliah kamu gimana? Masih lancar kan? Sebenarnya sih kamu ngga perlu pinter pinter dalam kuliah kamu, kamu cukup pinter nyenengin hati aku aja. Hehehe, sounds silly right? 

Kamu masih suka main ke angkringan yang dulu kita kesana dulu? Menurutku sih ya daripada kamu main kesana coba kamu main main ke hati aku dan tinggal disana, udah kusiapin kasur kasih sayang dan selimut bermerk kenangan kok, coba deh kalau ngga percaya. Udah dulu ya suratnya, besuk disambung lagi. Aku takutnya kamu sampe lupa kangen sama aku lagi gara gara keasikan baca surat dari aku ini. Salam cinta-peluk-sayang-membabi-buta

Dari D, seseorang yang rajin memimpikanmu.

dikirim @adityadaniel dari http://adityaistyana.tumblr.com/post/15782346061/awalnya

Hai!

Hai, kamu.

Jadi bagaimana hidupmu hari ini? Masih penuh dengan ketidakadilan dan penderitaan kah? Masih penuh masalah dan pantas dikeluhkan kah?  Ohya, aku mendoakanmu agar segera keluar dari itu semua. Keluar dari alam ini maksudku. *aku bukannya jahat, tapi memang kalau mau berhenti dari masalah ya mati aja, iya toh?*

Hosh. Ini surat cinta pertamaku di #30harimenulissuratcinta . Tidakkah kau bayangkan betapa istimewanya dirimu sampai-sampai kau yang menggunting pita. Demikianlah.

Kau begitu istimewa karena kau berhasil membuatku pernah kehilangan selera makan di suatu siang. Waktu itu sudah lama tidak kudengar kabarmu. Maka ketika salah seorang sahabatku bilang bahwa kau sekarang berubah menjadi lebih aku, aku terhenyak. Yah. Setelah kukunjungi satu-satunya sosnet yang menghubungkan aku dan kau, kulihat kau yang sekarang. Sejak kapan kau suka fotografi juga? Ohya. Itu ada beberapa foto, mirip sekali dengan koleksiku! Dan kau sadarkah, bahasa di statusmu, omaigod, kenapa aku seperti kenal? Lihat gaya berdandanmu. Lihat hobimu. Lihat tulisan-tulisanmu. Lihat peliharaanmu. Lihat warna favoritmu. Lalu nama akun sosnetmu yang lain itu, hey, are you my lovely sister? Atau apakah kita putri kembar yang selama ini tertukar?

Kau juga begitu istimewa karena kau mampu menghadirkan tontonan kisah cinta dari negeri di awan untukku. Kau tahu, aku terkadang sampai butuh tissue saat iseng-iseng mengamati kisah kasihmu. Sangking terharunya, aku pernah menangis karena muntah-muntah. Oh Tuhan, ya kamu, ya ceritamu, so suit.. huekk!
Kau begitu istimewa karena kau sering menghadirkan aku sebagai pemeran penting dalam kisah itu. Aku sebagai tokoh serbabisa. Bisa menjahatimu sampai-sampai mengutukimu hingga mati. Bisa mengasihimu sampai-sampai mengalahkan bidadari. Bisa menjadi apa saja, apapun itu persepsimu.

Kau begitu istimewa. Kau tahu? Maka surat ini kubuat untukmu. Kau perlu tahu sesuatu, kupikir. Aku tak punya banyak harapan untuk orang lain tapi untuk kau, aku punya pengecualian. Berhentilah menguntitku. Blogku punya kamera sisi tivi dan aku selalu menemukanmu disana. Berdiri melototi dindingku dengan antusias. Menjengukku seperti pesakitan. Kau pikir aku pasien rumah sakit jiwa dengan terus mencintai mantanku?

Aku tak pernah benar-benar menyesal memutuskan kisahku dengan lelakimu. Kalaupun kau tersiksa dengan perasaan bodoh yang menganggap aku pantas  dikasihani untuk kisah itu, terimakasih. Atau kau merasa aku menekanmu dengan semua itu? Oh! Maap. Itu bukan mauku. Selama ini kau tahu apa tentang aku yang menuturkan perasaan atau aku yang sedang berlatih berkata-kata. Kau pikir itu semua nyata? Aku punya banyak cerita, lantas kenapa kau harus selalu mengganggap ada kau di dalamnya. Untuk semua ceritaku itu, aku pun tak pernah pula memintamu menyimaknya, camkan itu.

