14 February 2012

Ucapan Terima Kasih

Surat Cinta terakhir.
Kutujukan kepada seseorang yang daripadanyalah segala inspirasi bermuara. Kepada orang yang sebenarnya akan kudedikasikan tulisan awalku padanya, namun akhirnya kujadikan ia penutup yang indah di surat terakhir ini, agar segala cerita dapat mengalir lancar di hari- hari akhir dan saya melunaskan segala kata yang tak terucap kemudian di surat ini, surat hari terakhir.

Hai kamu, sudah lebih sehat kan sekarang? Terserah kau mau memberitahuku sedang sakit atau tidak, tapi nyatanya saya tahu dan selalu tahu kondisimu.

Ketika saya memandangmu lagi untuk pertama kalinya-setelah pertemuan terakhir kita bertahun yang lalu- saya merasa demikian akrabnya saat menatap matamu. Kamu tahu, yang paling saya sukai dari wajahmu adalah matamu, mata yang selalu menampakkan sisi kekanakan darimu, namun pernah suatu kali saya melihat kekesalan yang tebal menutupi pandanganmu. Amarah pun pernah sekali muncul di mata itu, dan sejak saat itu saya brharap tak akan pernah melihat pemandangan itu lagi di matamu, karena terlalu menyeramkan untuk dapat kupandang.Tapi mata itu indah sekali, sudah pernahkah kusampaikan hal itu padamu sebelumnya?

Kuakui memang sulit saat harus bertemu lagi dengan sosokmu yang telah sekian lama menjadi sosok yang asing bagiku. Setelah waktu berjalan dengan caranya sendiri, rupanya kau pun berubah. Sulit bagiku untuk dapat bertemu denganmu, pikiranku selalu dipenuhi tanya. Seperti apa rupamu kini, masih samakah suara renyah tawamu, apakah kau bahagia dengan hidupmu sekarang, bagaimana saya akan memulai percakapan denganmu, mampukah saya menatap matamu dan berkata: ”SAYA MERINDUKANMU”, dan banyak pertanyaan lainnya yang menggelayut di pikiranku.

Akhirnya saya putuskan untuk mengabaikan semua keributan kecil di hatiku, kuputuskan untuk maju, bertemu denganmu, apapun yang akan terjadi, bagaimanapun reaksimu, dan entah bagaimana nantinya pertemuan perdana kita setelah lama tak bertemu.

Dan sungguh, ketika saya melihat sosok tubuhmu, bahkan saya belum melihat wajahmu, saya rasa saya tak mampu berjalan tegak. “Jangan senyum padaku, lututku akan lemah” ujarku dalam hati. Dan disanalah kau duduk, dengan santainya, pakaianmu santai malah menurutku terlalu santai karena,asal-kau-tahu-saja, untuk saat itu sebelum saya bertemu denganmu disana, segala macam hal hingga hal terdetil kupilihkan untuk melihatmu lagi, tapi rupanya kau malah muncul dengan gaya cuekmu. Tapi akhirnya hari itu, kita mampu melewatinya hingga batas akhir hari, asyik bertukar cerita tentang apa yang telah kita lewatkan dari hidup masing- masing. Dan hari pun berlalu begitu saja, meski sejak saat itu kekakuan yang ada bisa melebur sedikit, namun masih tetap seperti ada tirai tipis yang membuat kita tak bisa tertawa lepas layaknya dulu. Ah tapi apalah arti ‘dulu’ itu, jangan- jangan hanya saya yang memiliki kata ‘dulu’ dimana ‘dulu itu adalah kau bersama saya’.

Tapi ya nampaknya kini kau telah berubah menjadi sesosok orang yang berbeda dengan yang pernah kukenal. Saya tak pernah menyalahkan hal itu, toh nyatanya ketika waktu berjalan semua hal yang ada di bawah kuasanya mau tak mau harus berubah.

Sejauh ini, entah kau menyimak apa saja yang kutuliskan atau tidak, tapi saya yakin kau tahu sejauh mana saya mencampurkan fiksi ke dalam cerita-cerita yang mungkin pernah begitu kau kenal dulu, karena itu semua cerita tentangmu. Atau mari bertaruh, kau sekarang tak sepeka itu lagi menyimak apa saja yang kututurkan kembali tentangmu. Tapi begitulah adanya, ketika hingga saat ini sekalipun saya masih menganggapmu sebagai sebuah kisah yang tak akan pernah usang dimakan waktu.

Kamu, Sang inspirator yang dulu pernah rutin kusebut namanya dalam doa. Kupinta yang terbaik untuk terjadi padamu. Tapi kini tak lagi, saya belajar untuk bisa perlahan melupakan namamu, mulai mencoba tak menyebutnya atau tak mengingatnya lagi sekalipun dalam doa. Sekali waktu kau pernah keheranan mengapa saya seperti selalu ada jalan keluar untuk setiap masalahmu? Tidakkah kau mengetahui bahwa saya memang selalu ingin memberikan yang terbaik bagimu, ketika kau punya masalah maka saya dengan sekuat apapun berusaha mencari apa yang kau butuhkan.

Surat terakhir ini menjadi semacam rangkuman atas apa yang telah terjadi selama ini. Setelah semua rupanya tak sama lagi seperti yang dulu, maka saya sadar selama ini masih terjebak pada suatu persoalan klise dan akhirnya saya memutuskan untuk kembali bergerak, berjalan mencari arah tujuan yang lain.

Ketika kukirim surat ini padamu pun, saya yakin kamu pasti masih bisa mendeteksi seberapa banyak fiksi yang kutuangkan dalam tulisan ini. Kamu tahu saya penggemar kata- kata indah, maka terkadang saya tak enggan mencampurkan sesuatu yang indah ke dalam ramuan yang kubuat, maka tetaplah membaca tulisan ini. Karena sesungguhnya saya hanya ingin kau mengetahui satu hal: semua tulisanku ini bercerita tentangmu. Bolehkah kelak saya kembali menulis dan menceritakan kisah-kisahmu lagi? Terima kasih karena dengan sedemikian rupa, cerita tentangmu menjadi indah. Terima kasih karena kehadiranmu telah pernah menghias hari-hari dengan indahnya. Terima kasih untuk segala inspirasi yang sempat kau berikan.

Sekian dulu surat terakhir ini. Saya khawatir jika semakin panjang kisah ini kutuliskan maka akan ada pula kesan dan sikap yang berubah. Maka tetaplah kau disana, jangan pernah sekalipun berubah menjadi orang yang lain lagi. Dan saya disini selalu ada untuk menjadi teman terbaikmu.

Salam hangat,

Saya.
Terima kasih.


surat terakhir

hari ini hari terakhir proyek #30harimenulissuratcinta
yang artinya ini surat cinta terakhir yang kubuat di proyek ini.
surat ini aku peruntukan untuk dirimu.
dirimu yang dulu setiap harinya membuatku tersenyum,
dirimu yang dulunya sangat amat membuatku bahagia,
dirimu yang dulunya mencintaiku.
aku janji ini terakhir kalinya aku mengganggu hidupmu. percayalah padaku untuk kali ini saja.
.
melalui surat terakhir ini aku ingin berterimakasih pada dirimu,
pada dirimu yang dulu adalah kekasihku,
terimakasih dulu pernah mengisi hari-hariku,
terimakasih dulu selalu ada disisiku,
terimakasih dulu selalu baik padaku,
terimakasih dulu telah menerimaku apa adanya, dan
terimakasih untuk semua hal yang kamu lakukkan untukku.
.
jujur aku masih sangat mencintaimu,
tapi aku sadar kamu bukan untukku lagi. aku sadar kita telah berakhir.
berat rasanya harus mengakui ada kata “berakhir” diantara kita.
tapi mau bagaimana lagi, misalnya kalaupun kita belum berakhir, cepat atau lambat semua ini juga akan terjadi.
tapi ntah mengapa aku sedikit membenci kata “berakhir” itu.
.
aku sedih karna semua kata cinta yang dulu saling kita lontarkan sekarang hanya kenangan,
semua janji kita untuk selalu bersama hanya kenangan,
semuaaa hal yang kita lakukan dulu sudah menjadi kenangan.
kenangan yang sangat berarti dihidupku.
kenangan yang menjadi sejarah percintaanku.
.
kamu tau? hari ini aku mengingat banyak hal yang dulu kulakukkan bersamamu.
mengingat itu semua rasanya sangat menyakitkan. aku tak habis pikir kenapa aku bisa seperti ini. bisa mencintaimu secara berlebihan.
kamu tau? saat kamu meninggalkanku, rasanya aku berada di titik terendah dalam hidupku. aku kecewa!
aku tidak bisa merelakanmu pergi dari hidupku. bahkan sampai 2bulan setelah kita putus aku masih saja menganggumu, maafkan aku kalo aku egois.
dulu aku masih menganggumu karna aku masih berharap kamu kembali padaku.
ya tapi itu dulu. dan sekarang insyaallah aku sudah ikhlas kamu pergi dari hidupku. ini mungkin sudah jalan yang diberikan tuhan pada kita.
.
sudah cukup rasanya surat yang kubuat untukmu ini,
dan itu artinya selamat tinggal teguh, kuharap kamu mendapatkan penggantiku yang tentunya lebih baik dari pada aku.
terimakasih teguh, terimakasih untuk 16 bulannya,
terimakasih untuk semuanya.
kamu akan selalu dihatiku hingga terhapuskan oleh waktu


