29 January 2012

I’m So Sorry

Dear Bunga,

Entah bagaimana aku memulainya, perasaan ini muncul begitu saja. Saat dosen memanggil nama kamu dan mengatakan “Kamu cantik sekali setelah rambutnya dipotong..”. Aku yang saat itu duduk di paling belakang hanya tersenyum mendengarnya sambil berkata dalam hati mungkin saja apa yang dikatakan dosen itu ada benarnya juga. Ah, selama 6 bulan aku kuliah ternyata aku tidak menyadari ada bidadari yang duduk sekelas denganku.

Lalu aku ingin dekat dengan kamu dan ingin mengenalmu lebih jauh. Aku suka, saat melihat kamu tersenyum, seolah ada kedamaian dan ketenangan di dalamnya. Mungkin aku sok tau, tapi itulah yang aku lihat. Senyuman yang begitu tulus. Oke, lampu hijau telah menyala setelah aku tanya sahabat-sahabat kamu soal adakah kedekatan kamu sama cowok lain, meski saat itu kamu tidak tau kalo aku ngedeketin kamu. Kemudian semuanya berjalan baik-baik saja. Aku senang saat kamu dan teman-teman datang ke rumahku saat ulang tahunku yang ke-17. Lalu kalian menumpahkan banyak sekali tepung dan telur ke muka dan badan aku. Benar-benar sweet seventeen banget kalo kata orang-orang.

Rasa senang ini kembali hadir ketika di beberapa acara kampus kita sering tampil dan menari tarian Jerman berpasangan. Kita juga pernah pergi ke tempat latihan bareng yang saat itu sedang gerimis, kemudian sesampainya kita mengobrol berbagai hal sambil menunggu teman-teman lainnya datang. Rasanya begitu indah ketika kita menari bersama, terlebih lagi ketika di atas panggung. Bagaimana tidak? Aku menggenggam tangan wanita yang kusukai, mata yang saling bertatapan dan senyum yang berbalas. Meskipun hal itu hanya dalam gerakan tarian tapi betapa hal itu memiliki makna.

Kamu ingat tidak saat turnamen futsal jurusan antar angkatan? Aku sedang bermain dan kamu melihat di bangku penonton. Saat itu aku sedang berlari menggiring bola, kemudian terjatuh di dorong lawan yang membuat lutut kananku berdarah. Aku ditandu keluar lapangan. Luka segini sih tidak apa-apa buatku, aku masih bisa berdiri dan berlari. Tapi kemudian kamu datang dan membawa kotak medis, dan kamu mengobatinya dengan betadine. Kamu terseyum dan menyemangatiku. Aku sangat berterima kasih. Rasanya luka ini langsung sembuh setelah diobati sama kamu. Sesaat kemudian aku kembali ke lapangan dan bermain meski akhirnya tim kami kalah.

Aku pikir ini adalah awal yang baik untuk melanjutkan hubungan ini. Tapi ternyata tidak, semuanya berubah begitu cepat. Tidak! Tidak semuanya. Hanya aku yang berubah. Aku mulai menjauh. Aku tidak lagi ngedeketin kamu, kemudian kita jarang mengobrol bahkan jarang untuk bbm-an. Semua tentang diriku berubah, aku menjadi orang yang begitu pendiam, begitu defensif, dan menutup diri. Ini terjadi selama beberapa minggu. Tidak hanya sama kamu, tapi juga temen-temen lain dan bahkan sahabat dan temen-temen dekat aku. Terlebih lagi aku jadi sering tidak masuk kuliah dan tidak beri kabar sama sekali. Berulang kali sahabat-sahabat aku menanyakan apa yang terjadi, berulang kali pula aku katakan aku baik-baik saja. Tapi mereka tau aku berbohong. Pada akhirnya aku pun menyerah dan menceritakan semuanya sama sahabat aku. Semuanya dari A sampai Z hingga detil kecilnya sekalipun. Aku tidak bisa menahan air mata ini saat menceritakannya. Aku tidak bisa terus menerus memendam masalah ini sendiri. Ya, masalah ini adalah masalah internal di keluarga aku. Masalah yang begitu kompleks yang bahkan hingga saat ini aku masih takut hal itu akan terjadi lagi.

Mungkin kamu sedikit sudah tau tentang masalah yang aku hadapi ini dari temen dekat aku, tidak semuanya tapi kamu tau kalo aku sedang menghadapi problem yang rumit. Aku tidak bisa menceritakan semuanya dalam surat ini, terlalu perih untuk diceritakan. Menulis bagian ini saja hampir membuatku menangis. Yang paling aku sesali adalah aku belum menepati janji aku ke kamu. Saat itu kamu menawarkan untuk berbagi cerita. Tapi aku menolak dan berjanji akan menceritakannya suatu saat nanti. Tapi sampai sekarang aku belum menepati janjiku itu. Kamu tau kenapa? Aku tidak bisa menceritakannya ke kamu. Sudah cukup banyak orang yang mendengarkan cerita yang menyakitkan ini. Bagiku kamu adalah orang yang spesial. Aku yang menganggap kamu spesial tidak ingin melibatkan kamu ke dalam kesedihan yang aku alami. Kemudian keadaan ini semakin memburuk saat aku mengupdate status di twitter yang menyertakan cewek lain. Hal terbodoh yang pernah kulakukan. Aku telah menyakiti perasaan orang yang aku sayangi. Aku pantas kamu benci. Ditambah lagi keadaan di rumah yang semakin hari semakin panas. Aku bingung harus bagaimana. Aku merasa terpuruk. Aku merasa berada di puncak keputusasaan. Melihat Ibuku yang setiap malam menangis di kamarnya. Adikku satu-satunya yang susah sekali diatur dan suka melawan Ibuku dan suka berbohong. Ayahku yang seharusnya ada untuk mereka berdua malahan tidak melakukan apa-apa bahkan untuk memberi nasehat sekalipun. Aku benar-benar tidak mengerti semua ini.

Aku hanya tidak bisa terima, melihat wanita yang terus menangis, terlebih lagi jika wanita itu adalah seorang Ibu yang menangis karena anaknya sendiri. Aku juga tidak bisa menerima, saat hal itu terjadi, Ayahku tidak melakukan apa-apa. Seolah tidak punya waktu untuk hal ini dan membiarkan Ibuku menahan sakit. Seperti saat aku menceritakannya pada temanku, aku malah menangis menulis surat ini. Cengeng banget ya, padahal aku ini laki-laki. Seorang temanku memberikanku motivasi, dia bilang dibalik sifatku yang perasa ini, aku memiliki hati yang kuat. Dia yakin kalo aku bisa menyelesaikan ini. Jadi aku juga harus yakin, cepat atau lambat kebahagiaan di rumah ini dapat kembali.

Aku berharap kamu mengerti. Aku tau ini bukan cara yang benar, mengorbankan sesuatu untuk sesuatu yang lain. Tapi semua orang punya pilihan. Begitu pun aku.

Soal janji yang belum aku tepati. Sebenarnya aku ingin, sekali ini saja, aku ingin sharing dengan orang lain, bukan karena aku sedang dalam masalah apapun. Tapi aku ingin sharing, karena aku berhasil menyelesaikan suatu masalah atau ketika setidaknya keadaan mulai membaik. Dan aku ingin, saat semuanya telah kembali. Aku ingin kamu yang pertama kali mendengarnya.

Aku minta maaf karena menyakiti perasaanmu. Aku minta maaf karena memberi kamu sebuah harapan, lalu kemudian menjatuhkanmu. Sejujurnya aku tidak bermaksud seperti itu. Kamu terlalu baik untuk tersakiti hatinya. Kamu, teman terindah yang pernah aku miliki. Benar-benar, seperti bidadari..

Temanmu,

Gemma


Oleh:

tak mampu mengucap

ai @atikafaizah
sore ini aku menuliskan surat cinta yang kutunjukkan untukmu
aku sudah tidak tau lagi apa yang semestinya kuperbuat untuk membuatmu bahagia seperti dulu lagi,hari ini aku terdiam bukan karena aku marah kepadamu,melainkan aku sedih karena aku hanya menggangumu saja,aku sudah tidak bisa lagi membuatmu tertawa tersenyum bahagia sebagaimana yang seorang cowok semestinya lakukan kepada pujaan hatinya
mungkin aku terlalu memaksakan keadaan untuk tetap bersamamu sehingga kamu tidak ada rasa lagi kepadaku,aku ingin melontarkan satu pertanyaan dari mulutku ini,tapi apabila kukatakan padamu pastinya kau menjawab "kok nanya gitu?" oleh karna itu,melalui surat ini kubertanya,"apakah kamu masih sayang?" mungkin aku sedikit tidak percaya apabila kau berkata kau masih menyayangiku,karna rasa itu sudah tidak lagi kurasakan seperti dulu
mungkin ini memang salahku yang tidak pernah berani untuk memperkenalkanmu kepada kedua orang tuaku,tapi aku memiliki alasan yang seharusnya kau ketahui,aku masih belum terlalu boleh berpacaran,tapi aku mempunyai janji didalam diriku bahwa pada saatnya aku akan memperkenalkanmu kepada kedua orang tuaku
setelah aku berfikir atas perlakuanmu kepadaku,aku tau kamu sengaja untuk berbuat seperti itu agar kamu bisa menjauh perlahan dariku,karena ku tau kamu tidak ingin aku merasa seperti waktu kita pernah berpisah dulu,sejenak terlintas di benakku bahwa kamu menginginkan kita kembali bersatu bersamaku kembali dulu itu hanya untuk sekedar tidak membuatku sedih,namun ku hindarkan fikiran itu dan ku buat diriku percaya bahwa kamu masih sayang
kini aku hanya bisa pasrah terhadap keputusan yang akan kamu ambil kedepannya,jika kamu merasa lebih baik lebih bahagia apabila hubungan kita berakhir,lakukanlah.aku berjanji tidak akan bermusuhan,tapi beri aku waktu untuk menyendiri,karna aku ingin menyimpan rasa sayangku jauh didalam hatiku agar tak seorangpun yang akan tau akan hal itu,dan aku ingin mengubur mimpiku untuk bersamamu dan menjagamu hingga takdirlah yang membangunkan mimpiku itu
namun jika kamu masih ingin mempertahankan nya aku juga akan berjuang untuk mempertahankanya,kini semua terserahmu.tapi aku ingin kamu tau satu hal yang sebenarnya kamu juga pasti tau "aku sangat menyayangimu"
maafkan aku ya sayang


Kamu Percaya Kalau Di Dunia Ini Nggak Ada Yang Namanya Kebetulan?