Jadi bisakah kau pergi yang jauh? Jauh. Jauh. Jauh. Plis! You, b*tch!


dikirim @ezapia dari http://komidiputar16.wordpress.com/2012/01/14/hai/

Hey, Kamu, Aku Pemalu

Dear kamu,

Surat cinta. Buat Kamu. Untuk Aku.

Hey, Kamu,  ini surat cintaku. Di tengah kesibukanku menulis surat lamaran pekerjaan, entah angin apa yang mendorongku untuk menulis surat cinta di malam ini. Jujur, aku tidak terlalu pandai merangkai kata. Tapi buat kamu, apa sih yang .... Ah, sudahlah. Aku memang terlalu pengecut untuk berbicara langsung padamu, pemalu lebih tepatnya. Berhadapan denganmu saja sudah menguras banyak keringatku. Ya, aku memang sepemalu itu. Di depan orang-orang aku bisa melakukan hal yang mengagumkan, tapi di depanmu aku hanya bisa melakukan hal-hal yang justru membuatku "tampak bodoh". Aku salah tingkah di setiap hal yang berkaitan denganmu. Jangankan mention, follow  kamu aja aku tak bernyali. Aku gengsi jika akunku hanya ada di follower kamu tanpa pernah berkomunikasi. Tapi, jantungku terlalu deg-degan untuk sekedar menulis "hey" ke kamu. Jika ingin melampiaskan rasa di hatiku, aku selalu menyebut kamu sebagai "kamu" di  semua tulisan di akun jejaring sosial-ku. Benar, twit "cur-col" no-mention ber"kamu" itu buat kamu. Iya, percayalah, aku memang sepemalu itu. Maka dari itu, ku tuliskan surat cinta ini. Tidak berharap ada yang akan membantu cc-in ini ke kamu, kok. Hanya berdoa, jika Tuhan mengizinkan, sesuatu akan menuntun jarimu untuk sekedar terkunjung ke blog ini. Dan kamu membaca. Dan kamu merasa. Amin

Hey kamu. Apa kabar? ku harap harap baik baik saja. Meskipun tak kamu tanya, tapi aku baik saja kok disini. Kamu sekarang sibuk ya, kulihat dari fb-mu kamu sedang berkutat dengan skripsimu. Meskipun kamu mengeluh stress, aku tau kamu akan menyelesaikan dengan gampang. Kamu kan pintar. Dan manis tentunya, haha. Aku kangen dengan wajah lucumu itu. Orang bilang itu wajah lugu bahkan kadang bego. Aku bilang itu wajah termenarik yang pernah kulihat. Wajah jenaka yang menyimpan mimik kecerdasan penuh rasa ingin tau, sinar mata berbinar yang siap melemparkan keisengan ke teman teman. Tapi justru dari mata teduhmu itulah aku terpikat.

Kamu medok ya sekarang... Itulah kamu, yang mudah bergaul dengan siapa saja. Jawa telah banyak mengubahmu. Tapi tidak akan mengubah perangai santun yang senantiasa memegang kaidah agama, sifat asli yang kau miliki. Tidak juga mengubah anggapan ku tentang kamu yang sempurna di hatiku karena hatiku telah kubutakan untuk menerima kekuranganmu. Tak apalah kamu medok, justru bikin tambah gemes.
Kamu perlu tau, aku sangat mengagumi Jawa. Tempat yang selalu ingin ku kunjungi. Pulau tempat kau menimba ilmu sekarang. Aku merindukan Jawa, aku rindu keindahan alamnya, aku rindu budayanya, aku merindukan makanannya, aku merindukan penduduknya dan aku merindukan kamu. Aku yakin suatu saat aku akan kesana, dan berharap akan bertemu kamu disana. Ah, sungguh indah menyatukan Jawa yang indah dan kamu yang indah. Tentunya setelah aku bisa mengalahkan sifat pemaluku ini. Tapi seandainya aku tidak mendapati kamu, karena kamu sudah tidak disana lagi dan entah berada dimana aku akan tetap bahagia karena kenanganku pernah memiliki kenangan di tempat itu.