Erika: dulu, kini, dan nanti

Kepada dulu,

Gadis muda yang kurus. Tak usah berkecil hati, meski kulitmu hitam dan wajahmu tak cantik, ada hal lain yang bisa dibanggakan, misalnya : kau masih gadis paling tinggi di kelas. Nilaimu tak bisa pula dianggap remeh. Harusnya bangga menjadi dirimu –

Kepada kini,

Perempuan ini masih kurus, hanya dia sudah bisa sedikit berdandan. Giginya sudah lebih rapi – ada kawat memagari. Katanya, itu baik untuk membentuk wajahnya agar lebih bagus lagi. Padahal gadis yang masih saja gadis di usianya yang ke-28 ini, bukanlah tipe pedandan yang feminin.
Kesukaanmu yang telah menjadikanmu mendapatkan uang saku – yakni bernyanyi – sebaiknya tetap dipelihara, kesehatannya. Aku tahu kau susah lelap di malam hari, susah bangun pagi pula. Jangan dijadikan kebiasaan. Jadilah sebenar-benarnya perempuan.

Minggu ini hari terakhir untuk menulis surat cinta. Cinta di sekelilingmu jangan semuanya kau abaikan, jangan pula kau beri harapan. Kau sudah sejauh apa mencintai dirimu, Erika?

Kepada Nanti,

Berdoalah untuk segala niat. Tak perlu diumbar, tak perlu ditulis berlembar-lembar. Kau sudah menjadi perempuan yang lebih luar biasa lagi. Jadi atau tidaknya menikah dengan pria yang dulu pernah di hatimu, itu soal nanti. Setelah surat ini, kau jangan segan mampir lagi – walau hanya menceritakan tentang keluhan yang memuakkan, halamanku adalah yang paling tabah dan pendiam.

Erika, apapun kau jadinya. Jangan berhenti mencintai dirimu.

Untukmu yang belajar mencintai,

Ika


Oleh:

Surat Tanpa Perangko

Hari terakhir, kebetulan surat ini untuk kamu.

Aku tahu, terbaca dari judulnya, surat ini memang seharusnya berperangko. Harusnya surat ini kutuliskan pada selembar kertas putih asli, bukan lembar kertas digital seperti ini. Lalu, ketika aku telah menyelesaikan kalimat terakhir bersama titik bulat hitamnya serta membubuhkan tanda tangan mungilku di pojok kanan bawah, kertas putih yang telah berisi tulisan empat paragraf panjang itu kumasukkan ke dalam amplop biru tua –warna kesukaanmu- dengan aksen gegaris melengkung di keempat sudutnya. Kutulis namamu dan alamat lengkapmu di sisi depan. Semoga alamat rumahmu masih tetap sama. Selanjutnya, kutulis pula nama dan alamat lengkap rumahku –yang semestinya masih tergores jelas di ingatanmu- di sisi sebaliknya. Selesai, kuletakkan pulpen dan membuka segel perekat sisi atas amplop tersebut, kurekatkan pada sisi bawahnya. Beberapa detik kuamati amplop biru tua itu. Kuhela napas, untuk meyakinkan diri bahwa aku telah mengumpulkan berjuta keberanian untuk memulai dan menyelesaikan menulis sebuah surat untukmu. Ya, untukmu.

Selembar foto kucing kecilku telah kusertakan di dalamnya. Bukan apa-apa, hanya untuk meyakinkan bahwa yang kuceritakan di surat itu bukanlah bohong. Kau juga suka kucing kan? Jadi, sebaiknya foto kucing gendut pitih abu itu kau simpan rapi di album fotomu, atau dompetmu jika kau mau. Ketika kau ingat dan rindu padaku, kau boleh memandanginya. Anggap saja kucing itu adalah jelmaan dariku. Yah, meski jauh lebih cantik aku. Tapi tak apalah, daripada kau hanya merenung di hadapan hujan sambil membayangkan wajahku yang dibuyarkan angin menghunjam? Lebih baik kau masuk kamar, sembunyi di balik selimut tebalmu yang bisa kutebak pasti warnanya biru tua, lalu pandangilah foto kucing kecilku itu. Atau, kau bisa memandanginya bersama kopi full cream favoritmu? Sambil menonton film kesukaanmu? Terserah saja, yang penting itu tidak mengganggu konsentrasimu untuk mengingatku.

Satu lagi yang penting, jangan terlalu sering menikmati hujan. Bukan hanya karena angin dingin yang dibawanya. Tapi juga karena kau harus berhati-hati pada harapan yang acap kali ia jatuhkan. Seperti yang kulakukan sekarang. Memandangi hujan, dan siap-siap menengadahkan tangan untuk sekadar menangkap harapan-harapan yang ia taburkan. Ketimbang harapan-harapan itu keras berdebam menghantam tanah, bukankah lebih baik kutangkap dan kusimpan di stoples kaca agar suatu nanti untukmu kuberikan?

Tapi aku lupa, terkadang harapan bukanlah sesuatu untuk dijadikan. Seperti halnya surat ini. Surat yang berbatas pada fantasi harapan. Entah ada berapa harapan dalam stoples kacaku yang mengharapkan surat ini tersampaikan padamu. Entah ada berapa harapan yang memerintahkan tanganku untuk segera mengerjakan step-step-menulis-surat-untukmu. Entah ada berapa harapan yang mengutuki kakiku yang enggan terayun untuk memasukkan amplop biru tua itu ke dalam kotak surat. Hingga untuk selanjutnya, biar pak pos yang mengetuk pintu rumahmu. Biar pak pos yang melihat sosokmu membukakan pintu. Biar pak pos yang bertanya apakah ini rumahmu. Biar pak pos yang berkata bahwa ada surat untukmu –dariku. Biar pak pos yang mendengarmu menjawab iya, lantas menangkap surat dariku. Biar pak pos yang mengucapkan namaku sebagai pengirimnya. Biar pak pos yang pertama kali menangkap ekspresimu ketika mengetahui bahwa suratku telah sampai di tanganmu. Lantas, biar pak pos tidak memberitahuku apakah kau senang atau sedih mendapati surat fantasi itu.



Dari aku.