Teruntuk kamu @tabibqiu
Sebenarnya aku malu menulis surat ini buat kamu. Semua orang kenal kamu dan aku bukan siapa-siapa. Kamu tau, sejak pertemuan kita yang pertama kali sebelum kamu naik ke atas panggung, aku sama sekali tidak pernah menyangka kalau kita bisa berkomunikasi seperti ini. Bisa bertemu denganmu waktu itu saja sudah menjadi salah satu anugerah dalam hidupku.
Aku suka dengan caramu menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Itu kali pertama aku merasa nyambung dengan kamu. Padahal kamu hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin udah biasa dilontarkan reporter lain. Oh, ya, aku mau kamu tau, kalau waktu bertemu denganmu waktu itu aku sedang sakit. Hemoglobinku menurun drastis. Bahkan aku sempat jatuh di parkiran waktu sedang berjalan menuju lobby hotel sebelum bertemu denganmu. Untung temanku segera menolong. Kalau tidak, mungkin aku akan malu dilihat penjaga parkir saat itu.
Itu kali pertama kita bertemu. Lalu waktu berlalu… Dan kita sama sekali nggak pernah berkomunikasi lagi. Itu terjadi pada akhir tahun 2010.
Lalu pada September tahun 2011 kemarin waktu aku baru bikin akun baru di Linkedin, aku mendapat notifikasi baru. Kamu menambahkan aku sebagai salah satu teman di daftar link-mu. Aku terkejut sekaligus haru. Makanya aku langsung mengirim pesan singkat yang berisi kalau aku senang bisa ketemu kamu lagi meski hanya di Linkedin.
Entah kamu sedang tidak sibuk atau apapun itu namanya, pesanku langsung kamu balas. Supaya topik obrolan kita tidak membosankan, aku tak lupa mengucapkan happy belated birthday. Aku tau telat. Tapi kupikir lebih baik daripada tidak sama sekali. Lalu kita saling bertukar kabar dengan menanyakan kesibukan. Kamu tau, aku sama sekali tidak pernah menyangka kalau kamu akan bertanya seperti itu.
Balas membalas pesan menjadi hal yang begitu cepatnya kita lakukan saat itu. Aku bingung bercampur senang. Apa kamu sedang tidak sibuk waktu itu sampai bisa-bisanya balas membalas pesan dengan cepat bersamaku. Selanjutnya, biar topik pembicaraan tidak berubah monoton, aku juga memberikan ucapan selamat karena kamu akhirnya punya pasangan hidup. Aku ingat betul waktu itu aku bilang kalau aku susah memulai untuk mengucapkan selamat buat kamu karena aku takut kamu bilang norak. Tapi ternyata nggak sama sekali. Kamu bahkan membalas pesanku dengan berterimakasih atas doa-doa kelanggengan yang kupanjatkan buat kamu dan dia.
Waktu terus berlalu dan waktu aku menemukan foto profil BBM-mu adalah foto single terbaru, makanya aku bermaksud untuk meriviewnya di majalah tempat aku bekerja. Komunikasi kita tetap seperti biasa.
Sampai akhirnya entah kenapa aku langsung mengomentari status BBM-mu yang mengatakan kalau kamu sedang di Bandung. Aku bilang kalau aku selalu iri kalau melihat ada yang pergi ke Bandung. Kamu tau kan alasannya? Aku memang sangat menyukai atmosfer Bandung, bahkan sebelum aku pernah menginjakkan kaki di sana.
Kita kembali bercerita dan ada beberapa hal yang aku rasa tidak terlalu penting untuk dibahas. Tapi kamu malah mengatakan kalau apapun itu pasti penting. Perasaanku kembali seperti bulan September 2011 kemarin. Aku merasa kamu memang sosok sederhana yang hangat. Kita bicara panjang lebar, mulai dari soal kegiatan kamu di sana sampai tentang seseorang dari masa laluku. Ahh, ini lucu pikirku. Kenapa aku bisa membahas soal ini denganmu.
Waktu tetap terus berjalan. Tahun berganti dan semalam tepatnya. Tanggal 27 Januari 2012. Kamu mengirimkan ucapan selamat ulang tahun lewat BBM. Kamu tau, aku terkejut sekaligus terharu. Aku bingung entah dari mana kamu tau aku ulangtahun. Pasalnya kamu kan tidak mem-follow aku sama sekali. Makanya kubilang sangat terkejut.
Lalu kita kembali membahas hal-hal yang sama sekali nggak berkaitan dengan pekerjaan kita. Bukan tentang musik, bukan tentang review, bukan pula tentang kesibukan manggung. Yang kita bicarakan adalah soal karakter. Lalu dengan malu-malu aku bilang ke kamu kalau aku merasa kamu itu adalah sosok yang sensitif dan romantis. Seketika kamu langsung bertanya kenapa bisa menyimpulkan seperti itu, maka aku pun menjawab panjang lebar semua komunikasi yang pernah terjadi antara kita.
Qiu, kamu tau, di dunia aku percaya nggak ada yang namanya kebetulan. Kebetulan kamu datang ke Medan, kebetulan aku yang mendapat tugas untuk mewawancarai kamu. Kebetulan aku membuat akun baru di Linkedin dan bertemu kamu. Kemudian kebetulan kamu merilis single baru dan aku meriviewnya. Lalu yang terakhir kebetulan aku ulang tahun dan kamu mengucapkan selamat ulang tahun.
Semua yang aku sebutkan tadi bukan kebetulan. Nggak ada yang namanya kebetulan, yang ada itu hanya kebenaran. Karena aku percaya every thing happens for a reason. Semoga suatu saat ketika semesta mengizinkan, kita bertemu ya. Lalu bercerita panjang lebar satu sama lain dengan saling bertatap wajah. Bukan lagi menatap layar komputer atau Blackberry seperti yang pernah kita lakukan.



Mantan Calon Ibu Mertua Lagi

Halo Bunda yang baik…
Apakah kau sudah membaca suratku yang lalu? Maaf, kini aku menulis lagi untukmu hanya untuk menjelaskan kejadian kemarin malam yang membuatmu menangis. Aku pasti sudah sangat menyakitimu hingga air matamu mengalir deras dan kau tidak lagi mau membalas pesan-pesanku.
Aku tahu, aku pasti akan membuatmu sedih bunda, dengan segala keegoisanku. Aku mengembalikan kenanganku bersama anakmu dan kau menolaknya. Kau meminta aku membuangnya jika aku membenci kenangan itu. Tidak. Aku tidak membenci segala yang kulalui bersama anakmu. Segalanya indah untukku, namun aku ragu untuknya. Bunda, alasan aku mengembalikan kenangan itu hanyalah karena keegoisanku, kuakui itu. Aku tidak lagi sanggup melihatnya apalagi menggunakannya di masa kini. Aku tidak ingin bersedih terlalu lama, terlalu dalam.
Apakah kau tahu bunda? Ketika aku menatap kenanganku bersama anakmu, aku ingin membalik waktu. Ingin kembali lagi bersamanya. Bodohnya aku kan bunda?! Nyaris setahun aku menantinya kembali padaku dengan setia, kugenggam lengan waktu untuk berjalan bersama dengan akur. Aku bersabar berjalan beriringan dengan waktu yang tidak mungkin berlari. Tapi kau pun (mungkin) tahu bunda, dia berpaling menyakitiku. Datang dengan mengembalikan harapan yang aku titipkan padanya. Memberiku hadiah seolah-olah memberikan apresiasi atas kesetiaanku menunggu bersama waktu atas hal yang tak pasti.
Jam tangan itu, kenangan yang entah bisa aku bilang apa. Jam tangan itu, seakan-akan menertawakan atas kesetiaan bodohku menunggu begitu lama. Jam tangan itu, dia berikan padaku bahkan ketika hatinya tidak lagi setia padaku. Aku jadi merasa tidak berhak untuk menyimpannya. Tidak sanggup menggunakannya. Tidak sanggup menatap jarumnya berputar karena aku tidak lagi menunggu hal indah yang kudamba.
Bunda, tidak ada alasan baik yang bisa aku ungkapkan padamu tentang keegoisanku. Semuanya hanyalah sekedar keegoisan menjaga hatiku sendiri tapi aku jelas-jelas tidak memikirkan perasaanmu. Maafkan aku. Jelas, aku tidak ada maksud menyakitimu bunda… Aku masih berharap kau tetap mengingat hal baik tentang aku yang hanya setitik. Semoga sakitnya hatimu karena aku masih sanggup meluangkan maaf yang kupinta dengan sangat.
Maafkan aku bunda. Segala hal buruk yang aku lakukan kemarin bukan maksud untuk menyakitimu. Semoga kau masih percaya. Semoga kau masih sudi menganggap aku anakmu, meski aku tidak lagi menjadi calon menantumu.
Maafkan aku bunda… Akhirnya aku putuskan untuk menyimpan kenangan itu meski aku belum sanggup menggunakannya.
Salam sayang, cinta dan rinduku yang tersembunyi
Aku, mantan calon menantumu
@hotarukika


tersenyumlah..