Surat cinta. Aku selalu menganggap ini romantis. Klasik dan bernilai. Lebih pribadi. Dan....Ah, pokoknya kesan yang ditinggalkan itu lebih mengena, dari hati. Kamu yang cerdas dan menghargai hal hal yang kecil pasti juga akan setuju denganku. Paling tidak, aku akan terlihat berbeda daripada orang yang mengirim pesan dari hasil salinan kepadamu. Anggap saja unik. aku kan tidak mau sama, aku berbeda.
Ini permulaan. Aku pemalu yang termasuk pemula dalam hal ini. Dengan malu-malu kutulis surat ini. Nantinya, aku akan rajin mengirimimu surat. Tak perlu kamu balas. Cukup kamu hayati sambil tersenyum senyum kecil, memamerkan deretan gigimu yang selalu memancing senyum kecilku pula. Ah, betapa aku rindu senyummu itu. Sini, biar ku potret satu. Tapi yang tersenyum karena aku yaa ;)

Kamu yang baik hati, malam sudah larut. Aku masih ingin menulis. Tapi biarkan saja luapan rasa ini kutuang di lembaran kertas-kertas berikutnya. Aku masih banyak punya kertas. Tinta pun masih banyak. Bahkan aku masih punya pena berbau permen yang kita sebut "pena narkoba" di sekolah dulu. Apa kamu mau aku menulis dengan itu? biar bisa candu kamu mencium surat cinta ini. Atau apa perlu ku pakai lipstik dan kucium surat ini biar tercetak lekuk bibirku?. Tapi aku punya cara lain, ku semprotkan saja parfum di surat ini. Parfumku. Pilihan parfumku oke loh. Banyak yang menyukai wanginya. Tidak penting sih, tapi siapa tau kau bisa tertarik dan langsung menghubungiku untuk sekedar menanyakan "ini parfum merk apa sih?". Dan berbunga-bungalah hatiku setelah itu. hahah.

Sudah ah. Goodbye kamu. Sehat sehat ya disana. Jangan berhenti ceria. Karena itu ceriaku.

Salam  hangat,

Aku yang pemalu :)


dikirim @dwiratihcp dari http://atehlaggi-ngeblog.blogspot.com/2012/01/hey-kamu-aku-pemalu.html?spref=tw

Untuk Kamu

Untuk yang tersayang dan paling disayang,

Apa kabarmu? Bagaimana keadaanmu? Bagaimana harimu?
Ya, tanpa kamu memberikan jawaban kepadaku, aku tahu.

Kamu pasti baik-baik saja.

Kamu tak perlu menanyakan keadaanku bagaimana. Aku tetap seperti yang dulu. Tetap suka Jumat, tetap suka kopi dan kamu. Aku tetap, tak ada yang berubah dariku sedikitpun. Aku tetap seperti pertama kamu kenal dahulu. Dan seperti biasa, aku tetap punya cinta yang tetap untukmu.

Aku tak berharap banyak darimu. Aku tetap disini.

Untukmu.


dikirim @anggitmoracita dari http://anggitmc.tumblr.com/post/15779579162/day-1-untuk-kamu

Goodnight, Troy


"Kamu terlalu baik buatku." 
 
Itu kalimat terakhir yang dia ucapkan padaku. Murahan. Ayolah. Apa aku tampak seperti perempuan polos yang sekian tahun hidup di desa, tak tahu apa-apa dan nekat merantau ke kota kemudian bertemu dengannya? Dengan teganya, -aku menduga dia tak punya hati-, dia melangkah meninggalkanku sendirian di restoran favorit kami berdua, dengan bill yang ternyata belum dia bayar. Lelaki macam apa pula dia? Tak tahu tata krama kah dia? Bisa dibilang, malam itu adalah malam terburukku. Diputusin, disuruh bayar bill, dan... AHA! dan terkatung-katung di jalanan raya menunggu kendaraan umum.
 
"El,"
 
Lamunanku mengabur, dan mataku kembali normal melihat wajah orang yang memanggil namaku, setelah sebelumnya mataku hanya menampakkan background hitam-putih masa lalu. Mataku terpaku menatap orang di hadapanku ini, bibirku tak bergerak, dan sepertinya aku hampir tak bisa merasakan nafasku sendiri.
 
"Troy," ucapku, akhirnya.
 
Troy, lelaki yang baru saja kulihat di proyektor mataku. Aku cukup terkejut dengan kehadirannya, yang ternyata mempunyai cukup nyali untuk menemuiku kembali, setelah peristiwa peninggalan-mantan-kekasih-beserta-bill beberapa bulan yang lalu itu.
 
"Ada apa? Mendadak sekali kau ingin bertemu denganku," ucapnya, setelah selesai memposisikan duduknya di kursi seberangku.
 
Aku menggeleng, dan tersenyum. "Tak apa. Tiba-tiba saja aku teringat denganmu saat kemarin melewatkan lunch dengan klien di restoran ini,"
 
"Teringat padaku?" tanyanya, mengulang kalimatku dan kemudian tersenyum lebar. "Ah, kau merindukanku, ya?"
 