Oleh:

seharusnya ini surat cinta

teruntuk yang spesial bagiku, kamu.


perlu pertimbangan dan keberanian tersendiri untuk akhirnya menuliskan surat ini, padamu. ini hari ke tiga puluh, dan aku harus ekstra bijak menentukan untuk siapakah surat terakhirku kutujukan.

banyak nama yang bermunculan dalam pikiranku. ayahku..., sahabat - sahabatku (mereka belum kebagian surat dariku)..., teman teman SMAku..., ah, banyak! lalu nama - nama tersebut lantas berhenti, di namamu.

well, benar itu kamu.

delapan belas tahun dalam hidupku, aku pernah mengalami dua tahun yang teramat pelik, dimana kesedihan tak henti - hentinya mencekik, dan nyanyian cinta tak lagi terdengar menarik.
di masa itu, aku menjalani hidupku seperti botol kosong yang mengapung - apung di lautan. sepi, sendiri, dan tak tahu jalan. aku tak bermaksud melebihkan, tapi kau boleh tanya, begitulah perasaan orang - orang yang pernah rusak cintanya, dan terluka habis hatinya.
maka dari itu, tak berlebihan jika aku memutuskan untuk memagari diriku sendiri rapat - rapat, agar tak ada lagi siapapun yang mendekat.

lalu itu kamu, yang tetiba masuk ke kehidupanku.
kau tunjukkan aku binar - binar bahagia, melalui sebuah pesan singkat yang teramat biasa. kau tunjukkan aku rupa - rupa mimpi, melalui pembicaraan kecil setiap hari. kau tunjukkan aku geliat - geliat harapan, melalui satu dua keping perhatian. singkatnya, kau tunjukkan aku kehidupan, hanya melalui sebuah senyuman..

dari situ kau ajari kembali aku kilau kemilau cinta dari sisi yang lebih sederhana. memberi aku sebuah keyakinan, bahwa tak mustahil kembali memulai apa yang sebelumnya berderai dibungkas badai.

kau membuat aku mengingat kembali bagaimana rasanya tertawa karena hal - hal yang sepintas tak bermakna, bagaimana rasanya menyebutkan sebuah nama dalam setiap doa, atau menjejali diri sendiri dengan beribu harap dan asa.

karena hanya bersamamu, aku merasakan kembali bahagia yang meletup - letup, ah ya, hanya kaulah yang sanggup.
dan betapa hatiku berderak - derak, memainkan lagu - lagu cinta hanya karena kita berjalan bersisian..


ahh.... seharusnya ini surat cinta, bukanlah puisi atau prosa..

tapi begitu harus menulis untukmu -bukan tentangmu- otakku lalu beku. aku tak tau harus menulis apa, dan bagaimana. semua kata - kata bermain di kepala, tapi hanya seperti roman - roman penuh kiasan belaka.

setelah carut marut pembukaan yang mungkin terkesan rumit, aku hanya bisa menulis sedikit saja untukmu -bukan tentangmu- yang kuharap dapat kau mengerti isinya..

hai, dear?
pernah mendengar kabar bahwa aku mencintaimu?
sepertinya itu benar.



ya.., itu saja.



well, inilah dia, yang seharusnya surat cinta.
dariku,
untukmu, yang aku harapkan akan hadir, di garis akhir.
karena kau tahu? aku berniat mencintaimu tanpa tapi, dan tanpa tepi.

maka sampai jumpa, nanti! :)


Superterimakasih :)

Kedah, 12 Februari 2012

Dear @PosCinta @ekaotto dan para Tukang Pos lainnya,

yang 30 hari kebelakang setia ramaikan timeline saya

Selamat siang..

Apa kabar pakbos @PosCinta dan kak @ekaotto?

Pasti baik, dong? Soalnya, timeline saya dipenuhi oleh foto-foto acara gathering #30HariMenulisSuratCinta di Bandung. And they told me enough that you guys are having a really good time there. Ah, kebetulan sekali saya gak sedang di Bandung. Pun, gak mungkin saya meninggalkan tugas magang yang menumpuk ini untuk terbang pulang kesana..

Hhh.. Sejuta iri saya kirimkan dari Kedah untuk kalian yang bisa ikut. :’( Jikalau memungkinkan, dirutinkan saja pertemuannya. Jadi saya bisa ikut di pertemuan selanjutnya. Hehee.. :p



Gak terasa sudah sampai di hari ke 30. Wah, siapa sangka saya bisa ikut berkontribusi, walaupun pernah bandel beberapa kali. Beberapa nomor terlewat karena ke(sok)sibukan, ke(sangat)(pe)lupaan, juga sakit. Tapi, sejauh ini saya cukup puas dengan puluhan surat cinta yang bertengger manis mengisi blog saya. Juga ada beberapa di blog Pakbos @PosCinta. Superterimakasih untuk itu.

Mulanya, seperti semua penulis amatir-juga-pemula-ditambah-moody-serta-pemalas, saya agak ragu ikut #30HariMenulisSuratCinta. Ragu, takut belum bisa jaga komitmen pada diri sendiri untuk menulis sekonsisten itu. Ragu, takut semua inspirasi yang diawal membanjir seperti jalanan di Jakarta saat musim hujan, tiba-tiba menguap tanpa bekas. Ragu, takut semua nyali untuk menulis yang saya kumpulkan satu per satu setiap hari, tiba-tiba rontok begitu saja saat teman-teman saya tertawakan cara saya bercerita dalam kata-kata. Ragu, takut surat-surat yang saya tulis tiba-tiba berhenti ditengah-tengah, karena mood saya ingin mogok kerja, tanpa peringatan.

Tapi, di hari ke 30 ini saya menyadari satu hal. Bahwa ternyata, yang sulit memang bukan memulai, tapi konsisten pada komitmen seperti di saat permulaan. Memotivasi diri sendiri juga penting untuk saya tetap menjaga komitmen itu. I have to keep motivating myself to write about anything in so many ways. Walaupun pada akhirnya, cinta-cintaan sama si ‘ehem-ehem’ lah yang paling banyak dibahas dalam surat-surat saya. :p

Superterimakasih yang berjuta-juta saya kirimkan untuk Pakbos @PosCinta, @omemdisini @tuannico @godhfd dan para Tukang Pos: @ekaotto @adimasimmanuel @heykila @hurufkecil @perempuansore yang setiap harinya sudah ikut mengingatkan saya untuk menulis, juga memotivasi dan menginspirasi. Disadari ataupun nggak. Khususnya untuk kak @ekaotto yang rajin kirim surat-surat saya kesana-kemari setiap hari, semoga segala harapan dalam surat cantiknya “Aku Ingin Menikah” cepat-cepat dikabulkan Tuhan. Amiin :’))

Superterimakasih yang berjuta-juta juga saya kirimkan bagi kamu, lelaki-di-surat-nomor-satu. Kamu, inspirasi dari segala inspirasi surat-surat saya. Terimakasih atas maju dan mundurnya kamu. Saya jadi bisa banyak berkata-kata tentang itu. Terimakasih atas ada dan tiadanya kamu. Terimakasih atas pahit dan manisnya kamu. Saya jadi bisa banyak merenungi kamu. Merenungi arti kita dalam sudut pandang kamu. Merenungi arti saya dalam sudut pandang kamu. Dan saya bisa merenung tentang diri saya sendiri. Lalu, menyadarkan apa yang semestinya saya sadari sejak lama..

Well, sampai jumpa di surat-surat berikutnya yang-entah-kapan! Superterimakasihbanyak :)

Dari saya,

yang 30 hari kebelakang pernah ragu-ragu untuk memulai



Oleh:

cerita seorang sahabat

hai kawan, jika dan hanya jika kalian berkehendak aku memanggil kalian begitu, sebagaimana aku ingin kalian memanggilku begitu.

apa kabar kalian? sengaja aku luangkan waktu untuk membuat surat ini di perjalanan menuju Semarang, agar kalian tahu, kemanapun aku menuju, hatiku tetap tertambat pada kalian. aku tak tahu harus bagaimana memulai surat ini, karena sebagaimana awalnya ketidaksengajaanlah yang mempertemukan kita. dan aku amat berterimakasih pada ketidaksengajaan yang memperkenalkanku pada kalian, yang dapat kupastikan akan kulakukan apapun demi berada di wisuda, pernikahan, maupun khitanan anak kalian nantinya.

kawan, aku mengutip surat taty “no one understands me quite like you do..” adalah interpretasiku atas bagaimana cara kita saling memahami dan mengerti satu sama lain tanpa perlu terucap kata permintaan. dan aku menyayangi kalian sebagaimana aku menganggap kalian saudara sepupuku. karena tak ada yang lebih menyenangkan daripada aku menggenggam jemari kecil anakku nanti dan mengetuk pintu rumahmu lalu mengucap salam. melihat anak-anak kita berbagi gelak tawa seperti kita.

kawan, sepuluh tahun lagi jika raga masih mengikat jiwa kita, takkan kusia-siakan waktu bertemu kalian. kelak kita bertemu lagi berbagi perih dan tawa yang sama. namun bukanlah pemilihan ketua ldk, perpisahan, ataupun mbs nantinya yang mempertemukan kita sebagaimana dulu kita duduk melingkar saling bersandar di ruang osis.

tidak ada orang lain yang mengerti sebagaimana besar rasa saling mengasihi kita. mereka hanya tahu bahwa kita sekumpulan remaja saling sindir, saling nyinyir, dan saling ejek. mereka tak perlu tahu berapa banyak derai air mata yang kita bagi bersama, berapa erat genggaman kita kala push-up dibawah air terjun, berapa seri hutang yang kita bayar bersama. bagi mereka, hanya kekonyolan dan ketidakbergunaanlah yang kita lalui.

aku ingat kita pernah mengikat janji akan menggunakan gelang yang sama di hari wisuda kelak. maafkan aku kawan. aku terlalu teledor hingga lupa dimana meletakkan gelang oleh-oleh kota tua saat itu. tapi aku ingin kalian tahu, nama kalian dapat dipastikan akan bertengger disana, skripsiku kelak.

terimakasih banyak kawan, karena menerimaku sebagaimana aku, mau berbagi waktu, tangis, tawa, sindiran, ejekan, kwetiaw goreng, es bubble, lidi-lidian, jajanan lapak ganesa, selimut, eskrim, busway, bajaj, ruang osis, kopsus alo, nyanyian, dsparted, pak tanto, dan masa putih abu-abu bersamaku.

dari aku, giustia puspa geoda.