Untukmu, @amanda_ayuk

Untukmu sahabatku yang sedang dirundung sendu..

Mungkin sahabat-sahabatku yang lain akan cemburu,aku membuat surat untukmu,tapi kurasa tidak berlebihan.

Sejak awal perkuliahan,yang pertama dan terus jadi sahabatku adalah kamu.

Dulu kamu gadis pendiam&pemalu,kini semua senang melihatmu lebih ceria dan cerewet,mungkin memang ketularan aku,si..Haha..

Kita dulu dekat tidak cuma berdua,sekarang beda..Tak apa,ya?Kan kita malah bisa membuka mata,punya banyak sahabat yang lebih baik,meski rada gila.. #eh

Lagipula,malah jadi rame,kita jalan sama-sama..Tapi,ya,kita masih bisa,kok,sesekali jalan cuma berdua,ngusir galau&stres berdua.. #upps

Kamu yang pintar masak,kamu baik,baik sekali..Kepada siapapun siap membantu tanpa pamrih..

Kamu ini kenapa tertutup sekali,kalau ada masalah,jangan disimpan sendiri,ya..
Semua jadi ikut sedih melihatmu hanya terdiam,murung..
Bingung mau apa..Mau tanya,nanti kamu malah tambah sedih.

Aku juga tau,kok,kamu masih nggak rela atas perlakuannya..Begitupun aku..
Tapi biar bagaimanapun,kan ada Allah yang Maha Adil,Maha Kuasa.

Kamu jangan sedih terus,ya..Aku sebenarnya juga stres,sedih..Tapi kan kita bisa berjuang sama-sama..
Percaya,deh,semua ada giliran nya..
Nanti kita juga akan bisa lewati ini,cepat atau lambat..

Semoga kita bisa segera melanjutkan hidup,mengerjakan hal lain yang lebih berguna.
Ammin.

O,ya,pesen ku,belajar 'on time',ya..Yang lebih cekatan,jangan lelet, ngaret terus..
Terus,belajar sabar juga,jangan tetiba jadi nyeremin lagi..Hehe..
Tentang 'penggemar'mu yang satu itu, jangan dianggap serius, lah.. santai aja..

Daripada pusing+stres mikir skripsi,ayo kapan CABE beneran dibikin girlband?Haha..

Sudah,ya..Jangan melow,galau terus..Semoga surat singkatku bisa membuatmu tersenyum sejenak,memberimu semangat lebih untuk terus berjuang..Cemungudh,eeaa! :)


Elisabeth

Halo Lisa..
Apa kabar sayang? Aku kemaren nginep dirumah lho.. Ketemu sama Mami, Papi, Babam sama Kak Kila. Oh iya, kenalan sama AJ juga. Ganteng ya dia.
Lisa, aku kangen.
Maaf ya aku gak nepatin janji aku buat dateng ke Bekasi waktu kamu sakit. Aku nyesel banget. Aku selalu sedih kalau inget ini. Sedih kalau inget Kak Kila dulu BBM terus bilang kamu nanyain aku, bilang pengen dimasakin sama aku.
Mama aku selalu bilang gini sama aku, “Jangan pernah lupa bilang sayang. Tunjukin perasaan, luapin perhatian sama orang yang kamu sayang. Semuanya, selagi masih punya waktu. Selagi masih ada kesempatannya.”
Dan aku selalu menyesal kalau inget kata-kata Mama aku ini. Kemarin aku punya kesempatannya, dan aku sia-siakan.
Tapi, menyesal gak akan bikin janji aku terpenuhi bukan?
Lisa,
Waktu kita untuk ketemu mungkin terlalu singkat. Tapi Tuhan pasti punya rencana-Nya sendiri buat kita. Aku percaya banget ini. Yang terpenting, sekarang kamu udah seneng-seneng dan gak sakit lagi.
Yaudah dulu ya Lisa. Nanti aku tulis surat lagi buat kamu.

Salam sayang,
Kak Echi yang Pengen Peluk Lisa.


Oleh:

“Sudut pandang”

Teman, boleh aku bercerita?

Aku kadang merasa bingung pada segelintir manusia. Bagaimana tidak. Sebentar memujiku, menyambut kedatanganku dengan kata-kata manis. Tak lama kemudian menghujatku, melontarkan kesah dan serapah. Selang beberapa saat mereka kembali menyanjungku dalam rias tutur romantis. Dan ketiadaanku malah justru dirayakan dalam bahagia yg meruah..

Pagi dibilang hangat. Siang dibilang menyengat.
Senja dikata merona. Malam dikata memesona.
Andai saja mereka sadar bahwa itu semua wujudku yg satu, yg hanya saja sedang mereka pandang dari sudut elevasi yg berbeda.

Atau memang seperti itukah hakikat manusia? Gemar melabeli satu objek yg sama sesuka hati, hanya berdasarkan subjektifitas sudut pandang mereka masing-masing yg tentunya berbeda-beda, tanpa mencoba mengandai bagaimana rasanya memandang dari sudut pandang yg lain?

Oh ya, perkenalkan namaku Matahari. Kalau pagi sering juga dipanggil dengan nama Mentari..



Oleh:

Selamat Berbahagia

Surat ini kutujukan untukmu, meski kamu tak akan pernah tahu. Kamu selalu menyalamiku sambil menempelkannya di keningmu, memanggil namaku dengan suara cemprengmu. Selalu bercerita tentang keseharianmu dan pria yang mendekatimu, dan aku orang yang paling cerewet soal itu karena bagiku kamu adalah adik kecilku.

Tiga tahun yang lalu, aku hanyut dalam sendu. Kamu yang selama ini bersampul riang, ternyata sedang meradang. Kanker nama yang angker, katanya dia menggerogoti sel-sel otakmu. Meninggalkan tubuhmu dengan pikiranmu terpisah, kamu masih asyik disana, di dunia yang aku tak tahu dimana. Dan aku, karena cuek ku bahkan baru tahu setelah aku pergi jauh darimu. Saat kangen denganmu tapi ternyata dokter yang merawatmu yang membalasnya. Kalut, mendengar kamu harus berbaring dan tetap hening.

Berbulan-bulan waktu ku lalui dengan menghubungi dokter itu sambil menyimpan harapan. Aku selalu percaya keajaiban, buktinya saja kamu akhirnya kembali menyapa ceria meski sebagian ingatan masa silam mengendap dalam. Dan aku masih belum menyerah, aku terus meminta dokter untuk memancing ingatan-ingatan itu, kenangan yang mungkin berkesan untukmu.

Lagi-lagi tangan-Nya berkuasa lewat dokter itu kamu kembali ingat semua, tentang aku dan tentang segala hal. Kita kembali rajin menyapa, kamu sering bercerita segalanya tetap seperti kamu yang ceria. Berbulan-bulan kemudian dan kamu tak ada kabar, aku mencoba menguhubungi tapi kontakmu tidak menyala, lagi-lagi ini salahku yang cuek luar biasa.

Berpikir baik-baik saja dan kamu mengganti kontak supaya bisa menghindar dari pria yang membuatmu luka, karena kesibukanku aku pun lupa dengan banyak hal termasuk kamu. Kemarin, setelah tiga tahun aku kembali teringat akanmu, aku coba membuka profilmu. Tak kutemukan. Aku coba membuka profil dokter itu karena pasti dia tahu keberadaanmu, aku menemukannya. Saat aku ingin menuliskan pesan untuknya aku melihat ada ucapan juga untuk dia.

Tanganku berhenti bergerak, hatiku berontak. Masih ingin tahu, aku melihat linimasa miliknya, oh kamu sudah bersamanya ya rupanya. Sedih sebenarnya mengetahui hal yang terlambat begitu lama. Memang benar jika ternyata rasa penasaran itu pembunuh andalan.

Selamat berbahagia untuk kamu dan dia, semoga kalian bahagia di rumah-Nya. Maafkan aku, yang terlambat tahu semuanya, maaf karena cuek luar biasa ini membuat aku tak sadar kamu pergi begitu lama. Aku, aku. Entahlah, pandanganku sekarang kabur karena air mata. Penyesalan memang hanya muncul di akhir perjalanan, dan kamu, kamu sudah tiba di akhir perjalanan fana. Selamat bertemu dengan kebahagiaan kekal mu disana.


tertanda

-JD-

Oleh:

Surat Kedua, Perempuan Satu-Satunya

Dear @dindaskr

Ini surat keduaku. Tidak akan menduakanmu dalam rangkaian surat-surat cintaku. Entah mengapa kau begitu menyenangkan untuk menciptakan berbagai imaji dalam kepalaku. Membayangkanmu saja membuatku kewalahan karena begitu banyak kata-kata yang berlarian di dalamnya. Hehehe..

Jangan terburu-buru jatuh cinta dulu, aku tidak suka hal yang terburu-buru. Karena biasanya yang terburu-buru hanya luapan rasa suka saja, bukan cinta. Bagi sebagian orang, mengharap cinta darimu bagai mengharap bidadari pada malaikat, mustahil. Entah atas dasar apa kau masih mempertahankan kesendirianmu sampai sekarang, padahal laki-laki diluar sana banyak yang menaruh harap pada setiap doanya untuk mengharapmu.

Aku tahu kau perempuan yang pintar, sepintar kau menutup auratmu dengan kerudungmu. Aku tahu kau perempuan yang setia, sesetia kau mempertahankan kerudungmu disaat para perempuan diluar sana enggan menggunakannya, yang ada malah mengumbar auratnya. Aku tahu kau perempuan yang sanggup menjaga diri, sesanggup kau menahan sakit ketika pertama kali behel di deretan gigimu itu terpasang untuk menjaga kerapiannya.