Rindu? Seperti itukah perasaanku padamu? Mungkin. Ya, jika itu katamu.
 
Sebagai respon, aku hanya mengedikkan bahuku dan tersenyum manis padamu. Masih sama manisnya saat kau masih menjadi pasanganku. Masih sama manisnya saat kau meninggalkanku dengan alasan murahan itu. Dan masih sama manisnya saat ku tahu bahwa kau telah memiliki penggantiku, hanya selang dua hari setelah kau memutuskanku. Hebat. Aku masih bisa tersenyum manis. So proud of me! 
 
Kemudian kau bercerita banyak tentang kehidupanmu setelah kepergianku. Oh, setelah kepergianmu dariku. Kau bilang kau menyesal telah meninggalkanku. Kau bilang kau tak bisa menemukan penggantiku, perempuan yang perhatian seperti diriku. Anehnya, kau bilang akulah yang terbaik.
 
Aku menggeleng tak percaya. "Bukankah alasan kau meninggalkanku saat itu, adalah aku terlalu baik untukmu?"
 
Kurasakan jemarimu menggenggamku perlahan. "Aku salah saat itu, El. Maafkan aku. Aku kangen kamu,"
 
Kubalas genggaman jemarimu di jemariku, dan tersenyum.
 
"Aku juga. Mengapa kita tak pulang ke apartemenmu saja, dan kemudian bernostalgia akan kenangan-kenangan manis kita berdua dulu?" tawarku padanya.
 
"Dengan senang hati, princess."
 
Ah, semudah inikah untuk kembali ke pangkuan seorang Troy? Aku mengutuk diriku mengapa tak sejak dulu melakukan hal ini. Mengapa menunggu hampir setahun untuk mengumpulkan keberanian bertemu Troy? Sudahlah, toh kini aku sudah berada di mobilnya, meluncur ke apartemennya.
 
"Welcome back, princess,"
 
Troy membukakan pintu, kemudian membungkuk dan tangannya menyilakanku masuk ke dalam apartemennya. Kuedarkan mataku. Tempat ini masih sama seperti dulu, tidak ada yang berubah. Keringat dingin mulai kurasakan di tubuhku, dan jantungku berdegup cepat.
 
"I miss you," ucap Troy di daun telingaku, seraya menarikku ke dalam pelukannya. Aku hanya tersenyum malu mendengarnya. Ini saatnya. 
 
JLEB! 
 
Troy terdiam dan hanya menatapku tak percaya. Tangannya kini memegang perutnya, yang tertancap sebuah pisau belati.. milikku.
 
"Kenapa, El?" tanyanya di sela-sela rintihan kesakitannya.
 
"Seperti itulah sakit yang kurasakan setahun ini, Troy. Ya, aku merindukanmu. Aku tak sabar untuk bertemu denganmu. Tapi sepertinya, konsep rindu milik kita berdua berbeda."
 
Tawaku memecah keheningan malam ini. Kuambil tas genggamku dan segera melangkah keluar dari apartemennya. 
 
"Goodnight, Troy. Sleep tight."
 
 
dikirim @rachmalestari dari http://rachmalestari.blogspot.com/2012/01/goodnight-troy.html

Penyerbukan

Selamat malam, Kumbang.

Aku pun kumbang, bukan bunga manis yang menunggu sambil sesekali bergoyang cantik. Aku pun kumbang yang terbang kesana-kemari mencari rezeki. Aku pun kumbang, wanita. Dan kamu, kumbang jelek.

Kebaikan hatimu membuat kumbang-kumbang lain, melupakan parasmu. Bahkan si Ratu kumbang. Ia hanya mau kau buahi. Pun, aku. Jelek dan tidak bisa terbang indah.

Ingatkah suatu senja, dengan sisa serbuk-serbuk bunga yang menempel di kaki kita. Kita kelelahan tapi harus segera kembali ke pohon induk untuk setor madu. Maka kita saling melempar cemoohan, tertawa dan tak sengaja menggerakkan sayap lebih cepat, taukah kau saat itu degup jantungku juga lebih cepat dari biasanya. Senja itu semua tidak biasa, kumbang jelek.

dikirim @akikaika dari http://rendahlemak.tumblr.com/post/15774046594/penyerbukan-harike1

Aku Menepati Janji


Makassar, 14 Januari 2011. 

Pokoknya sebelum tanggal 14 Januari 2012 kamu nggak boleh pacaran dulu, soalnya aku masih belum rela kalo kamu sama yang lain.
Jakarta, 14 Januari 2012

And here I am. Melalui surat ini aku mau bilang, “Aku menepati janji. Janjiku. Janji Kita. Yang pada akhirnya kamu juga yang mengingkarinya.”