Oleh:

Untuk Pacarku Sekarang!! =D

Untuk pacarku sekarang(*)


Hai beibh..
akhirnya aku nulis surat cinta buat kamu juga.. setelah kamu protes karena aku hanya mengirim surat cinta buat "dia" yang selalu bikin kamu cemburu.. heheheee

Mau tahu gak kenapa selama ini aku gak nulis surat cinta buat kamu?? (pasti kamu jawab :"iyaa..kenapa??" hehehe..)
alasannya :
1. Dulu kamu masih meragukan, aku gak yakin kalau kamu sudah benar-benar milih aku
2. Kebalikan yang pertama, aku yang gak yakin bakal milih kamu.. hehehee *piss beibh*
3. Kamu dulu pendiem banget.. padahal ketahuan kan sekarang aslinya rame bangeett..
4. ---- (sengaja aku kosongin karena ini angka favoritku..jadi aku kasih kekamu buat nulis isinya..=D)
5. Aku masih belajar mengenalmu lebih baik dulu,sebelum mutusin milih kamu..
6. Dulu kamu masih belum bisa ku ajak kencan setiap malam.

So, karena akhirnya setelah melewati perjalanan berliku mulai dari saat kita cuma kenalan, meningkat ke lebih dari sekedar kenalan, cuma temenan, lebih dari temenan, cuma TTM-an, lebih dari TTM-an, cuma HTS-an, lebih dari HTS-an..dan akhirnya kamu jadi pacarku sekarang...

kalau diinget-inget lucu juga loh beibh, udah berapa lama coba dari pertama kita kenalan sampe sekarang kita pacaran.. hhmmmm... lebih dari 1 semester alias 6 bulan.. tapi baru sekarang kita akhirnya bisa berkencan setiap malam tanpa aku harus membecimu seperti dulu.. hehehee
tapi aku semangat banget loh beibh ngejalanin hubungan ini, jadi aku harap kamu juga mau berpihak padaku dan kita menjalani hubungan ini dengan baik.. sekalipun nantinya pasti akan ada banyak yang akan mengganggu kita.. tapi dari awal aku kasih tahu kamu biar kamu gak marah, kalau apapun gangguan dan kritik itu semuanya mereka(**) lakukan demi kebaikan kita berdua.. okeee beibh.. =D

Nanti malam kita kencan lagi ya beibh..
biar hubungan kita cepet selesainya,aku gak mau lama-lama...
bagaimanapun semakin cepat hubungan kita berakhir, itu jauh lebih baik..
tapi yang jelas bukan saat ini, karena qta baru memulainya.. (Kamu pasti setuju kan beibh?? Pastii.. =D)

See U Tonight beibh..!!


dari Pacarmu,
@Fadhie2


Oleh:

Kau Tembus Hatiku

Dear Cintaku,

Aku ingat ketika aku melihat dunia ini melalui mata butaku yang berlinang air mata. Lalu aku dirikan benteng di sekitarku. Aku pikir tidak ada yang dapat menembus rintanganku.

Tapi kamu datang menembusnya. Kau tunjukkan padaku hidup yang berbeda; pentingnya menjadi diriku sendiri, berbagi emosi, dan memberikan rasa cinta. Kamu membuatku berpikir. Kau membuatku dapat menghadapi diriku sendiri, menghadapi orang lain, menghadapi kamu. Kau membuatku jatuh cinta padamu.

Cinta denganmu sangatlah indah. Tak ada seorangpun yang bisa mencintaimu melebihi aku. Tak ada pelukan lain yang dapat menghangatkanku bagaikan sinar mentari. Ku kan lakukan apapun untukmu. Kamu sudah tahu itu semua ketika kau berikan seluruh hatimu untukku.

Simpan hatiku untuk selamanya,


Oleh:

You're still my best!

Hey kamu yang di Benua sebrang,
Apa kabar? Lagi musim apa disana sekarang? Hhihi
Heem nulis apa yah? Bingung deh, abis seringnya kita chatting sih, jadi malah canggung kalau nulis surat gini. Hahaha
Eh tapi setidaknya tulisan ini menunjukan bukti nyata kehadiran gue buat elo kan yah? *senyum nyengir*

Gak terasa udah 2 tahun kita menjalani kehidupan kita masing-masing. Pastinya akan lebih banyak cerita yang akan kita bicarakan kalau kita ketemu nanti. Ya pasti kita akan bertemu lagi!!
Ingat dulu saat kita masih sama-sama, meski setiap harinya kita ketemu disekolah, sepulangnya selalu ada cerita yang kita bicarakan untuk menghabiskan malam-malam. Entah curhatan pribadi sampai cerita konyol gak ada habis-habisnya kita ungkapkan. Elo yang paling gue percaya selain keluarga gue sendiri yang membuat gue sadar betapa gue gak mau kehilangan elo.

Dari kecil kita bersama, bukan waktu yang singkat untuk saling mengerti (seharusnya) sampai saat ini. Tanpa harus gue bilang mestinya elo tahu seberapa sayang, rindu, dan berartinya elo buat gue. Karena udah banyaaaaaaaaaaaaaaaak banget yang kita laluin bareng–bareng. Dari tentang kehilangan salah satu orang tua kita masing–masing, pengalaman cinta pertama, patah hari dan galauan lainnya serta suka cita yang gak ada habisnya kalo kita ceritain berulang-ulang.

Meski sekarang raga kita gak berdekatan, tapi gue yakin persahabatan ini terlalu berharga untuk diabaikan gitu aja. Sesibuk-sibuknya gue, semarah-marahnya gue, sebenci apapun gue pernah bilang ke elo, elo tetap sahabat gue, kakak gue, ade gue, partner gue. Apapun itu mungkin gak cukup untuk gue deskripsikan. Ah New Zealand, lo udah mengambil sahabat gue!

Semakin kesini semakin sendiri-sendiri kita menjalaninya, semakin beranjak dewasa dengan masalah dan beban yang kita bawa masing-masing. Mungkin ada banyak pemikiran kita yang berbeda dan gak sejalan, bahkan terkadang yang sering muncul adalah keegoisan. Tapi dari situ semoga kita semakin belajar untuk memahami satu sama lain. Maafin segala apapun yang membuat lo kesal ya saat lo mau bercerita dan gue gak ada karena sibuk sendiri. Tolong tinggalkan pesan, semua cerita yang mau lo ceritain, pasti akan gue bales. Gue selalu mau denger cerita lo, selalu.

Yang perlu lo tahu dan percaya sampai kapanpun lo tetap sahabat gue sampai mati. Ini janji gue. Sebanyak apapun temen gue, lo tetap sahabat gue yang terbaik. Tolong percaya itu. Please jangan pernah bilang kalau kehilangan orang lo itu mudah buat gue. Itu pernah bisa membuat gue nangis lebih dari sedihnya kehilangan pacar. Tetap sabar dan ikhlas yah menjalani persahabatan berbeda hari dan waktu. Saat gue gak bisa menemani hari – hari lo, tolong baca ini lagi dan lagi.