Rasanya kau begitu sempurna di mataku, aku yakin di mata orang lain juga begitu. Tapi sesempurna-sempurnanya kau di mataku, pasti memiliki kekurangan. Tak apalah, karena aku akan mencintai kekuranganmu, itulah kelebihanku. Kurang lebih begitu. :)


Salam Manis Dari Teman Sekelasmu,

Ghufron Gustafianto


Kamu vs Rumus Matematika

Dear kamu,

yang pada kamu hati saya telah tertitipkan


Selamat sore..

Kamu mungkin gak menyadari kalau hari ini semuanya terasa beda. Sangat jauh berbeda, tepatnya. Saya belum menemukan alasan yang paling masuk akal untuk menjawab keanehan ini.
Poin pertama dalam pikiran saya hanya kamu. Kamu yang berubah DRASTIS SEDARASTIS-DRASTISNYA sejak hari kemarin dan memuncak pada sore hari ini.

Saya ingat betul betapa saya merasa seperti digampar orang sekampung saat kamu bilang:

“Aku tuh lg banyak masalah, udah deh kamu jangan nambah-nambahin masalah aku”

Lalu, saya kecewa. kecewa yang sakit sekali. Ternyata saya hanya kamu anggap sebagai sumber penambah masalah. Saya memang tau dan mengerti sekali masalah kamu sangat berat dan saya gak bisa membantu kamu menyelesaikannya karena kemampuan saya yang belum sampai.

Tetapi apakah kamu harus menjauhi saya, berlaku kasar pada saya, dan melupakan saya jika ternyata saya memang gak bisa membantu masalah kamu?

Apakah kamu gak pernah sekalipun berpikir bahwa saya terus-terusan hubungi kamu itu tandanya saya perhatian sama kamu dan mau bantu kamu dengan cara saya sendiri?

Apakah kamu gak pernah menangkap kesan bahwa saya benci sekali jika gak dianggap?
Apakah kamu gak pernah berpikir kalau saya selalu memikirkan bagaimana cara saya mengalihkan perhatian kamu dan menghibur kamu dari masalah kamu yang berat itu?

Apakah kamu gak pernah berpikir kalau saya setengah mati menahan tangis saat kamu bilang : “Biarin aku sendiri dulu..”?

Apakah kamu tau perasaan saya saat ini?

Saya ingin belajar tapi hanya kamu yang ada di pikiran saya, dan bukan rumus matematika.
Saya harap kamu yang membuat ponsel saya berbunyi.
Saya harap sekarang kamu memikirkan bagaimana saya memikirkan kamu.
Dan sialnya, saya betul-betul sekacau ini tanpa kamu.


Dari saya,

perempuanmu yang menganggap kamu lebih penting daripada rumus matematika


Oleh:

si kakak culas

Dear @putrimeng


Kakak culasku, adik manjaku, tempat sampahku, sahabatku, saudariku.

Padahal secara umur, aku 3 bulan tepat lahir sebelum kamu. Tapi sepertinya kamu memang jauh lebih dewasa dari aku.

Biarpun kadang kamu manjanya amit-amit dihhh.

Lebih dari separuh hidupku aku kenal kamu. Dari cupu sampai cupu banget. Dari dongdong sampai dongdong banget. Dari nakal sampai nakal banget. Dari cerdas sampai cerdas banget. Dari kismin sampai kismin banget. Dari keren sampai keren banget.

Sempet beberapa saat kita jauh, karena hal yang.. Sungguh selalu bikin aku ketawa kalo ngingetnya. Tapi dari dulu aku yakin, kita akan bareng lagi.

Saat jatuh, saat mencinta, saat merindu, saat kehilangan..

Kamu orang yang paling tahu gimana ngadepin aku. Lagi pengen dimarahin, dimanja, diiyain, diantepin. Ahhh mungkin kelak suamiku harus mengintip contekanmu.

Saat aku benar, saat aku salah. Saat aku terbang, saat aku terpuruk. Kamu selalu di sampingku.

Terimakasih sahabatku, istri sholehah dari deo nayoan, calon ibu dari anak-anak sholeh dan sholehah. Calon aunty dari anak-anakku nanti.

Kelak kita kumpul lagi di surga ya.


Love!
@faninovaria


Kwek Kwek

untuk @adesiahaan,

caroooo! tadinya aku mau nulis surat ke-4 untuk kamu pecinta angka 4, tapi waktu itu katanya pos cinta suratnya untuk seleb tweet. gak jadi deh aku kirim surat ke kamu. huh! terus ya teruuuus, harusnya kemarin aku nulis surat ke-14 untuk kamu, secara kan aku suka banget sama angka 14 dan kamu dulu juga sempet suka angka itu, EH TAUNYA pos cinta kasih tema suratnya surat kaleng!! DOUBLE HUH!!!!!!

jadi ini ada surat ke-15 untuk kamu. gapapa ya? gapapa dong :") isi surat ini intinya apa ya, yah mungkin semacam you smurf me, you kwek me, you love me :)

tahu gak kenapa kita ngomongnya kata 'you' duluan daripada 'I'? soalnya kita sama-sama tahu kalau kita saling sayang, jadi ya gitu, ngomongnya you duluan. kamu kwek aku, berarti kamu tahu kalau aku kwek kamu, dan aku juga tahu kalau kamu kwek aku :D

sayangku biangku yang bau jarang mandi sok sok kayak orang amrik, kamu sering mandi dong. aku sih gakpapa sebenarnya, tapi jarang mandi itu bikin penyakit loh. aku gak suka ah cowoku jarang mandi. kita gak kawan nih ya kalau kamu jarang mandi.

terus nih ya, kamu itu kok jadi cowo bawel banget, deh? sexy banget tauk! ihik, tetep bawel ya sayang, aku ketagihan dibawelin :P

udah ya adeo, kapan-kapan kita lanjutin surat-suratannya di kertas monggo :D
k3u caroooo! kwek kwek! :3
\(´▽`)/






Oleh:

Surat Cinta!

Dear Surat Cinta,
Kamu sudah menghampiri siapa saja hari ini? Kamu capek ya pasti. Haha kasian deh lo. Salah siapa kamu harus jadi salah satu yang ikut mencampuri urusan percintaan. Hal yang dinamakan cinta kan gak pernah gak bikin capek tau. Kadang bikin capek raga, capek di hati, capek di pikiran juga. Tapi bikin seneng. Gara-gara kamu juga sih soalnya.
Anyway, makasih ya kamu udah berbaik hati menyampaikan perasaanku kepada dia dan perasaan mereka kepada dia-nya mereka masing-masing. Kamu baik deh. Padahal upah kamu kan cuma dengan lekuk senyuman yang diberikan penerimamu saat mereka menyentuhmu, membacamu, bahkan kemudian memelukmu. Ih jadi pengen remes-remes kamu deh saking gemesnya. Aku iri sama kamu yang saban hari melihat senyum di wajah-wajah manusia yang kamu hampiri. Ada gak sih yang cemberut waktu menerima kedatanganmu? Gak ada deh pasti. Walaupun kelihatannya cemberut dan tidak suka menerima kamu di tangannya, tapi pasti ada senyum yang tersembunyi di hati dan matanya. Mereka saja yang malu menunjukkan kebahagiannya ke kamu. Lagian ngapain juga ya malu sama kamu, kamu kan usil pakai acara belagak gak mau ngasih tau ekspresi apa yang kamu dapat dari penerimamu kepada pengirimmu. Hobi banget sih kamu bikin penasaran. Mentang-mentang kamu gak dibayar ya? Huuu dasar!
Kamu kapan sih mampir ke tempatku. Tempatku selalu terbuka lho menyambut kedatanganmu. Bahkan kalau kamu datang tiba-tiba memberikan kejutan. Bukan untuk mengantarkan perasaanku tapi mengantarkan perasaan yang seseorang sampaikan kepadaku. Aku kan juga ingin tahu bagaimana rasanya mendapatkan kamu. Kamu sering pergi dariku tapi tidak pernah kembali kepadaku. Kamu gak ingin melihat aku tersenyum apa sementara aku sudah membuat beberapa manusia tertawa saat mendapatkanmu di tangan mereka. Aku marah sama kamu sampai kamu sudi menghampiriku dan mengukir senyum di wajahku.
Sudah sana kamu bertugas lagi saja. Banyak manusia yang mempercayakan perasaan mereka kepadamu. Jangan sia-siakan amanat mereka ya. Kutunggu kedatanganmu secepatnya.

Salam mesra,
Penulismu


Ston Fílo Mou

Untuk Sahabatku @NoviHanabi

Akhirnya aku penuhi juga harapanmu untuk aku kirimin surat nih..hehheeeheee
mau tahu kenapa judul surat ini "Ston Fílo Mou "?? coba kamu cari deh.. tapi carinya di kamus bahasa kesayanganmu (baca : bahasa Yunani) dan pasti ketemu artinya adalah "Untuk Sahabatku".. ya iyalah,emang itu kok artinya..wkwkwkwkkk.. sengaja tuh aku pilih bahasa Yunani soalnya aku tahu banget kalau kamu pengangum sejati bahasa itu..