Ah sudahlah, aku tak ingin mengingat itu lagi. Aku lebih baik sekarang, bahkan tidak pernah merasa sebaik ini.

Sebenarnya aku ingin memberi selamat, untuk diriku sendiri.

Ya, untukku sendiri.

Untuk aku yang berjuang sendiri melawan kerasnya ego dan perbedaan, yang membuat aku menyadari satu hal, Cinta adalah Tuhan yang mencintai aku melalui kamu.

Terima kasih, Satria.

dikirim oleh @eelegieggy

dimbil dari http://elegieggy.tumblr.com/post/15770216933/aku-menepati-janji


Hallo, Abu!

Hallo, Abu!
Perkenalkan saya Hijau. Ingatlah saya Hijau. Saya hanyalah seorang penyair. Amatir namun tak akan pernah getir untuk terus menjadi sebagianmu.

Hallo, Abu!
Saya sebagai hawa.Menjagamu agar kuat dengan sebagian rusuk yang mungkin sebenarnya selalu menusuk. Selalu, akan berusaha tak membuatnya busuk hingga terkutuk.

Hallo, Abu!
Saya jadul dan seorang yang gembul. Senang bergumul dengan huruf, kata dan kalimat. Semoga dengan ratusan huruf pun kamu cerdas untuk berasa bahwa 'dunia aku, dunia kamu, lalu dunia kita' akan semakin besar dan terus membesar melebihi Sirius.

#30harimenulissuratcinta | V E R T

Saya dari masa lalu. Kamu dari masa depan. Kita...dari masa kini (semoga) hingga selamanya. (Amin)



I Love You Papa..

Dear papa..
Papa, taukah engkau tahu betapa aku teramat mencintaimu.. aku tanpa papa, mungkin uty tidak akan hadir mengenal dunia ini. Tanpa papa, uty gak akan mengenal betapa indahnya melihat, mendengar, berbicara, berjalan, memeluk, beribadah, mencintai dan dicintai, juga sakit hati. Bagi uty, gak ada hal yang paling amat sangat bahagia ketika melihat papa tersenyum dan tertawa. Hingga kemarin, uty sangat amat bahagia ketika papa melihat uty dan teman-teman berdiri di podium, memakai toga dengan bangga. Semua ini untuk papa. Papa yang selalu menemaniku ketika mama menghembuskan nafas terakhirnya. Papa yang selalu mengajariku untuk selalu dan selalu mengingat Sang Pencipta Yang Maha Mulia hingga saat ini uty membalut kepala dengan hijab. Papa yang selalu mengajari uty untuk selalu hidup mandiri semampu uty. Dan papa yang mengajariku betapa pentingnya kesehatan.
Papa tau? Uty sangat mencemaskan kesehatan papa saat papa masuk rumah sakit karena serangan stroke ringan. Saat itu, ujian nasional pun kalah pentingnya di pikiran aku dibanding kesehatan papa. Yang ada di pikiran uty cuma “akankah papa sehat lagi kaya dulu atau mungkin sebaliknya?”. Syukur Alhamdulillah akhirnya papa sembuh. Uty sangat senang sekali bisa liat papa balik ke rumah. Uty saat itu dan sampai saat ini berjanji sama diri sendiri bahwa uty akan selalu membuat papa tersenyum dan tertawa bahagia.
Papa.. apa pun akan uty lakukan agar buat papa bahagia. Karena hanya papa harta satu-satunya yang paling berharga di setiap nafas uty. Papa, maaf kalau ga jarang uty cuek sama papa. Maaf jika sedikit waktu senggang untuk papa. Maaf jika terkadang masih suka mengeluh bahkan membentak papa dengan kata-kata yang mungkin menyakiti hati papa. Tapi uty janji, suatu saat uty akan membawa ke suatu rumah yang sederhana dan sangat nyaman, di mana di dalamnya ada keramaian yang insyaAllah akan selalu membuat papa tertawa dan tersenyum.
Papa.. maaf jika saat ini uty belum memberikan sesuatu yang berharga buat papa. Tapi uty janji, suatu saat nanti uty akan memberikan kebahagiaan yang mungkin ga sebanding dengan pengorbanan papa selama ini.
Makasih papa buat kasih sayang, perhatian serta doa yang ga putus sampai detik ini.. selalu doakan uty untuk mendapatkan yang terbaik di hidup uty ya..


Anakmu tersayang,
Putri