Ps: "Selamanya kita akan bersatu dalam ikatan persahabatan yang udah digariskan oleh Allah. Baik- baik yah disana. Love, kiss, and hug :)"



Ayah, separuh hidupku

Mungkin katapun tak akan pernah bisa menggambarkan betapa aku mencintaimu
untaian ronta pinta tak akan pula menjadikan bagimu beban yang ada
terjamah doa yang kuucap untuk cinta padamu, Ayah
pelajaran berharga tentang kehidupan yang tak bisa dibeli dengan apapun
pengalaman hidup yang tak akan terganti oleh nominal

Inginku kecup keningmu saat lelap tidurmu
tetapi, aku malu untuk itu
inginku membacakan puisi hati tentang hidupku denganmu
tetapi, kau tak ada waktu
karena dari pagi hingga senja selalu kau habiskan untuk menghidupiku

Tidakkah kau lelah?
Tidakkah kau bosan?
banyak keluh kesah pasti ingin kau ucap
tapi tidak depan mataku
kau hanya bercerita dan mencurahkan segalanya kepada-Nya

aku tak pernah tega membuatmu kecewa, sama saja membuat hatiku terluka
maafkan aku Ayah, maafkan aku ..
belum bisa membuatmu bangga, terimakasih atas dukunganmu atas semua pintaku

"The older I get
The more I can see
How much he loved my mother and my brother and me
And he did the best that he could
And I only hope when I have my own family
That everyday I see A little more of my father in me" Keith urban - song for Dad

Tuhan, adakah kau ciptakan seseorang seperti Ayahku?
pertemukanlah aku dengannya, maka ayahku akan tersenyum bahagia..

tertanda,




ananda, putri ayah tercinta.



Last but not least

Hari ini sebenarnya saya sedih. Sedih tapi merasa -somewhat- bangga. Saya sedih karena hari ini adalah hari ke 30 dan mulai besok saya tidak lagi direpotkan dengan urusan surat cinta menye-menye lagi. Jujur saya akan merindukan kegiatan iseng yang menurut saya agak menggemaskan ini. Tiap saya bangun di pagi hari pasti lahir pertanyaan di kepala saya, hendak menulis apa hari ini. Dan besok ketika bangun di pagi hari, saya harus membiarkan pertanyaan-pertanyaan lain muncul ke permukaan. Tapi saya merasa bangga. Saya merasa seperti juara. Memang ini bukan semacam lomba dan saya pun tidak akan mendapatkan piala. Namun komitmen untuk menulis setiap hari yang saya buat 30 hari yang lalu nyatanya bertahan sampai hari ini. Komitmen pertama saya di tahun yang baru ini. Semoga ini jadi pertanda baik untuk komitmen-komitmen selanjutnya yang mungkin akan jauh lebih berarti. Seperti yang saya punya dengan kamu :)

Kamu ingat pembicaraan pertama kita hari Minggu waktu itu? Waktu kamu bertanya berita terbaru apa yang saya tahu dan saya dengan jujurnya bilang lebih sering nonton infotainment ketimbang acara berita. Lalu saya malah ngalor-ngidul cerita soal kecelakaannya Bang Ipul. Miris ya?

Sejak saat itu saya jadi sering melihat kamu di kampus. Sering melihat kamu nongkrong di ruangan kecil warna kuning di pojokan itu. Entah kenapa saya merasa kamu punya aura bersemangat yang sangat menyenangkan. Saya jadi senang kalau melihat kamu.

Saya ingat senin sore waktu kamu pertama kali menawarkan untuk mengantar pulang. Kamu bilang rumah kita searah, anggap saja ojek promo. Lalu kamu banyak cerita soal kehidupan kuliah, saya manggut-manggut mendengarkan, sesekali menimpali. Kamu pasti lupa cd apa yang kita dengarkan waktu itu. Tapi saya ingat kamu memutar cd Bruno Mars dan mengulang lagu Talking to The Moon sampai tiga kali. Saya geli dan berbisik dalam hati, mungkin kakak ini baru putus cinta.

Hari-hari berlalu dan semakin banyak perjalanan pulang ke rumah yang saya habiskan dengan kamu. Saya jadi sedikit tahu kamu orangnya seperti apa. Semakin hari saya semakin ingin tahu lebih banyak lagi. Saya sempat khawatir karena bisa jadi tak ada kesempatan untuk itu. Tapi saya yakin tuhan lebih tahu mana yang terbaik untuk saya dan kamu. Lalu datanglah hari Sabtu tanggal 21 itu. Mbak Raisa yang cantik dan bersuara merdu itu menjadi saksi betapa menggelikannya tingkah kita malam itu.

Ah, surat ini sebenarnya tidak perlu saya tulis apalagi saya kirim ke kamu. Saya tidak pernah bisa menyimpan rahasia, jadi apapun yang saya rasa pasti akan langsung saya sampaikan ke kamu. Tapi biarlah surat terakhir ini tetap saya selesaikan dan semoga ia membuatmu tertawa mengingat beberapa bulan yang sudah kita lewati. Kamu tentu tahu ada banyak surat yang saya tujukan untuk kamu. Suatu hari nanti, semoga kamu punya waktu untuk membalasnya ya :)

ik hou van je, Rud.


Surat Ijin Mencintai (SIM)

Nomor : 30/30HariMenulisSuratCinta/12022012
Perihal : Surat Ijin Mencintai (SIM)
Lampiran : 1 (Satu) Pertemuan yang Dinanti

Kepada:
Yang Melewati Tanggal 14 Februari 2012 Tanpa Kekasih Hati
di Sebuah Sudut

Dengan seharusnya,
Melalui surat ini aku yang berprofesi sebagai pemuas dahaga tawa penuh waktu dan pelibas rindu paruh waktu serta bertempat tinggal di Bumi tempat semesta ini mempertemukan para pencinta, mengajukan ijin untuk mencintai kamu yang mungkin bernasib sama denganku. Melalui surat ini pula, aku mengajukan diri sebagai pengisi detail rindumu jika diperkenankan. Akan lebih baik lagi jika diperkenankan mencintaimu secara sepihak.
Aku tidak salah mencintaimu karena tidak ada pacar yang mencintaimu. Aku tidak salah mencintaimu karena tidak ada pacar yang mencintaiku. Aku tidak salah mencintaimu karena aku tidak mengenal siapapun yang diam-diam mencintaimu juga. Aku tidak salah mencintaimu karena aku juga tidak mengenal wanita yang kamu cintai. Aku tidak salah mencintaimu karena tidak ada yang melarangku mencintaimu. Aku tidak salah mencintaimu karena masih ada banyak dia yang lain yang perlu aku cintai pula. Aku tidak salah mencintaiku karena sudah kewajibanku mencintai sesamaku seperti kamu.
Di hari terakhir program 30 Hari Menulis Surat Cinta ini aku meminta ijin untuk mencintaimu dan menjatuhimu cinta yang sebaiknya memang aku berikan kepada sesorang yang ingin merayakan tanggal 14 Februari 2012 denganku. Tapi ternyata tidak ada jadi daripada mubazir ada baiknya aku memberikannya untukmu. Mungkin tahun ini kita sama-sama tidak memiliki kekasih hati saat melewati malam para pasangan cinta meluapkan rasanya tapi mungkin tahun depan kita bisa menjadi kekasih hati dan membuat pasangan cinta yang lain iri melihat kita saling meluapkan rasa. Biarkan saja ramuan semesta akan mempertemukan kita di suatu ketika. Aku siap menunggu. Semoga kamu juga.
There are times I lose my worried mind. I fell in love with the dream that I built of you. Half of my heart’s got areal good imagination. Half of my heart’s got you. Would I be satisfied and find peace inside. Rolling half my life over broken white lines. I’ll never give up on you leave. Leave the light on for me too. Say what you need to say. You can cross the line whenever you want to. And everything’s gonna be alright. I just wanted you to know (*)
Sekian surat ijin mencintai ini aku layangkan kepadamu. Semoga dapat diterima dengan baik dan ikhlas. Aku ini orangnya susah serius kecuali saat menghadap Sang Pencipta. Aku ini susah jatuh cinta seperti Aurel yang lebih sering berganti pacar daripada keseringanku menyisir rambut. Tidak semua yang kamu baca ini benar tapi yang tidak benar bukan berarti tidak bisa dipercaya. Terima kasih dan terima kiriman coklat. Jangan yang ada kacangnya.