Apa yah yang mau aku obrolin denganmu di surat ini?? bingung..*tuing..tuing..*
ohh iyaa.. intinya, seneng banget bisa jadi sahabat baikmu selama ini.. gak terasa ya, udah hampir 4 tahun kita bareng-bareng..
mulai dari ikut organisasi yang sama, menjalani 2 tahun kepengurusan di "rumah kedua" kita juga sama-sama, satu jurusan yang sama sampai akhirnya 2 tahun terakhir ini kita satu kelas sama-sama dan satu kelompok kreatif juga.. ckkckcckckkk.. udah lama yah?? gak terasa kita udah jadi semester akhir di kampus tercinta ini dan lagi sama-sama pusing nentuin judul skripsi pula.. hakhakhaaa.. ayoo semangat ngerjain SKRIPSI!! =D

Terlalu banyak kenangan tentang persahabatan kita yang mungkin memang gak bisa digantikan oleh apapun.. dan over all kamu memang sahabat terbaikku saat ini kok pex..(akhirnya aku mengakuinya juga..!!*semoga gak nyesel* hohohooo) dan mudah-mudahan itu berlaku untuk selamanya... amiinn..(kamu wajib bilang "amin" juga loh pex..#maksa =p)

Oia, aku baru ingat kata-kata seorang teman loh kalau kita sebenarnya mungkin saat ini memang ditakdirkan untuk bersama, karena seperti kata dia beberapa waktu yang lalu, hidupmu terlalu banyak bermain dengan logika sementara hidupku terlalu banyak bermain dengan perasaan.. Jadi mau gak mau, keberadaan kita sekarang untuk menyeimbangi satu sama lain biar normal... tapi aku juga belum menelaah lebih jauh sih apa memang benar apa yang dikatakannya tentang kita itu.. hehehee *mikir sama2 yuukk!!* *males mikir sendiri*

Apalagi yah yang mau aku tulis?? hmmm.. udah deh.. kamu bales dulu aja suratku ini.. baru aku tulis surat lagi buat kamu ntar.. hehehee.. aku bela-belain nulis ini jam 1 pagi loohh.. *hehehee..penting gak?? pasti kamu jawabnya gak..hohohooo*
Kamu wajib bales loh ya, kalau masih mau aku anggap sebagai sahabat terbaikku.. wkwkwkwkkk #maksa

udah aahh gak usah panjang-panjang.. aku udah ngantuk, udah dipanggil-panggil ma kasur,bantal,guling dan selimut.. wkwkwkkk



Yang menulis surat ini,
*sahabatmu* (kalo diakuin sih..xixixixii)


Oleh:

Variatio 15. Canone alla Quinta. a 1 Clav.

Untuk Bapak gemuk yang sering kulihat di televisi.





Tuan, Kami lapar Tuan,

Tanah kering, umbi mati dihimpit rimba bebatuan

Dan di tivi, kami melihat orang-orang berenang dengan gembira di kolam.

Di sini, hujan adalah hal yang haram

Di tivi, kami melihat orang – orang pakai topi segi lima

Di sini, yang bisa membaca hanya seberapa



Kami bahagia Tuan,

Dimana orang – orang di tivi, terus dihantui ingin membeli barang-barang yang baru

Kami disini hanya dengan bermodal tak seberapa

Bahagia itu susah tuan, semakin sedikit inginnya, semakin bahagia dia –dan itu sungguh susah Tuan.



Kami bahagia, tapi bukan berarti kami tak ingin perhatian darimu juga.



Dari seorang anak (imajiner) di pedalaman NTT.






oleh @MungareMike

diambil dari http://mungaremike.tumblr.com/

Karma Sutralah

Dear Karma,

Kalau tak ada dirimu, mungkin aku sudah menjadi penjahat, penipu, pengkhianat, pelacur dan sebagainya.

Kalau tak ada dirimu, mungkin aku telah terjerumus ke lembah hitam bermain-main di gua penuh para penyamun.

Namun kenapa hidupku sepertinya terimbas kamu sih? aku tidak membencimu sedikitpun dan justru aku berterima kasih kamu ada, apakah mungkin diriku dikehidupan sebelumnya membuat banyak kesalahan sehingga aku harus membayarnya di kehidupan ini? ataukah ini akibat kesalahan dari nenek moyangku?

Setahuku, aku selama hidup tak pernah berbuat kesalahan besar dan selalu ber prinsip melakukan perbuatan yang baik tapi mungkin aku yang sudah semakin tua ini semakin pikun dan tak sadarkan diri, maafkan ya?

Ya Sutralah, aku menerima dengan ikhlas dan mudah-mudahan aku bisa membayarnya di kehidupan ini sehingga apabila aku terlahir di kehidupan selanjutnya, diriku saat itu menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan.

Karma, kamu itu seperti Rem yang pakem untukku, setiap kali aku ingin melakukan suatu perbuatan, aku ingat kamu loh! aku selalu memikirkan kamu karena aku tak mau kamu marah. Kamu ada untuk membantu mengingatkan agar tidak berbuat yang nyeleneh, aku sungguh berterima kasih padamu.

PS: Karma aku lagi dengerin lagu kamu nih yang dinyanyikan oleh Culture Club, “Karma, Karma, karma Chameleon, you come and go, Everyday is like survival, you’re my Lover, not my Rival”.





oleh @NonaHujan_

diambil dari http://strangerinengland.tumblr.com/

Ada Apa Ini?

Hey kamu jooooo, hujanku yang akan selalu menjadi hujanku..
Kenapa kau muncul dan muncul lagi di bunga tidurku??
Sudah seminggu bahkan mungkin lebih kau lagi dan lagi ada disana. Tersenyum manis penuh arti. Melihat kegiatanku dari pojok ruangan. Memakai kaos lengan pendek berwarna coklat muda, entah berwarna krem, yah mirip-mirpi dengan itu..
Apa maksud dari semua ini? Ada apa?
Apa kau baik-baik saja Jo? Hujanku?
Atau hanya aku yang berprasangka buruk? Melebih-lebihkan?
Tapi ini tak biasa jo, bukan 2-3 hari kau ambil bagian di mimpiku.
Hmm
kuharap kau baik-baik saja disana jo.. Aku selalu mendoakanmu darisini. Tetaplah menjadi hujanku. Ijinkan aku mengenangmu setiap hujan turun.. Aku tak keberatan kau mampir ssetiap hari di mimpiku, tapi doakan aku agar menjaga air di mataku. Jangan biarkan setiap pagi ada lingkaran yang menghitam di bawah mataku.. :)
Aku mulai terbiasa melihatmu setiap malam, walau itu tak nyata. Sampai akhirnya kau akan berhenti mendatangi mimpiku hujan. Ketika aku sudah terbiasa melihatmu disana. Luka itu kembali basah.




oleh @nnaevelina

diambil dari http://evelinevel.blogspot.com/

Matahari

Bingung merangkai kata karena panas matahari ini hanya bisa membuatku menulis tentang panasnya yang menyengat kulitku. Wow cerah ya hari ini? Tidak seperti hari-hari kemarin yang hujan, yang seakan-akan ketika kamu duduk bercermin dan melihat keluar jendela ,orang-orang yang kamu sayangi datang satu persatu ke benakmu. Datang dengan senyuman ataupun datang untuk mengingatkanmu tentang masalah yang pernah menghampirimu. Apapun bentuknya kamu merindukan itu semua.

Merindukan adalah hal yang sangat mulia, karena itu artinya yang kau rindukan sangat berharga adanya dan patut untuk dijaga, disemayamkan dalam hati untuk selamanya.

Seperti ketika hujan turun tiada henti sepanjang hari bahkan sepanjang waktu, kamu akan merindukan matahari, merindukan bagaimana sinarnya menyentuh kulitmu, merindukan tanah tandus yang menerbangkan debu-debu, merindukan daun-daun kering yang penuh berserakan disepanjang jalan menuju rumahmu. Seperti itulah dirimu, pekerjaan atau segala aktivitas yang menerpa ini aku analogikan seperti hujan yang tak pernah berhenti untuk turun kebumi, hujan ini menyenangkan tapi ketika hujan sudah terlalu lama turun kebumi maka banjir bandang akan datang karena bumi sudah tidak sanggup lagi untuk menampungnya. Lalu aku akan merindukan matahari untuk menerangi hariku, untuk menghangatkan hariku, untuk mengeringkan semua air yang tertampung dibumi. Sehingga ketika hujan datang lagi, aku sudah siap, siap untuk menghadapinya.

Kamu tau betapa senangnya aku ketika hujan telah reda? Karena aku melihat pelangi. Pelangi yang berwarna-warni itu memberitahuku bahwa kamu akan datang. Matahariku akan datang untuk menghapus air mataku. untuk menghapus kesedihanku.

hey! Teruntuk matahari yang bersinar cerah dilangit samarinda hari ini, terimakasih ... karena telah menghapus hujan dipagi ini dan membuatku merangkai kata :)








oleh @Nialam

diambil dari http://storyofnialam.blogspot.com/

Aku ingin memanggilmu, Mama..

Assalamualakum mah..
Apakabar mama disurga? Sehat kan mah, hari ini hari ulang tahun mama, selamat ulang tahun diusia emas mah. Mama tau, suatu kebahagian buat aku dikasih kesempatan  mengenal sosok mama dan keluarga mama. Mama adalah wanita terhebat , mama terbaik buat anak-anak mama begitupun buat kami yang mengenal mama.



Mah disini kita semua kangen mama, kadang aku bingung harus gimana saat a'rikza, ari atau neng atu bahkan papa pun cerita mereka lagi kangen mama, aku cuman bisa bilang doain aja mamanya. Karna itu satu-satunya jalan buat nyampe ke mama.

Mah, dulu waktu dikamar mama pernah nyeritain tentang anak-anak mama waktu kecilnya, sekarang giliran aku yang cerita buat mama ya, ini kado ultah buat mama hehehe..
Mah anak pertamamu, a'Rizka yang dulu mama pernah cerita, dia ngolah adonan kue pake kaki itu, kemaren menikah , alhamdulillah semua lancar, mama juga pasti ada disana kan ditengah-tengah kita,liat arik yang sipit pake baju adat jawa, arik nya gagah dan t tyas nya ayu banget, serasi banget mah, kata papa ini cita-cita mama   pengen liat aa nikah :)

Selang beberapa hari si bungsu yang paling cantik dan keraskepala itu dapet award girlband terdasyat mah, nenk atu hebat kan mah' dia bilang ini hadiah buat mama disurga :) alhamdulillah kerjakerasnya berhasil, ini juga pasti berkat doa mama. Anak mama emang pada hebat.

Nah untuk anak mama yang paling tengah yang dulunya suka pake celana dalem diluar yang suka lari-lari sambil teriak tentara tentara itu... Sekarang lagi nyusun skripsi mah, kalau mama masih ada pasti kita lagi sms-an ya mah kaya waktu dulu. Aku seneng banget dapet sms mama, sekarang giliran aku yang ngrim surat buat mama, aku bakalan terus ngasih support n doa buat ari mah. Saat dia mulai lelah, aku akan ngingetin dia kalo doa mama bakalan slalu ngalir buat dia, biar dia semangat terus.Oke mah? :)

Mama tau, aku kangen liat dia yang begitu mesra saat nelpon sama mama, kangen liat cerianya dia kalo ketemu mama, kangen liat dia menggoda mama saat mama lagi manyun. Aku kangen liat dia menceritakan tentang kehebatan mamanya dengan mata yang berbinar.  Dia masih kaya dulu yang ga mau diem kalo punya barang-barang baru, senyumnya masih khas membentuk garis tipis, manis banget kan mah :)
Mama yang tenang ya disana, aku ga akan segan-segan ngingetin dia buat berhenti merokok saat dia mulai terbatuk-batuk. Oia mah sekarang rambutnya ga gondrong, mama pasti seneng liat rambutnya selalu pendek dan rapih, cakep deh mah :)

Mah.. aku lagi ikutan proyek #30harimenulissuratcinta, aku inget tulisan-tulisan mama, aku pengen belajar merangkai kata-kata menjadi tulisan yang indah kaya mama. Dulu aku yang menyalin tulisan mama itu, aku sangat terpukau saat baca tulisan mama yang sederhana tapi sangat menyentuh. Kata ari , papa ama mama pasangan paling serasi, pada jago dalam menulis. Mama tau, papa membacakan tulisan mama itu didepan kita semua, romantis sekali mah dan sangat terdengar indah.
Mah sore ini aku lagi dengerin lagu dealova, lagu yang sering ari nyanyiin kalau dia inget mama

" kau seperti nyanyian dalam hatiku yang memanggil rinduku padamu... Seperti udara yang kuhela kau selalu ada,,,,"

Ini lagu special buat mama dihari ulang tahun mama, Ga terasa ada bulir-bulir hangat yang membasahi pipi ini. Kangen sekali sama mama.........................

Mah, diakhir surat ini ada satu hal yang pengen aku ungkapin,  selama kenal mama, aku selalu memanggilmu ibu, lewat surat ini aku pengen banget  manggil mama dengan sebutan MAMA. Aku pengen banget punya mama, punya seseorang yang aku panggil mama.


Mah.. minta doanya terus buat kita semua ya, semoga allah mempertemukan kita disurga-Nya aminn....


*peluk cium

-eva dwikania-





oleh @mpe_eva

diambil dari http://catatankeciltentangdia.blogspot.com/

Menjadi Selingkuhan Bukan Pilihan

Mas,
Langsung saja ya, aku tidak pernah sanggup mengatakan ini langsung kepadamu, dan aku berulang kali mencoba merekam suaraku tapi gagal aku perdengarkan didepanmu. Berkali-kali aku menulis surat elektronik selalu gagal aku kirim, lucu memang. Seakan semua fasilitas tidak menginginkan aku mengakhiri ini semua.

Yang belum pernah aku coba hanya ini, pena dan kertas, memang sedikit old school tapi ga ada salahnya aku coba. Kalaupun aku kirimkan ke kantormu, tidak akan ada yang tahu, kecuali sekretarismu ngotot membukanya, sstt sengaja aku beri label confidential, sepertinya sekretarismu akan mengerti hal itu.

Begini, aku memang mencintaimu dari dulu sampai hari ini, sampai aku menulis surat ini. Apa mas juga mencintaiku? Kadang aku membodohi diriku dengan mengatakan tentu saja mas mencintaiku, kalau tidak mencintaiku kenapa mas mau menjalin hubungan denganku selama ini? Berapa lama mas? Ehmmm hampir 2tahun ya? Ah bukan itu yang akan aku bahas disini.

Aku ingin mengakhiri hubungan ini mas, kenapa? Pasti mas akan menanyakan itu. Bukan...bukan karena aku ingin naik kasta menjadi istrimu seperti Mayangsari yang akhirnya berhasil mendapatkan kursi sebagai permaisuri. Aku tidak meminta apa-apa, aku hanya akan mengejar kebahagiaanku dengan caraku sendiri. Memang sekarang aku belum punya calon, atau pacar atau teman dekat, bagaimana aku mendapatkan teman dekat kalau masih ada mas dihatiku.

Mas...aku memang melakukan kesalahan karena menerimamu dalam hidupku, dan hadir ditengah-tengah biduk pernikahanmu. Meski salah, aku mengakui ini adalah kesalahan yang indah. Aku tidak akan menuntut mas untuk meninggalkan istri atau menjadikanku istri kedua, bukan begitu. Aku yang harus mundur dan menghilang. Aku juga tidak ingin memberikan pilihan, atau menjadikanku pilihan.

Aku kecewa setengah dewa mas, aku berpikir diriku ini ada di kasta mana? Lebih hina dari kotoran buaya aku rasa, ah sudah lupakan saja. Soal aborsi yang sudah pernah aku lakukan atas permintaanmu, itulah kesalahan terbesar dalam hidupku, harusnya aku sudah menimang bayi berusia setahun, huh mungkin itu alasan kenapa aku ingin keluar dari kehidupanmu. Biarlah aku mencari laki-laki yang mau menghamiliku karena cinta dan mau memelihara kami berdua.

Saat nanti aku mengenakan kebaya putih di sebuah masjid, aku ingin laki-laki itu menyebut namaku dan bersalaman dengan ayahku, meminta restu kepada keluargaku dengan bangga dan bahagia. Kamu mas...boleh datang boleh tidak, namun jangan usik kebahagiaanku kelak seperti aku menjaga keluargamu selama ini.

Aku meninggalkan rumah dan semua pemberian dari mas, ah sesungguhnya barang-barang yang mas berikan kepadaku adalah barang terbaik yang pernah aku punya, tapi hartaku yang harus aku selamatkan cuma satu, HATIKU yang akan menuntunku menuju kebahagiaanku.

Aku selalu mencintaimu dengan caraku ...Mas.

Eh mas...jangan temui aku dulu ya, apalagi setelah baca surat ini. Yang ada bukannya bubaran, malah nangis-nangisan trus sayang-sayangan. Tahan dulu deh, nanti kita juga ketemu, tapi dengan cerita yang lain. Jangan cari-cari juga ya mas....

Ah aku harus nutup surat ini lagi, kalau cinta tidak harus memiliki bukan cinta namanya. Hari ini aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita, itulah pilihanku tentang cinta, setelah ini bukan cinta lagi namanya, karena aku bukan milikkmu, kamu adalah milik istrimu. Kalau bukan cinta apa namanya? Aku menyebutnya cinta yang telah berlalu, masa lalu.





oleh @miftachaliq

diambil dari http://miftachaliq.blogspot.com/

Haru Tanpa Biru

Teruntuk, Biru.

Haru biru? Kita, haru dan biru. Aku selalu bertanya kepada seseorang yang bersemayam dalam kalbu jiwaku, pertanyaan yang mungkin akan dianggap terlewat bodoh. Aku bertanya tentang warna biru di dalam haru, ada apa dengan biru yang bersembunyi di balik kenistaan haru.

Hari berganti angin berhembus cuaca berubah dedaunan tetap tumbuh. Namun, kata hatiku tetap tak tersentuh oleh apa yang dinamakan biru dalam haru. Bukankah haru itu kelabu? Jawab! Mengapa mesti biru? Bodoh, tak akan ada orang yang tahu. Percuma aku terus bertanya kepada sebuah jalan pikiran yang ia sendiri tak pernah menjawab. Pantas saja, aku bertanya kepada sebuah jalan pikiran yang berjuluk perasaan.

Seiring dua iring waktu bergulir, dengan sedikit hembusan semilir, pencitraan anugerah Tuhan yang kumiliki pun mengalir. Gumpalan air dan lendir yang mencoba untuk berpikir, kapan sebuah pertanyaan bodoh segera berakhir. Tak ayal jika seorang tua berpandir, berpikirlah dengan logikamu lalu kau singgung sedikit dengan perasaan niscaya kau akan mahir tanpa tergelincir.

Kutinggalkan cara berpikir dengan perasaan itu, kucari logikaku. Ya, memang ia telah lama menghilang dari pola pikirku. Tak jenak aku meninggalkan perasaanku, ia datang kembali. Aku mulai dihantui perasaan kehilangan diriku yang lama, yang selalu berpikir dengan logika diiringi perasaan. Jika kau berpikir dengan logika, perasaan akan senantiasa mengiringi langkahmu, namun jika kau berpikir dengan perasaan, niscaya logika akan meninggalkanmu, ia tertelan oleh semua perasaan.

Persetan dengan perasaan, aku harus menemukan kembali logikaku. Aku menatap ke sudut lorong gelap di hati, kemudian menapaktilasi jejak ambisi menggugah logika kembali ke sisi terang pandangan mata sebuah batin. Gemerlap bintang menemani jutaan makna ambigu dari logika dan perasaan, mereka bersatu, menggumpal dalam genggaman, di antara lima jari mengepal dengan telapak tangan seorang anak manusia. Perasaan berubah, ia tak lagi hanya menguasai, sekarang ia juga melindungi, melindungi agar logika tak pergi lagi. Yap! Kembali kudapatkan logikaku.

Kupikirkan kembali apa itu biru dalam haru. Aku berjalan, tak sengaja aku membentur kaki meja di kehidupan nyata. Sakit, itu yang kurasa. Aku melihat warna di permukaan kulitku, agak kemerahan. Tak lama kemudian, merah pun berubah, perlahan berubah gelap menjadi kebiruan. Di luar, rasa sakit akibat terbentur telah menghilang. Di dalam, masih mengendap kelam.