Di Sudut yang Lain, 12 Februari 2012
Seharusnya aku,

Penggembira

____________________________________
(*) Gabungan beberapa lirik lagu John Mayer


makasih tika

hai @atikafaizah
pagi ini kau telah membuat matahari yang baru saja ingin kulihat dibalik jendelaku menghilang,kicauan burung yang baru saja ingin ku dengar tapi seketika burung itu pergi karna ia tau ia tak pantas berkicau saat ini
hari ini kau tinggalkanku dengan sejuta senyuman,sebenarnya sungguh pedih kurasakan saat ini,namun lebih pedih lagi jika kau bersamaku namun tak ada sedikit senyumanpun terlihat di bibirmu
kini aku telah menyimpan rasaku untuk kusimpan selamanya sampai suatu saat nanti kita MUNGKIN dipertemukan
diawal kita berhubungan aku telah berjanji kepadamu bahwa kau akan menjadi yang terakhir,jika tidak aku tidak akan pacaran lagi sampai aku menemukan jodohku dan menikah kelak
mulai sekrang kita hidup tidak dalam status bersama lagi.aku tau kau mengucapkan itu karna kau sudah tak sayang lagi kepadaku,aku yakin itu
terimakasih untuk waktu panjang yang sudah kau berikan ya,kini waktu itu sudah tak berarti lagi,membangunnya cukup lam dihancurkan dengan sekejap saja
sekarang aku tak ingin bersedih lagi,karena aku sedang melihatmu bahagia,namuyn sudah sekuat tenaga aku air mataku untuk tidak keluar,tapi apa? mereka memaksa keluar,karna sudah tak tahan lagi
sudah dulu ya suratnya
makasih tika untuk semuanya!!


Every end is a new beginning



Selamat pagi kamu yang selalu menghiasi hampir setiap surat ku,
Bagaimana kabar mu hari ini? sepertinya tampak baik ya, terlebih lagi hasil stalking ku semalam menunjukan kamu tampak bahagia. terutama, bisa berkomunikasi lagi dengan mantan-mantan mu dan wanita lainnya, benar kan?

Oh iya, hari ini hari terakhir menulis surat cinta dan dengan ini juga aku nyatakan bahwa aku selesaikan disini menulis surat untuk mu. Ya, ini surat terakhir ku untuk mu. Setelah hari ini, aku tak mau menodai hari yang seharusnya indah dengan bulir-bulir hujan yang jatuh dari pelupuk mata karena mu. Aku cukupkan semuanya disini. aku tinggalkan asa dan harapan ku bersama surat terakhir ini.

Aku sedari lama tau bahwa kamu bukan sesuatu yang pantas untuk di pertahankan ataupun perjuangkan. Sikap kamu yang kasar, cuek, semena-mena dan tak menunjukkan kepedulian sama sekali memberikan isyarat pada otak ku untuk tidak memperdulikan kamu lagi dan memulai hidup baru. Namun lagi-lagi hati terlalu lugu, ia tau tentang semua nya tetapi ia menutup matanya. Hati terus terjebak dalam khayalannya sendiri, dalam dimensi yang tak akan terbuka lagi, tentang kamu yang dulu. Kali ini, biarkan otak ku menjemput hati dan membebaskan nya dari penjara yang membelenggu. Jiwa ini terlalu lelah melihat otak dan hati bertengkar tiada henti. Jiwa ini butuh kedamaian, ketenangan, bahkan bahagia. Tolong biarkan aku membuka mata hati ini, dan jangan kamu beri jampi-jampi lagi pada matanya. Biarkan ia bangun dari tidur lelap dan kebutaan kronik yang telah kamu buat. biarkan hati ini menjadi sehat kembali.

Setelah ini, tolong ikhlaskan aku untuk bahagia. jangan lagi kamu penjara, siksa, dan dera hati ini. ia terlalu rapuh untuk di jadikan mainan. ia terlalu kering kalo harus di gantung terus-menerus.

Biarkan aku bahagia, sebelum aku ikut mengutuk mu atas perbuatan keji mu. Biarkan aku tentram, sebelum karma yang akan melumat habis mu.

Every end is a new beginning.
ya, ini akhir dari segala keperihan, kesakitan dan kegilaan. Selanjutnya, jari ini ingin menari sepuasnya menorehkan kisah-kisah indah dengan hati yang telah bisa tersenyum merona.

Salam dari aku yang telah gugur,
kini aku tengah menunggu reinkarnasi menjadi daun yang lebih hijau, segar dan mengagumkan untuk pohon yang akan benar-benar menghargai, mencintai, menjaga, serta menaugiku.

***

P.S :
Special thanks to @poscinta. terima kasih telah memediasi peluapan rasa yang sekian lama terpenjara semu. Perhari nya, tawanan rasa itu keluar satu persatu. Sedikit banyak lega rasanya bisa mengeluarkan apa yang terpendam dan tertanggung sendiri. Terima kasih atas project hebat nya :)

tak lupa juga @ekaotto, terima kasih telah bersedia di repotkan untuk mengirimkan surat-surat yang biasanya hanya bersembunyi di gudang yang bernama hati. senang mengenal kakak, meski hanya sebagai pengamat barisan kata mu :)



Tuan Angin

kepada tuan angin yang datang berhembus,

terima kasih untuk kedatangannya, tuan angin. aku menyukai caramu membuatku tenang dengan belai lembutmu. aku menyukai kesejukan yang kau tawarkan padaku tanpa balasan apapun. ya, aku sangat menanti kedatanganmu di pengapnya ruang tempatku berpijak. aku tahu kau sungguh spesial, tuan angin. aku tahu itu.

hanya saja tuan, tolonglah jangan berhembus terlalu kencang. kau membuatku takut karena kau tampak seperti sedang mengamuk. tuan angin, jika kau sedang bersemangat menari di udara, jauhlah dariku dan keluargaku, agar jangan mereka celaka karena gerakan hebatmu. aku tidak menyalahkanmu, tuan. aku tahu gerakanmu seperti itu bukan karena salahmu tapi karena salah udara yang memiliki temperatur berbeda.

aku rasa itu saja suratku, tuan. aku harap tuan mengerti perasaanku.

oh ya, tuan angin, tolonglah jangan merusak poni depanku dan poni depan para perempuan lain yang takut poni mereka berantakan karena sentuhan genitmu.


Salam,

Perempuan berponi depan.


Oleh:

Pesawat Kertas untuk Dimensi Sana

Dear Si Cantik Mama,
Halo Ma, Mama yang paling cantik sedunia. Mama yang mungkin lagi tersenyum tenang dan udah bahagia di sana. Mama yang mungkin sedang tertawa lepas di sana. Lagi pake baju baru Ma? Pasti cantik banget ya, Kanne tahu kok walau gabisa lihat, mata batin kan nggak pernah hilang.

Inget Ma, tahun lalu Kanne kan ngasih surat cinta ke Mama, dan Mama bilang, Mama pasti sembuh. Mama seneng sama suratnya kan? Bangga sama Kanne juga karena Kanne dapet tulisan terbaik waktu ikut Tobucil kan Ma? Kanne seneng kalo Mama senyum, Mama cantik sekali.

Kanne gabisa nulis surat di hari-hari sebelumnya, Ma. Maaf, Kanne ga berani, ga berani kalo harus ngebayangin Mama ga ada, ninggalin Kanne sendirian Ma. Kanne curhat sama siapa nanti? Kanne jalan-jalan ke Pasar Baru atau Riau Junction sama siapa? Kanne Shalat Ied sama siapa Mama? Kanne gamau kalo Mama ga ada. Rasanya mendingan Kanne yang duluan terbang daripada harus ditinggalin.

Sekarang, aku bebas bisa nulis buat Mama kapan aja. Tanpa harus Kanne print, tulis tangan atau ngerasa gengsi, Tuhan udah bantuin Kanne ngirimin pesawat-pesawat kertas ini buat Mama. Dan pasti, Mama baca ini, Mama pasti senyum sambil ngasih pelukan jauh dari sana.

Ini bukan surat terakhir buat Mama, tapi pasti akan ada surat-surat rindu lainnya yang akan Kanne layangkan, Ma. Kanne titipin sama tetes-tetes Hujan yang semalam menjemput Mama. Mama emang jauh, jauh banget. Cuma bedanya, Kanne bisa ketemu Mama kapan aja, walau ga secara fisik. Lima kali sehari, akan Kanne kirim doa dan kabar dari dimensi ini, Ma.

Kanne mungkin nangis, bukan karena ga rela Mama bahagia, Kanne cuma kangen Ma. Kangen banget. Kangen meluk dan dipeluk Mama kalau lagi tidur, kangen dibawelin suara Mama, atau bahkan, kangen mata Mama.

Baik-baik ya Mama sayang di sana. Semoga Mama mau dateng ke mimpi Kanne ya? Mama pasti mau, Kanne kan cuma bisa megang tangan Mama, meluk dan cium di mimpi. Mungkin mimpi bukan hanya sekedar buah tidur, tapi juga sebuah ruang hampa yang mempertemukan Kanne, sama Mama dari kedua dimensi berbeda.

See you Ma, jangan khawatir sama Kanne ya, all I need to cure this wound is only a time. Really. :)

Salam titik dua bintang setiap hari.

-penceritahujan-


PENUNJUK WAKTU, SURAT HIJAU, DAN PITA MAGENTA



Teruntuk : Seisi Semesta Yang Berkonspirasi
Tembusan: Pencinta Kejutan dan Peri Baik Hati, dan Korbannya Yang Berbahagia

*
Halo, Seisi Semesta Yang Berkonspirasi.
Aku akan menceritakan sebuah kisah. Kisah yang terjadi tadi malam, Jumat, 10-02-2012. Dengan dua pelakon yang berkomplot, dan satu korban yang anehnya menikmati perannya. Kenapa? Karena ia tahu bahwa kisah yang terjadi hari itu mungkin bisa menjadi awal dari hidup bahagianya.

Aku harus mulai dari mana? Ah ya, mungkin dari scene saat si korban melompat-lompat kegirangan sepanjang jalan menuju kamarnya malam tadi. Aku heran, apa yang terjadi dengannya? Karena yang aku tahu, seharian ini merupakan hari yang cukup berat baginya. Hmm coba aku ingat-ingat. Ah ya, diawali dengan demam yang berkepanjangan dan perut yang mual, ia pergi dari rumah. Tertatih ia memenuhi janji masa depannya. Seharian bergelut dengan urusan perkuliahan dan kerja praktek yang menguras tenaga dan pikiran, akhirnya dengan wajah pucat ia kembali ke peraduan.

Oh tapi tunggu. Sesaat setelah membuka pintu, ia menjerit kecil. Aku mengawasi sorot matanya yang membulat. Ternyata ia melihat wadah terbungkus rapi bertuliskan “Jangan Dibanting”. Senyum yang lebar terlihat menghiasi wajahnya. Memang mengapa? Ada apa? Sekarang ia menjerit kecil dan tertawa. Ah tentu saja! Bungkusan itu untuk dia! Deretan huruf terketik rapi membentuk rangkaian namanya. Dan nama siapa lagi itu di bagian pengirim? Ah, Peri Baik Hati?

Wahai Seisi Semesta, kalian tahu apa yang kemudian ia lakukan? Ya, ia melompat-lompat menunju kamarnya. Aku lihat butuh sekira 5 menit untuk ia bisa menguasai diri dari kegirangan yang menyedot seluruh oksigen dalam ruangan. Dia gila! Ya, dia gila karena yang ia lakukan selanjutnya adalah mengabadikan bungkusan tersebut sebelum dibuka. Ia ingin bukti rupanya, bahwa itu bukanlah imajinasi di malam hari belaka.

Oh Seisi Semesta, ia semakin gila saja! Dengan tertawa ia merobek-robek pembungkusnya. Dan jeritan semakin keras saat ia menemukan bungkusan panjang berpita magenta dan sepucuk surat dalam amplop berwarna hijau bertuliskan “Tolong baca aku terlebih dulu.” Tentu saja!, teriaknya. Coba lihat, tangannya bergetar, begitu pun mulutnya. Tidak, apa itu yang keluar dari matanya? Air? Ah, cengeng!

Penasaran aku mencoba mencuri pandang ke lembaran surat. Deretan huruf tertulis dengan manis. Aku coba membaca, dari awal sampai selesai. Siapa penulisnya? Si Pencinta Kejutan? Siapa dia? Siapa yang bisa membuat seluruh tubuhnya bergetar diliputi kegembiraan? Siapa dia yang menulis kata dengan begitu manisnya? “Dia malaikatku, kamu tahu?”, bisiknya dengan senyum yang masih merekah."Dia malaikatku."

Ah, Seisi Semesta. Apakah akhirnya kalian benar-benar berkonspirasi untuk membantuku membuatnya bahagia? Dan siapakah kalian wahai Pencinta Kejutan dan Peri baik Hati? Di mana kalian? Aku ingin bertemu. Aku ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Berkat kalian dia akan mengingat Jumat, 10-02-2012 sebagai salah satu hari terbaik yang tak terlupakan dalam hidupnya. Kejutan dari kalian ia rasakan bagaikan oase penutup hari yang sangat menyegarkan! Percayalah, aku bukan mengada-ada. Dan dia pun tidak berpura-pura.
*
Doanya di penghujung malam itu.
“Wahai Seisi Semesta. Tolong sampaikan kepada Pencinta Kejutan dan Peri Baik Hati, terima kasih. Terima kasih.”

*
Dan ia pun tertidur dalam malam yang tak lagi gelap.


Oleh:

Malam yang bernama minggu



Selamat senja abu-abu yang di temani langit bermurung durja.
Tampak nya si cuaca mengerti perasaan ku saat ini, lihat saja tingkah pola nya. Sore ini di tempat ku matahari sedang bersembunyi, mungkin ia berkelahi lagi dengan awan-awan di atas sana. Si matahari tampak malas menampakkan dirinya, mungkin karena masalah dia dan awan. sedangkan si awan, ia lelah menahan kesabaran dan lebih memilih murung sehingga berwarna gelap pekat, tampaknya sebenatar lagi ia akan menangis.

haha... lucu ya, mereka terlihat seperti kita,
kamu matahari dan aku awan. Tak jelas masalahnya apa, tiba-tiba saja kamu menjauh, tak mau menghubungi ku, menelantarkan aku, dan menggantungkan semua hubungan kita ini.

kamu yang terus-terusan muncul di setiap surat ku,
Bagaimana kabar mu sore ini? pasti menyenangkan seperti biasanya nya. kamu bisa pergi bersama teman-teman mu hingga larut malam. sedangkan aku? aku lebih banyak termenung, tersiksa, dan terpenjara dengan sikap mu yang sungguh luar biasa. luar biasa JAHANAM!

entah sudah berapa malam yang aku lewati tanpa mu, hingga akhirnya aku lupa bahwa malam itu ada. bahkan hari ini pun, sama sekali aku tak ingat bahwa malam ini adalah malam nya. hahaha... kamu jahat sayang. kamu bahkan membuat ku amnesia akan adanya malam ini, hanya karena kamu tak menyapa dan membiarkan aku melewatinya sendiri. andai bukan karena kicauan seseorang, mungkin malam ini akan sama seperti malam sebelum nya, aku lupa akan adanya malam yang di bernama minggu.

kamu si penjemur hati,
hallo....!? mau sampai kapan itu hati di perlakuin kayak pakaian? cukup ya, ga perlu di jemur gitu. kalo mau balikin, langsung balikin aja. kotor-kotor juga ga apa-apa yang penting bisa balik ke pemilik nya. sekali lagi aku tanya biar kamu ga lupa terus, kapan mau balikin hati aku?!


How are you mom? I miss you...