Aku belajar dari luka. Luka tak selamanya tampak, ia juga bisa mengendap bersembunyi di balik sebuah bayangan masa lalu yang tak lagi tampak. Dari merah, kemudian biru, dan dapat lenyap sebelum menjadi hitam kelabu. Merah itu melambangkan luka, luka yang terbuka dangat lebar sehingga menyimbahkan darah, merah merekah dengan pasrah. Sepintas, ia perlahan tapi pasti menjadi biru. Biru mengartikan sebuah pilu, rasa sakit yang sungguh kelu, tanpa malu ia mengungkapkan diri dengan sedikit ragu. Ragu, akankah harus lenyap, ataukah menggelap.

Jika memang harus lenyap, ia akan pergi dengan senyap, mengepakkan sayap mengan mantap, agar tak lagi ditatap. Namun jika ia mesti menggelap, akan ada banyak orang yang menatap, memandangnya dengan gelap bagai asap yang tak terhisap dengan lahap, dengan kata lain ia merupakan luka yang menetap.

Kupahami sedikit makna biru di dalam haru itu. Mengapa biru? Karena ia masih ragu, menunggu logika menjawab sebuah keputusan yang harus ia ambil dengan makna bukan ambigu. Ia terlalu lugu dan terus menunggu. Biru walau kelu masih bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik, dengan menghilang atau menetap. Jika hilang ia akan dikenang, jika menetap ia hanya diratap. Ya, biru menang, ia lebih memilih untuk dikenang, ia memutuskan untuk menghilang.

Biru bukan lagi warna, ia merupakan simbol. Biru, kau selalu mengisi sendu dalam batin ragu. Haru dan biru adalah rindu yang kelu, suatu huru yang terus berburu, membuat keributan tatapan sayu sebuah batin yang membisu. Biru, lenyapkanlah dirimu. Agar tercipta sebuah haru yang tersenyum.. :’)
Aku, Haru.




oleh @kyogas

diambil dari http://kyogas.tumblr.com/

Merindukan Oranyemu

Oranye, sore itu aku datang. Ak sudah berdandan dari siang lho. Dandanan special buat kamu. Rok bunga-bunga ringan dan sendal jepit. Aku merasa cantik dan pede menemuimu.
Oranye, ak menunggumu sambil berlarian dibelai angin di peraduanmu. Menggoda ombak
untuk datang, tp lalu kutinggal berlari. Aku nakal ya, tapi ombak tak pernah bosan diajak bermain.
Bermain, berlari, sambil melihat ke langit barat. Menantikan langit biru berangsur menjadi oranye. Lalu laut akan menelan matahari. Tapi laut baik. Laut tidak egois. Dia menyisakan buat kami tumpahan warna oranye yang cantik.
Senja di pantai kuta,
Undang aku lagi untuk sekedar menikmati oranyemu.

oleh: @proyek30hari
diambil dari: http://proyek30hari.tumblr.com/

I Love Me

Kepada jiwa pemilik raga ini…..
Aku memang hanya timbunan daging dan tulang belulang. Tapi Tuhanlah yang memahat. DigambarNya dengan teliti pola demi pola. Sangat detil, dibentuk menurut citra Tuhan. Dipoles supaya halus, persis seperti pemahat profesional. Tak dibiarkanNya ada yang tak sempurna pada diriku. Ia ciptakan gambaran manusia menurut kuasaNya. Dan menurut Tuhan, semua ciptaanNya itu baik.
Setelah Tuhan menganggap semua yang Dia inginkan selesai, Tuhan menghembusi aku. Seketika aku merasa aku hidup. Ya aku bernyawa. Itu kau sayang. Jadi apa yang membuat kamu merasa tak sempurna jiika Tuhan sendiri yang turun tangan?
Aku tahu banyak yang meremehkanmu. Tapi apa salahku sehingga kau harus membenci diriku. Aku tahu perasaanmu, tapi tak bisakah kau mencoba tidak mendengarkan apa kata orang. Bersyukurlah sayang! Kau ini istimewa, unik. Kasih sayang kedua orang tuamu tercurah padamu, lalu kenapa kau harus mendengar kata orang yang tak ada andil atas hidupmu?
Apa salahnya menjadi kecil, pendek, tidak cantik? Kau ini sempurna di mata Tuhan. Kau ini alat Tuhan di dunia, kau diciptakan bukan tanpa maksud. Jadi cerialah! Jangan pikirkan apa yang orang lain lihat, karena manusia melihat dengan mata tapi Tuhan melihat hatimu. Fokuslah pada suara Tuhan, kerjakan saja tugasmu di dunia ini. Bahagialah karena hidup begitu singkat, nikmati setiap detik menit jam dan tahun dimana kamu bisa membuat orang tesenyum karena kehadiranmu. Maka kecantikan akan terpancar dengan sendirinya dari dirimu, dari hatimu.
Percaya dirilah, Tuhan besertamu. Di luar sana banyak yang merindukan senyuman manismu. Hanya saja kau belum tahu ;p
Yang menyayangimu sampai kau menghembuskan nafas terakhirmu,
Raga yang selalu terhina.

Jumat sendu, 27 Jan 2012

oleh: @peribiroe
diambil dari: http://theresiafafa.tumblr.com

Pertemuan Kita, Mimpi

Kepada dirimu sang bunga tidur

Mimpi.
Hei kawan, terima kasih ya sudah menemaniku di saat aku menutup mata kemarin malam. Kamu sudah bercerita, bernyanyi, dan memainkan dawai indah untuk tenangkanku melewati duniamu kemarin malam. Kau temaniku bukan hanya sebagai pendamping, kau bahkan menyajikan film yang hanya bisa aku nikmati tepat di saat aku tertidur, dan hanya aku satu - satunya penikmat film darimu itu. Dan tepat di pagi ini, ketika sinar mentari menyusup masuk melewati celah - celah jendela, kau dengan senyum melambaikan tanganku dan seolah berkata "Bangunlah, sampai ketemu nanti malam lagi ya,"

Kini aku sudah terbangun. Untuk sementara waktu aku harus bisa menyesuaikan diri untuk lewati shift sang raja siang. Dunianya awan - awan putih menari, iya seperti yang orang katakan. "Pagi Hari". Tapi entah kenapa, aku seakan tak rela tinggalkanmu. Walaupun kamu sudah berjanji akan datang lagi nanti malam temaniku, tapi aku masih tak rela pergi darimu walau hanya sesaat saja. Aku terkadang paksakan untuk terlelap lagi, tapi apa daya mataku selalu menolak dan membuatku terjaga, dia malah marah - marah "Hei pemalas, jangan tidur terus," aduh, padahal aku tidak malas. Aku hanya mau bertemu sang mimpi sesaat saja koq.

Siang nanti, sang raja sinar akan tempati takhta tertingginya. Iya berada di tempat teratas dalam bumi ini. Bersinar, panasi bumi yang kini semakin lama sepertinya makin berkeringat. Tahukah kamu? terkadang di saat seperti ini. Aku biasanya masuk ke dalam persinggahanku, nyalakan A.C, tarik selimut, dan mengadakan rapat dadakan bersamamu. Dahulu, di saat aku masih kecil, kita masih sering bertemu di siang hari. Bahkan aku harus dipaksa sama mama untuk bertemu kamu. Tapi, sekarang di saat aku makin besar, aku dituntut untuk meninggalkanmu. Padahal, aku selalu mau bertemu kamu. Ya sudahlah. Mau bagaimanapun itu, aku akan tetap diam - diam menyelinap untuk mengadakan janji dadakan bertemu denganmu kawan. Seperti yang kita ketahui, pertemuan diam - diam ini kita namakan "Tidur Siang".

Saat senja nanti, ketika keteduhan mulai selimuti kota ini. Aku semangat untuk beraktivitas. Buatku saat yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama dunia ini, sebelum aku bertemu kamu lagi. Bermain bersama segerombolan sahabat, menonton tv bersama segenap keluarga, hingga menghabiskan waktu sendiri berkutat dengan buku - buku ataupun playstation. Apapun itu, di saat petang aku akan habiskan waktuku tanpa memikirkanmu kawan. Maafkanlah diriku, tapi kan di malam nanti kita bertemu.

Nah, inilah di saat aku bertemu denganmu. Di saat warna gelap menjadi dominan selimuti daerahku. Di saat semua orang menyebutkan kata "Malam Hari". Satu hari sudah ku berputar lewati hidupku. Banyak cerita juga yang aku kantongi dan masuk ke dalam sela - sela sanubari. Melewati rotasi cerita hidupku ini ragaku lelah. Bahkan bila terlalu lelah, jiwaku semakin memaksaku untuk istirahatkan badan ini ke singgasana lembutku, kasur. Bila semua ini terjadi, maka pertemuan kita tak lama lagi. Ketika aku menutup mata, kau akan datang sesuka hatimu. Kau peluk aku, seakan sahabat yang lama sekali tak bertemu. Sehabis itu, seperti yang biasa kamu lakukan. Kamu akan berikan aku fantasi luar biasa yang dunia tak bisa tawarkan. Sesuatu yang terkadang di luar kenyataan, tapi kau selalu posisikan itu menjadi hal biasa. Tapi, bukan hanya hal indah atau fantasi saja yang kau berikan. Terkadang kalau kau lagi iseng, kau tidak segan untuk ceritakan tentang hantu, atau kejadian menakutkan yang spontan buat raga asliku mencucurkan keringat panik kan. Dan setelah itu, aku sendiri terbangun gelisah. Huuu, kamu itu baik banget, tapi kalau keluar isengnya jahatnya tak tertolong.

Ya sudahlah mimpi. Pagi ini tepat di saat aku membuka mata. Aku langsung mengingatmu. Jadi bila memang kau bisa membaca. Baca ya surat cintaku ini. Semoga kau senang dan akan selalu temani malam - malamku.

Tambahan : Thanks berat ya buat cerita malam tadi. Kau berikan Princess Noela sebagai dream tale. Nanti malam, dilanjutin ya ceritanya. Pokoknya harus happy ending. Thanks once again, Dream.

oleh: @sunoesche
diambil dari: http://essayoflove.blogspot.com

Kamarmu, Kurasa

Untuk kamu, yang tak ingin kutahu kabarmu.
Iya. Akhirnya tadi malam aku mimpikan kamu. Di dalam mimpi, aku seperti menonton televisi. Sebuah kotak dengan nyala berpendar yang berisikan kita berdua. Ah, aku lupa. Sudah lama aku tak memakai kata ‘kita’. Aku dan kamu, lebih tepatnya.
Aku dan kamu tak baik, tak bicara satu sama lain. Aku dan kamu seperti gambar-gambar yang tersusun rapi dan membentuk gerakan yang urut. Stop motion, dengan laju sangat lambat. Seperti Tuhan mengabulkan doaku yang pernah aku ucapkan dulu sekali, agar ketika bersamamu, semoga waktu melambat sejenak.
Aku berdiri di depan, dalam jarak sekian meter darimu. Aku menatap langit, dan kamu menatapku. Lama. Lama sekali. Aku bisa merasakan, banyak sekali balon kata-kata yang ingin kamu utarakan, tapi nyalimu selalu pergi entah ke mana tiap bibirmu sudah menganga, siap bicara.
Masih dalam stop motion, tanganmu terulur, seperti ingin menarik lenganku. Tapi, masih saja, dalam jarak sekian meter, aku memilih menjauhimu. Aku membiarkan kehidupanku tak terjamah olehmu barang seruas jari pun. Dan kamu, terus berusaha memanggil dan meraihku.
Kamu tahu ? Mimpi itu berlangsung lama dengan latar-latar berbeda, namun adegan yang kita perankan tetap sama. Ya, itu saja. Dan kamu tahu ? Aku terbangun dengan perasaan luar biasa puas. Puas menangkap raut sedihmu yang tiap kali gagal membuatku membalikkan badan ke arahmu. Raut kesedihan yang tak pernah sekalipun kusaksikan sebelumnya. Apa ini namanya ? Aku tak pernah mendendamimu. Hanya saja, aku bisa merasakan dengan jelas bagaimana karmamu. Bagaimana kamu mengais-ngais yang dulu pernah kamu buang begitu saja.
Lihat kan ? Bahkan dalam mimpipun aku begitu konsisten membuatmu menyesal. Robeklah aku. Sepuasmu. Tapi ingat, suatu hari nanti kamu akan mencari keping-kepingku yang kau hancurkan, lantas kamu akan setengah mati berusaha menyusunnya.
Lalu menangislah ketika kamu sadar bahwa kamu tidak akan bisa mengembalikan segala sesuatu di masa lalu. Kamu adalah kritikus terbaik yang pernah aku kenal, yang terlalu buta untuk sekedar mengkritisi kesalahanmu sendiri. Dan ya, terima kasih. Segala komentarmu tentang atribut hidupku, membuatku lebih baik. Tanpa kamu.


“And all the pictures that you try to loose
Will follow you behind like ghosts do
And all the lies you try to keep
Have fall behind to catch you even more”

-Forget Jakarta, Adhitia Sofyan-
oleh: @pupusupup

Big Brother Complex

hampir tiga minggu dan saya sangat menikmati ini,
ya sebenarnya tidak benar benar nikmat, tiga minggu ini berat,
tapi bukankah karna berat itu tugas kita menikmatinya semakin kuat?
dan saya sedang melakukannya.
maafkan kalau surat surat saya tahun ini lebih banyak menceritakan tentang mutasi dan kehidupan baru disini, saya hanya merasa saya harus mengurangi tekanannya dengan menumpahkannnya sebagian pada layar kosong ini.
berbagi itu membuat beberapa menjadi ringan bukan?
dan alasan selanjutnya adalah, saya rasa hidup saya pantas saya kirimi surat cinta bahkan berpuluh puluh kali, karena ia sudah bekerja begitu luar biasa akhir akhir ini.

dan hidup sendiri -meskipun ada mami (nenek)-disini membuat saya harus bermetamorfosis seperti baja, menangkal semuanya sendirian, maju ke depan dan menghalau semuanya dengan tangan sendiri.
dan di beberapa keterbatasan, saya merasa saya mulai mengidap big brother complex.
toh sekuat kuatnya saya berdiri dengan kaki saya sendiri, ada beberapa hal yang tuhan tidak menginginkan saya turun langsung menghadapinya. memang keterbatasanlah yang hanya bisa mengunci kita untuk tidak lari menjadi angkuh sendiri kan, bahwa kita masih membutuhkan orang lain, se-survive apapun kita.

I'm so lucky to have u.
iya, ini bukan surat cinta yang harus kamu baca sambil bersimpul merah jambu di ujung ujung pipimu.
ini hanya surat terima kasih, sebesar besarnya, atas kerepotan dan keberisikan yang menggaduhkan hidupmu. kamu boleh GR saat membaca surat ini, karna saya tau kamu akan mampir mengunjungi blog saya untuk membaca baca, dan kali ini surat yang kamu baca untukmu, benar benar untukmu dengan rasa terima kasih yang besar.
mungkin keningmu berkerut saat membaca barisan tulisan ini, mungkin agak berlebihan, dan aka ada tawa mengejek bagaimana saya bisa begitu manis menulis surat terima kasih ini untukmu.
tapi ini kenyataannya, saya tidak bisa menghandle semua urusan disini sendirian, pun hanya untuk sekedar bertanya tanya, terima kasih untuk tetap disana, dan menjadi kepercayaan mama.
kita akan selalu menjadi teman yang baik.


dari temanmu yang berisik dan super cerewet.

oleh: @tashafairus
diambil dari: http://berbagicangkir.blogspot.com

Ghe

Bongsor, Teman Kecil

Hai (sebut saja) Bongsor!
Rupanya masih saja kau menempati rumah nomer 11 itu. Mungkin kini rupanya sudah buruk, aku tau apa yang menimpamu dan keluargamu. Ibuku bercerita semuanya. Aku turut prihatin. Tapi tampaknya kau semakin baik, tinggal di kota B membuatmu jadi beda ya? Cantik, meski tambah bongsor!
Minggu kemarin aku melihatmu di Facebook, kamu menulis status “pathetic” rupanya sudah mahir bahasa Inggris! Kita berteman di jejaring sosial seakan tidak saling kenal, pernah mau aku sapa, takutnya kamu lupa. Aku iseng melihat profile dan foto kamu. Wajahmu berbeda tapi tidak berubah. Tahi lalat di samping kanan hidung pesekmu masih ada, lengkap dengan bekas cacar dan bekas luka jatuh terkena besi! Kamu itu hebat, tertancap besi tapi tidak nangis. Malah tertawa. Aku ingat itu loh! Ibuku yang memberikan obat merahnya.
Heh bongsor! Kamu sadar gak kita itu satu kota? Gak mungkin kamu lupa kan orang setampan aku, yang pernah kamu taksir saat masih umur 7 tahun? Hahaha. Konyol. Rumah kita bersebelahan, kakakmu itu sahabatku dan adikku itu sahabatmu, kita setiap hari main bersama. Dulu itu kulitmu cokelat dengan banyak luka di kaki akibat jatuh dari belajar sepeda. Kita berempat sering main sepeda, kamu yang selalu tertinggal karena belum bisa. Begitu sudah bisa, justru menyombong! Pamer!
Kita juga menggunakan sepeda itu untuk berkeliling komplek dan main bola. Kamu cewek, bermain bola! Bola main bola! Sepulangnya, kita mencari belalang di salah satu rumah kosong dan kamu selalu tidak bisa menangkapnya. Jadi aku yang cari, kamu yang menyimpan belalang itu di plastik. Sering aku digoda anak perempuan cantik di komplek, kamu kemudian akan terlihat marah. Pernah saking cemburunya kamu malah lari, pulang ke rumah! Aku senang melihat kamu nangis. Lucu.
Kebiasaan kita setiap hari Sabtu sore itu berenang di danau dekat rumah, mencari udang dan ikan untuk dipelihara. Kamu selalu senang dengan air, walaupun pulang nanti bau amis. Malamnya menginap di rumahku, aku tidur dengan kakakmu dan kamu tidur dengan adikku. Mengisi malam kita bermain karambol atau bermain game. Pernah waktu itu tiba-tiba pukul 4 pagi kamu merengek pulang ke rumah, dengan alasan kangen ibumu. Padahal beliau ada di sebelah rumahku. Tau-tau siang harinya, kasur yang kamu pakai tidur dijemur oleh ibu. Katanya, bekas si Bongsor ngompol! Seminggu aku ledek kau tiada henti.
Sampai akhirnya aku sekeluarga harus pindah ke kota lain. Kita bertukar surat. Namun, suratmu sudah hilang, maaf ya. Makanya aku tulis surat ini. Sebagai penggantinya. Mungkin kita akan canggung jika berbincang secara langsung, tidak seperti dulu. Masa kecil kita itu sungguh berarti ya!
Oh iya, tahun depan aku berencana untuk menikah. Waktu berjalan begitu cepat bahkan tergesa-gesa, ingin rasanya mengulang dan memperlambat waktu. Usiaku sudah matang, nanti saat aku punya anak, maka anakku harus sebahagia bapaknya dulu! Nanti kuberikan surat undangan pernikahanku padamu ya, tunggu saja!
Teman kecilmu,
(sebut saja) Irian.

oleh: @sebutmawar
diambil dari: http://sebutmawar.wordpress.com