Hai mom, apa kabar? Hampir 9 bulan, kita tidak bertemu face to face, semoga mama bahagia ya di rumah Bapa sana, so many things happen lately, aku kangen kita curhat-curhatan lagi seperti dulu, sambil tiduran di kamarku, dan aku menyentuh tangan mama yang hangat, aku menggenggamnya dan mama membalasnya menggenggam tanganku erat, jemari kita saling bertautan dan beberapa saat genggaman hangat itu saling menguatkan, seolah berbicara dengan keyakinan yang lantang bahwa everything its gonna be alright, we can fix it.
Aku kangen malam-malam yang nyaman, ketika mama duduk di sofa dan aku membasuh kaki mama dengan air hangat dalam ember, membersihkan jemari kaki dan kuku-kuku mama, lalu memulasnya dengan cat kuku warna merah tua, atau coklat tua, warna-warna kesukaan mama, hal itu sangat menyenangkan.
Aku kangen kita duduk berdoa bersama, kangen parah mendengar suaramu, dan mendengar mama menyebut namaku dalam untaian doa itu, sekarang aku hanya bisa mengulang rekaman doa terakhir yang mama ucapkan di rekaman handphone, 3 hari sebelum mama kembali ke rumah Bapa. Dan mama sempat mendoakan yang terbaik untukku, yang nilainya melebihi seluruh cinta di dunia.
Aku kangen when you are texting me, ketika aku berpergian ke luar kota, “cantik, sudah sampai mana?” perhatian yang takkan tergantikan oleh siapapun juga, sapaan yang membuatku merasa aku adalah putri mama tercantik sedunia. I’m proud to have you in my life.
Aku kangen kita pergi ke gereja bersama, ahhhh... how i miss that time, rasa kangen itu mengegebu-gebu ketika membuka lemari mama dan menyentuh pakaian-pakaian yang biasa mama pakai ke gereja, dan ketika merapikan sepatu-sepatu mama dirak, suatu kali aku pernah memakai sepatu mama ke gereja, dulu ukuran kaki kita sama, tapi kemarin ternyata sepatu wedges putih mama mulai sempit dikakiku, tapi aku tak peduli, aku tetap pakai sepatunya, dan merasa ada bagian dari dirimu ikut aku ke gereja kala itu.
Gereja yang mama perkenalkan semenjak aku kecil, tempat aku bertumbuh, duduk di bangku gereja, ada kenangan-kenangan berkelebat yang membuatku tersenyum, waktu kecil dibangku barisan itu aku pernah ketiduran dipangkuan mama, di bangku barisan itu juga mama pernah memberiku permen dan cemilan-cemilan dalam kantong kecil berwarna merah muda berenda dengan motif bunga-bunga supaya aku tidak rewel, ya aku memang tidak pernah rewel, aku selalu menikmati saat-saat seperti itu bersama mama, rasanya manis, semanis permen yang aku kulum.
Di bangku barisan itu juga mama duduk melihatku perform untuk perayaan natal, melantunkan pujian, menari, bermain drama, melihat aku disidi, melihat pelayanan-pelayananku, dari depan aku mencari tatapan matamu, dan mama melihatku dengan tatapan hangat sehangat matahari yang penuh kepercayaan.
Dan setiap aku terbangun dipagi hari, merasakan hangatnya sentuhan matahari pagi di permukaan kulitku, aku selalu menyadari, mama selalu ada disana mengharapkan yang terbaik untukku. Dan aku akan mengucapkan I love you mom, like usually when you wake up in the morning, sampai nanti kita bertemu lagi, ketika waktunya kita bisa sama-sama berkumpul dan berpelukan kembali di rumah Bapa.


Oleh:

Untuk Sang Perempuan

Hai, kalian para gadis,

ah, banyak sekali ekspektasi masyarakat kita terhadap kalian

kalau kau belum menikah di usia 25, dipandang negatif

kalian harus cantik, namun jika kalian memakai kosmetik, dibilang palsu hanya mementingkan penampilan luar

Terkadang bahkan jika di mata masyarakat kalian “kurang cantik”, kalian dianggap tak seberapa bernilai

untuk kalian para wanita,

Mengapa? mengapa jika kaum lawan jenismu melepaskan keperjakaannya sebelum menikah, itu bukan sebuah persoalan besar, namun jika kau melepaskan keperawananmu sebelum menikah, kau dicap perempuan nakal?

Kau dianggap harus menjaga dirimu, dibilang kau adalah perhiasan yang harus disimpan dalam lemari kaca

Ah, itu semua omong kosong, kau bukanlah objek.

Tubuhmu adalah milikmu, adalah hakmu sepenuhnya apa yang kau lakukan dengan tubuhmu.

para perempuan cantik,

ya, jika kau seorang perempuan dan kau membaca ini,

sadarkah kau, kau cantik sekali hari ini,

dan kemarin-kemarin, dan sampai kapanpun

bukan karena kulitmu putih mulus, rambutmu lurus, dan tubuhmu ramping semampai

namun karena kau wanita seutuhnya

Kau bukan warna kulitmu,

kau bukan ukuran pakaianmu

kau bukan jenis rambutmu

kau bukan perhiasan yang menempel di tubuhmu

pikiranmu adalah kau

kepribadianmu adalah kau

kecerdasanmu adalah kau

kau adalah personamu

Ketahuilah, jika nanti kita bertemu, aku tak akan berkomentar tentang ukuran bajumu yang bertambah atau berkurang

aku juga tak peduli akan berapa jumlah kerutan di wajahmu

aku akan bertanya tentang buku yang kau baca

atau tentang film yang kau tonton

aku akan bertanya pendapatmu tentang berita di TV hari ini

Ah, menyenangkan sekali kan jika ada yang memandangmu tidak dari atribut luarmu

Hai para wanita,

ingatlah, kau adalah wanita seutuhnya

kata siapa wanita seutuhnya adalah mereka yang punya tubuh seperti ini, seperti itu, harus memiliki suami dan anak dan sebagainya?

Kau bisa berambut pendek atau panjang, atau bahkan tak memiliki rambut sekalipun, dan tetap menjadi wanita seutuhnya.

kau bisa kurus atau gemuk, dan kau adalah wanita seutuhnya.

Kau boleh memiliki anak, ataupun tidak, ataupun memang tidak bisa mengandung seorang anak, dan kau tetap wanita seutuhnya.

Kau boleh memiliki suami, tidak memiliki pasangan hidup atau bahkan memiliki seorang istri, dan kau tetap wanita seutuhnya.

Perempuan cantik, tersenyumlah! Kuharap harimu menyenangkan


Surat Untuk kalian

Kalian yang indah terendap di dalam kenangan.

Setiap waktu yang berlalu terasa jadi lebih menyenangkan, karen ada percikan tawa di dalamnya. Selalu ada rencana- rencana indah yang kita susun setiap bertemu.

Ah sedih sekali ketika akhirnya saya harus mengambil keputusan untuk berpisah dengan kalian. Semalam saya kembali rindu saat-saat makan malam rame-rame dengan kalian. Di sini sepi sekali, mungkin penghuninya masih pada asyik menikmati liburannya di kampung halamannya masing- masing. Tapi saya bersyukur pernah punya pengalaman liburan-yang-tak-akan- pernah saya lupakan-seumur-hidup.

Ah kenapa sih liburan ini terasa singkat sekali, kenapa harus ada ujungnya juga? Kenapa di akhir hari liburan ini justru ada sepercik rindu juga untuk teman-teman di kampus?

Surat ini khusus untuk yang selalu meminta saya mengulang- ulang kalimat: ‘Sudah makan dulu sanah’
Untuk yang memutar lagu Kahitna atau Terry setiap malamnya sebelum tidur.
Untuk yang pernah tiba- tiba mengatakan: ‘Cinta dan politik itu sebenarnya sama’
Untuk yang susah bilang huruf F dan mengubahnya menjadi P.
Untuk yang selalu melempar koin untuk diperebutkan saat berenang.
Untuk yang menyanyikan lagu ‘Kudaku lari gagah berani’ saat perjalanan ke Bromo dan mengajarkanku untuk menyenandungkannya kala dalam perjalanan.
Untuk yang tak pernah bisa bahasa Jawa dan vocabnya terbatas di kata: ojo dan ono, sehingga kerap mengucapkan ‘ojo-ojo’.
Untuk yang tergolek sakit beberapa hari setelah ke Bromo.
Untuk yang berpose seperti personel Peterpan ketika kamera mengarah kepadanya.
Untuk kalian yang turut berjabat tangan mengantarkan kepulanganku dan Amil ke Solo.

Surat hari ke- 29 ini kutujukan kepada kalian yang turut memeriahkan tamasya Bromo, ikut berenang, makan malam rame-rame, karaoke bareng, dan merencakan perjalanan (yang untuk sementara waktu gagal) ke Blitar. Terima kasih karena telah mengisi hari ku dengan begitu indahnya, terima kasih untuk pertemanan (atau malah persahabatan?) dihari-hari liburan yang singkat di Pare. Terima kasih untuk segenap kegembiraan yang turut mewarnai hari –hari itu. Maafkan saya jika selama kita bersama banyak kesalahan yang kuperbuat. Maaf saya tak sempat pamit langsung, dan mungkin tak kuasa untuk menahan tangis jika pamit langsung.

This letter is for you all guys.


Oleh: