08 February 2012

Variatio 25. a 2 Clav.

Untuk kakak perempuan yang kupayungi saat bumi menebar wangi,



Kakak, pernahkah hujan membikin telinga pekak?



Kata banyak kumpulan, hujan bisa mendamaikan. Bisa menabur serpih – serpih kenangan sang masa memakan. Alam adalah Ibunda kedua. Hanya saja, belaian ibu hangat; sedangkan jemari hujan yang menyelusup dingin menyengat.  Tapi keduanya tulus, membuat pongah hati luluh rupa disapu iring gambus.

Aku tak pernah meminta ibu, juga hujan. Tidak pula ribu, cukup kepingan. Aku mencintai berdua, dalam masa bersamaan. Bahagia diam – diam merasuk mereka dalam dekap dan butiran. Aku kegirangan.



Sudah barang tentu, hujan adalah surga yang jatuh dalam bentuk tetesan air, kakak.



Buku – buku di rumah sudah lusuh, tapi ilmu takkan jadi musuh. Dan tanya padaku waktu itu, semacam rindu yang membasuh peluh. Dimana mimpi, yang membikin ini kaki jadi kukuh, Ilmu jadi suluh, Tubuh teguh topang mimpi selaksa angin bertekuk pada rumpun buluh

Ada dinding, meja, dan papan kapur tak terlihat di jalanan ini, Kak. Menghujam tajamkan Aku dengan pengetahuan yang tiada seorang-pun jumpa di sekolah, tumpah ruah seolah.  Lurus, tiada dusta tersisa walau se-noktah.

Papan kapur dan bangku – bangku kayu beri aksara, baca, perhitungan nan magis;  yang pada suatu akan redup. Hujan menempa jalanan bak tangis, memberi Aku ilmu hidup.


Jika pada tahun kesekian kemudian Kakak rapi berpakaian, janganlah lupa padaku yang tengil, menggigil di tepian. Mungkin sudah berubah rupa, tapi hujan masih tetap sama.





- Celotehan  anak kecil yang sedang membenarkan payungnya. Kutulis ulang sembari diam – diam mendengar pikirnya.





” While we try to teach our children all about life, our children teach us what life is all about.” - Angela Schwindt








Balasan untuk surat cinta @IkeYuningsih ”Si Tukang Ojek Payung

oleh @MungareMike

diambil dari http://mungaremike.tumblr.com/

Satu Tahun Enam Bulan

Satu tahun enam bulan, selebihnya tujuh hari sudah kita jadian

Masih ingat kamu pertama kali kita ketemu setelah hampir 2 tahun tidak bertemu?

Kabarnya juga kamu sudah menyukaiku 6 tahun yang lalu ya semenjak bertemu ? Katamu pula aku masih cantik dan manis ya ?

Masih ingat pertama kali kita jalan bareng ? Masih ingat kita nonton film apa di JiFest kemarin ?

Masih ingat bagaimana kamu menyatakan suka padaku waktu itu? Aku ingat, waktu itu kita sedang makan di sebuah kedai yang asing buatku, tapi aku suka. Tiba-tiba, kamu hanya diam, lama sekali. hening, tidak ada suara, hanya suara musik yang menambah efek romantis malam itu.

Aku takut memulai pembicaraan waktu itu,.

Cukup lama, aku tidak tahan kalo kita hanya diam-diam begini, lalu aku mengajakmu pulang.

Lalu, dengan gayamu yang seakan romantis tapi samasekali tidak (hehe), kamu menyatakan suka padaku.

Kamu tau ? Aku gugup, takut, seneng, speechless. Kupikir sama lama kamu bakalan lama menyatakan itu.(hehe)

Masih ingat juga awal kita jadian? Waktu itu banyak yang menentang kita jadian, dan aku sering sekali menangis.

Kalo aku masih menyimpannya rapi-rapi di kepalaku.

Tak akan kubiarkan belahan otak manapun mengacaukan ingatanku akan moment-moment kita.

Benar, kita sudah semakin dewasa sebagai pasangan yang saling sayang.

Benar juga; ada luka, ada kecewa, ada sedih, ada tawa, ada canda.

Ya memang ada aku dan ada kamu

Tapi kita saling mengisi, saling menguatkan, saling melengkapi.

Satu tahun enam bulan tujuh hari.

Cepat sekali waktu itu.

Kita sudah saling mengenal baik-dan buruk kita masing-masing.

Tapi aku masih tetap jatuh cinta, seperti awal kita bertemu. aku juga selalu merindukan hal yang sama, kamu.

katamu masih , ada 8 tahun, 28 tahun, 58 tahun lagi kan,.

Selama itu pula kita akan belajar sebagai pasangan yang saling sayang

Salam sayang.






Surat Balasan untuk surat cinta @popokman "Ingat Setaun Yang Lalu?

oleh @margaretharnita

diambil dari http://missmargaretha.tumblr.com/

Gelap Menjawab

anggap saja aku malam, yg meniupkan perih jauh ke dalam rusukmu.
mencumbui jalan pikiranmu, merasuki sela sela otakmu.
menggagalkanmu terlelap.

mungkin aku memang tidak semewah senja, tiupanku tidak sesegar tiupan pagi.
mungkin aku memang terlalu menyakitkan.

tapi,
aku tidak akan pernah berhenti sampai kalian, manusia, mengerti jalan skenarionya.
aku ada sebagai renungan.
aku akan tetap pada sebuah ego, menjadi apatis atas keluhan.
membiarkan kalian tetap terjaga, menghantui semuanya, sampai saatnya kalian mengerti, hidup bukan untuk terpaku pada satu titik.
saat kau bergerak maju, saat itulah kita berdamai.






Surat balasan untuk surat cinta @harumazizah dalam surat "Malam"

oleh @ktagana

diambil dari http://superagazzino.blogspot.com/

Dear Kekasih

Dear kekasih,

Setiap kali mendengar kabar darimu, hatiku seperti tersayat sembilu, ingin bertemu, ingin membelaimu dan membisikkan kata cinta di telingamu. Pepatah lama yang berkata, “Badai pasti berlalu” itu hanyalah sebuah pepatah tanpa fakta karena aku tahu badai yang saat ini kita alami tak akan pernah berlalu.

Dear Kekasih,

Aku tahu perjuanganmu, disinipun aku berjuang, berdoa dan tak hentinya memikirkanmu yang jauh disana. Janji itu, aku tak mau membebanimu, aku tahu ketika kamu melontarkannya karena kamu melihatku menangis. Saat ini aku sudah pasrah dan aku ingin kamu menjalani hari-harimu tanpa terikat janji itu, sudahlah kekasih, lupakan aku, jembatan itu membutuhkan lebih dari sepasang kekasih seperti kita yang lemah ini untuk membangunnya. Aku hanya seorang wanita yang lemah dan hanya bisa menangis. Aku tak akan sanggup membangunnya tanpa ada bantuan atau izin keluarga.

Dear kekasih,

Betapa bodohnya aku! tak kusadari bahwa kamu masih memegang janji itu, walaupun aku sudah merelakanmu untuk melepaskan dan melupakan janji itu. Kamu yang selalu melakukan segalanya demi aku. kamu yang rela meninggalkan keluargamu dan mencoba membangun jembatan itu sendirian demi aku, saat itu akupun mencoba membantumu tapi justru membuatmu susah. maafkan aku yang bodoh ini.

Dear kekasih,

Sudahlah, memang benar pepatah itu bahwa cinta tak selalu harus bersama, aku lelah melihatmu berjuang, aku menangis melihatmu membangun jembatan yang aku tahu tidak akan selesai, mungkin butuh seribu tahun untuk membangunnya. Berhentilah membangun jembatan itu, cukup sampai disini saja, cinta kita akan selalu abadi seperti besi rel kereta api, akan selalu terbentang walaupun kita tak pernah akan bertemu namun kita bisa membantu mempertemukan cinta lainnya, semoga saja. Mereka membangun stasiun itu untuk mempertemukan cinta-cinta lainnya, aku akan tetap mencintaimu, sampai kapanpun, sampai rel besi itu berkarat dan tergantikan, sampai aku tiada lagi.






Surat balasan untuk surat cinta @bernardlsJembatan” 
(atas saran kakak yang satu ini @Dear_Connie) jangan marah ya! hehe

oleh @NonaHujan_

diambil dari http://strangerinengland.tumblr.com/

Untukmu yang Menulis Surat Untuk Cinta

Hai..

Ingin kusapa dirimu seperti cinta. Tiba-tiba. Mungkin kau tak begitu kaget ketika menerima surat ini. Mungkin juga kau tak begitu terkesan dengan isi suratnya. Tapi karena sebuah tema di Hari Selasa yang baru aku tahu menjelang senja, aku terpikir untuk menulis ini untukmu yang menulis tentang cinta.

Ya, kau menulis tentang cinta. Dengan beragam kata yang dengan mudahnya membuatku turut merasakannya. Seperti ingin mengangguk setuju ketika di suratmu kau bilang cinta tak berwarna. Siapa yang bisa menebak warna cinta? Kalau memang bisa, dia pasti orang paling sok tahu yang pernah ada.

Cinta itu bening, seperti katamu. Menyesuaikan diri di mana ia tumbuh. Tapi tak menutup kemungkinan cinta akan tumbuh di tempat yang salah, atau di waktu yang tidak tepat. Itulah cinta. Selalu sesukanya. Kalau ditanya kenapa, tak akan ada yang menemukan jawabannya. Karena mencari tahu tentang cinta sama saja menghitung bintang di angkasa. Tak akan ada habisnya.

Kepadamu yang menulis surat untuk cinta,

Aku tahu kamu. Hanya sekadar tahu, karena aku follow twitter dan tumblr-mu. Tulisanmu sederhana, dengan kesan yang apa adanya tapi tetap penuh makna.

Ingat pernah menulis sesuatu tentang kisah di atas jemuran? Aku lupa judulnya. Tapi aku ingat kalau aku suka kata-katanya. Setelah menulis ini, mungkin aku akan segera membuka tumblr untuk mengobrak-abrik mencarinya.

Terakhir, sebelum jam kantorku berakhir.
Maaf kalau surat ini terlalu biasa. Dan maaf kalau surat ini hanya menyita waktumu untuk membacanya.

Tapi lagi-lagi tentang cinta, aku pun setuju kalau cinta bisa membuat seseorang lebih kuat dari sebelumnya.

Dari yang tersenyum ketika membaca surat “Teruntuk Cinta”

***




Balasan untuk surat cinta @Dear_Connie “Teruntuk Cinta

oleh @manggarlintang

diambil dari http://lintangnagari.wordpress.com/

Dari Aku, yang Menaungimu

Hei, juga kamu.. Kebetulan sekarang sudah sore. Jadi selamat sore!
Ini saya. Iya, anggap saja saya yang sering mondar-mandir di pikiranmu.
Nggak perlu dimengerti kenapa aku rajin mondar-mandir di sana. Meski beribu kali kau usir, aku akan tetap ada di sana. Saat kau tak tau alasannya, bagaimana aku bisa mengetahuinya.

Maaf ya membuatmu merasa terpenjara. Aku nggak bermaksud melakukannya, sungguh. Aku bahkan ingin membebaskanmu, karena kamu tak salah apa-apa. Tapi bagaimana aku bisa membuatmu merasa bebas? Apa kamu tau, aku lelah menyalahkan diri sendiri. Aku lelah membuatmu sakit, dan aku jauh lebih sakit, dijangkiti rasa bersalah ini.

Iya, aku maling. Aku maling hatimu. Tapi kenapa baru sekarang?! Lalu, sebelum aku pergi aku ini apa? Penjaga hati? Yang menemani hatimu? Atau apa? Iya aku sakit jiwa! Sakit jiwa karena hubungan ini. Pernah nggak kamu mikir kalo aku itu sakit jiwa karena kamu?! Sadar nggak kalo kamu yang bikin aku maling hatimu! Siapa suruh punya hati baik?! siapa suruh kamu manis? Siapa suruh perhatianmu menggenapi malam-malam sepiku? Tapi apa?! Kamu nggak pernah kasih kejelasan hubungan ini, sementara di luar sana banyak yang menawarkan “manis” sekalipun semu. Ya semu, karena aku maunya kamu! Jadi jangan bilang aku menggantung apapun ya!

Iya aku sakit jiwa, aku gila! Gila karena sayang aku ke kamu! Mana tega aku menyebarkan virus ke kamu? Kamu itu orang yang aku sayang! Sedikit pun aku nggak pernah kepikiran untuk nyakitin kamu. Tolong dong ngerti, aku pun sedang bersabar menghadapi kamu. Kamu yang setiap hari, tiap jam, tiap menit dan detik, menggerogoti warasku!

Sesungguhnya kalau ku mampu, aku mau menjadi hujan. Hujan membuat pohon-pohon lekas menyudahi keringnya. Meranggasmu berhenti, dan akan kamu tak akan mengering. Kamu akan bertahan dan tak akan jatuh, terlepas dari rantingmu. Tumbuh dan membesar. Terus menghijau indah, dan nanti bungamu akan merekah.

Tau kah kamu, aku adalah awan yang menaungimu. Melihatmu dari kejauhan. Air mataku pun rasanya ingin ku teteskan sebagai hujan. Hujan yang membuatmu merasa sejuk. Mengurangi pedihmu. Seandainya aku sanggup mencegah gugurmu.

Kamu yang telah gugur, seandainya aku mampu menjelaskan kegelisahan ini. Aku ingin memilikimu, utuh. Penuh dengan keyakinan dan utuh, berdua menjalani hidup bersama, dari waktu ke waktu. Merengkuhmu dalam batas jarak yang memisahkan kita, jauh. Ya, batas ini yang memisahkan kita. Sanggupkah kau menggapaiku, di atas sini, wahai kamu yang telah gugur?























Surat Balasan untuk surat cinta @JinggaPagi "Dari aku, yang telah gugur"

oleh @nandaindrih

diambil dari http://nandahadiyanti.wordpress.com/

Impian Sederhana Yang Istimewa

Menikah itu impian sederhana, sesederhana disaat kita ingin bernafas. Tetapi menikah itu juga istimewa, istimewa ketika menikah tak lagi masalah menyatukan dua hati, namun juga turut memeluk orang yang kita kasihi.

Kak Eka,
Impian menikahmu, impian menggapai masa masa bahagiamu itu sungguh mengusikku. Aku jadi sadar kalau menikah tidak hanya masalah bagaimana kita 'mau ini dan itu' tetapi juga bagaimana kita harus mememahami apa yang mereka mau, mereka yang kita kasihi. Selama ini aku berkata kepada orangtuaku kalau aku mau menikah hanya dengan pilihan hatiku. Aku tidak bersedia mereka turut serta memilihkan jodohku. Bahkan mungkin aku juga telah menanamkan sikap kepada mereka kalau sampai pernikahanku nantinya, aku mau mereka tidak turut terlibat. Tetapi pada akhirnyapun, nanti, aku juga butuh restu dari mereka, benarkan?

Kak Eka,
Aku tau bagaimana perasaanmu disaat telah kehilangan seorang ayah, bahkan disaat kamu belum sempat meminta restunya untuk pernikahanmu. Maaf,aku tak bermaksud membuatmu sedih. Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih, karena impian pernikahanmu telah membuka mataku tentang 'tidak menjadi egois'. Aku tau seberapapun besar impian kita akan suatu hal, semuanya akan terasa kosong tanpa mereka yang kita sayangi. Terlebih orangtua. Tetapi percayalah kak, cinta orangtua kepada kita takkan pernah terputus. Walau ada jarak antara dunia dan surga.


Kak Eka,
Impian sederhana mu tentang sebuah pernikahan tak jauh beda dengan impian para gadis lain, juga denganku. Kata kata indahmu yang mendeskripsikan impian pernikahan itu membuatku turut serta di dalamnya. Aku tersenyum tiada henti sampai akhir membacanya, membayangkan bagaimana seandainya aku yang menjadi kamu di cerita itu, sungguh istimewa. Memikirkannya saja sudah terasa sangat menyenangkan, apalagi kalau masa itu telah benar - benar datang kepada kita. Aah, menikah! Entah kapan aku bisa menemukan pendampingku! :)

Kak Eka,
Aku percaya Ayahmu pasti sangat bahagia disana, di surganya, karena putrinya telah tumbuh menjadi sosok yang sangat kuat dan memiliki kasih sayang yang tiada terbatas, terutama kepada ibu satu - satunya. Aku yakin ayahmu pasti akan merestui apapun yang kamu pilih dan siapapun pendamping hidupmu nanti. Jadi, sudahkah kakak menemukan jodoh itu? Cepatlah menikah kak Eka! :)





Surat balasan untuk surat cinta @ekaotto "Aku Ingin Menikah"

oleh @lionychan

diambil dari http://callmeasamajesty.blogspot.com/

I still remember you.

Untukmu yang pernah kuSayang,

Teringat kembali akan setiap jalan yang pernah kita telusuri bersama, sepanjang jalan itu, hujan, dan hanya ada kita berdua. Aku masih ingat itu.
Makan bersama setiap kita memiliki waktu yang luang pun aku masih ingat, kemana saja kita pergi, aku pun masih menyimpan struknya.
Pertengkaran kita yang selesai dan tak terselesaikan hingga akhirnya kita memutuskan untuk kembali berjalan sendiri, aku juga masih mengingatnya.

Bunga itu, masih kau simpan? Saat itu adalah momen yang paling spesial untukmu, sayang aku tak dapat memberikan apa yang kau inginkan, jadi aku hanya bisa memberikan mawar yang kudapatkan dari penjual yang tulus hatinya, demi membahagiakanmu.
Kau pernah membuatku bahagia, kau pernah membuatku bangga akan hidupku, kau pun pernah membiarkan aku untuk kesal padamu. Aku tidak melupakannya, percayakah kau?

Tetapi sekarang, aku bukanlah aku ketika mencintaimu. Aku bukanlah aku yang bisa menjadi bodoh karena mencintaimu. Aku ingin kau hidup bahagia, benar-benar bahagia tanpa aku lagi. Aku tak ingin setiap kenangan menjadi luka yang ku toreh dalam hatimu, pergi dan berbahagialah tanpa aku. Karena aku akan berjuang untuk tetap hidup setelah setengah dari nyawaku pun kau ambil. Dan aku akan terus berjuang untuk mendapatkan kebahagiaanku, tanpa kamu, tanpa mawar itu lagi. Satu pesanku, semua itu bukan untuk dilupakan, tetapi untuk dikenang, i still remember you, i still remember us.





Surat balasan untuk surat cinta @JonatJco "Hal Kecil Yang Mengingatkanku Padamu"

oleh @nintafryani

diambil dari http://stepon-sepatuninta.blogspot.com/

Salam dari Istana Hujan

Halo, hay, hola, selamat sore. :)

Hari itu aku sedang bermain-main di Istana Hujan, menari-nari dan beristirahat bersama para tetesan air yang manis, menikmati lembayung senja. Lalu, aku melihat seonggok pesawat kertas melayang di sana. "Pluk!" dia jatuh tepat di pangkuanku.

Kuintip lipatan itu. Tertulis di sana, untuk Hujan, ujarnya. Pesawat kertas itu berasal dari bumi, ujar salah satu mata-mataku. Ya, aku lancang ya buka-buka surat buat Bos Besar, tapi aku penasaran banget!

Kubuka satu per satu garis-garis yang menebal dan berbayang. Terlihat namamu di situ, @itatash | seorang penggemar hujan, sama sepertiku.

"Orang-orang selalu mengatakan bahwa kau ini spesial –termasuk aku. Bahkan ada yang bilang bahwa kau itu terdiri dari 1% air dan 99% rindu.

Apa itu benar? Bagiku, iya. Kau selalu berhasil membuat orang merenung, merindu, dan menyendu. Apa kau sendiri menyadarinya? Apa kau tahu, bahwa aku pun pernah jadi salah satu korbanmu? Tapi, tidak semuanya salahmu.

Rindu memang semestinya datang pada waktunya. Entah itu ada sosokmu, atau tidak. Hanya saja terkadang kau seperti backsound (dung-dung-deng) di balik adegan menegangkan dalam sinetron-sinetron norak di televisi : mendramatisir cerita.

Sekali lagi, itu bukan salahmu. Kamilah –manusia- yang terlalu mudah terbawa suasana."

Hanya beberapa untai paragraf yang sempat aku baca, aku tak ingin ketahuan bila aku mencuri-curi baca suratmu, aku tak sopan.

Omong-omong aku tersentuh lho @itatash. Aku seorang penggemar Hujan, yang sangat mencintainya apa adanya, baik-buruknya, kisah manis dan romantis, bahkan cerita pahit yang ia bisikkan padaku kemarin sore.

Tahukah kamu? Kenapa hujan terdiri dari 1% air dan 99% rindu? Kenapa hujan bisa memunculkan rasa sendu seketika, dan meracuni otak manusia agar menggali kotak masa lalu yang telah lama terendam? Memutarnya kembali bak piringan hitam, atau video hitam putih yang tersimpan di memori?

Suatu ketika, Hujan berbisik padaku tentang sebuah rahasia. Hujan mencintai Bumi, apa adanya. Setiap enam bulan dalam satu tahun, Hujan tak pernah lelah mengunjungi Bumi, melihatnya tersenyum ketika titik-titik air membasahinya, mencium aroma rumput yang terkena tetesan-tetesan itu. Hujan hanya bisa menyampaikan kisah rindunya ini untuk beberapa saat, lalu kemudian menunaikan kewajibannya kembali di atas langit. Meninggalkan Bumi yang tak bisa beranjak kemanapun.

Bahkan, bulan Desember menjadi sebuah berkah bagi Hujan dan Bumi. Tuhan memperbolehkan mereka untuk selalu bersama setiap saat. Kala itu, Hujan diberi masa liburan, bermain ke rumah Bumi dan piknik sepanjang hari. Satu bulan yang dipenuhi oleh limpah ruah rasa rindu sesosok Hujan pada Bumi.

Apakah Hujan menangis? Dia menangis bahagia kok. Pertemuan Hujan dan Bumi menerbitkan sebuah pantulan senyum dari keduanya, yang dibiaskan oleh sinar matahari. Pelangi, menjadi wujud dari rasa rindu itu. Manis ya?

Sekarang, sudah waktunya Hujan meninggalkan Bumi. "Ini sudah musim panas," ujar Bumi. "Kamu baik-baik ya di sana, Hujan?".

Hujan masih menitipkan rindunya pada setetes embun, yang mungkin menempel di kaca rumahmu. Jika kelak kamu menemuinya, tolong bisikkan perlahan, "Hai Embun, jangan lupa sampaikan surat kecil untuk Bumi dari Hujan ya," maklum, Embun agak pelupa. Dia mudah terlelap dalam tidurnya yang hampa.

Semoga senyuman Hujan pun bisa kamu rasakan ya @itatash . Sekedar teaser, mungkin suatu hari kita harus bertemu. Mungkin aku dan kamu adalah sesama manusia Planet Hujan yang dianugrahi sebuah keajaiban. Bila sesama penghuni planet maya ini bertemu, maka Hujan akan mengutus anak buahnya - Sang Gerimis - untuk turun ke Bumi, kembali menyampaikan surat demi surat penuh rindu, yang pastinya meresap melalui pori-pori kulit manusia, menghimpit hatiku dan juga benakmu. :)

#nowplaying Efek Rumah Kaca - Desember

Salam hangat dari Istana Hujan, dia berkata, "Terimakasih".

-penceritahujan-

~ Surat Balasan untuk Surat Cinta @itatash "Hujan dan Alasan" ~



Tak main-main

Hari Selasa yang juga hari ke 25...
Tema dari Pos Cinta :
Memilih salah satu surat yang telah dipost di blognya pos cinta untuk kemudian membalasnya..

Ini sulit buatku.. memilih dari ribuan surat yang ada.
Terpikir juga, betapa kecil kemungkinannya surat untuk ku dibaca,
bahkan dibalas oleh seseorang di luar sana.

Aku bisa memilih, memainkan kata-kata..
Tapi aku pemain yang tak mau main-main..
Tak peduli pegalnya tanganku, pedasnya mataku, membaca satu-satu..


Akhirnya mataku tertuju pada tulisanmu.
Tulisanmu tentang mentari, sepertinya kau jatuh cinta padanya.
Entah berapa tulisanmu yang ada di blog pos cinta, aku menemukan dua suratmu tentang mentari.

Aku cuma membalas, aku tak menjawab suratmu, tak mampu.
Jadi, bolehkah aku bertanya, mengapa kau seperti begitu menyanjungnya?
Aku juga mengagumi mentari, meski sepertinya tak sedalam kagum mu padanya.


Tulisanmu yang seolah begitu mengerti tentang mentari,
menyadarkanku yang sering tak memedulikannya..


Eh, kamu, jangan memandang suratku hanya sebagai syarat konsekuensiku.
Tak yang ada kebetulan, aku ingin berterimakasih..

Tak hanya karena aku jadi bisa menulis balasan sesuai tema.
Dari tulisanmu, aku bisa merenung, tak hanya tentang mentari, tapi kehidupan.
Bagiku mentari adalah sumber kehidupan.
Meski aku juga seringkali lupa, malah mengeluhkannya, "kepanasan!"

Yaph, kita memang tidak saling kenal,
maaf sudah lancang membalas suratmu yang mungkin tak butuh dibalas.

Terimakasih, ya!


Surat balasan untuk surat cinta @herv_ berjudul "Di Mana" dan "Sudut Pandang"



EKA, AKU (JUGA) INGIN MENIKAH



Teruntuk: @ekaotto

Hai eka, sama sepertimu, Aku (Juga) Ingin Menikah.
Sama sepertimu, aku ingin menulis surat yang menyatakan (betapa saat ini) Aku Ingin Menikah. Bedanya aku tidak menujukan surat tersebut untuk Papa. Kenapa? Karena memang beliau dan juga Mama sebenarnya sudah mengharapkan aku untuk menikah, jauh bertahun sebelum hari ini ada. Jadi seharusnya yang lebih tepat adalah AKU HARUS MENIKAH, bagi mereka. Mungkin pada akhirnya surat ini aku tujukan untuk diriku sendiri. Dan juga para wanita lainnya yang saat ini berpikir, atau belum, untuk menikah suatu hari ini. Dan juga untukmu, untuk membuktikan, bahwa kamu tidak sendiri.

Eka,
Kamu tahu suratmu itu teramat sangat mewakili kata hati banyak wanita. Dengan untaian kata yang teramat manis, kamu bahkan membuatnya lebih istimewa. Ah, jika waktu itu benar-benar tiba, aku berani bertaruh pasti kamu akan sangat teramat bahagia, begitu juga orang-orang yang menyayangimu, baik yang engkau kenal maupun tidak, seperti aku. Semoga secepatnya. Semoga bahagia. Semoga untuk selamanya.

Eka,
Sejujurnya aku memilih untuk membalas suratmu, merupakan keruntuhan ego buatku. Ya, tanpa sadar selama ini aku bertahan begitu kuatnya menolak kenyataan bahwa pada satu titik aku harus berani membangun komitmen serius yang bernama Pernikahan. Bukannya trauma atau apa. Boleh dikata aku seorang observer yang kuat, yang cukup banyak melihat kegetiran dalam kehidupan romansa orang lain. Dan kombinasi kecemasan bahwa semuanya tidak berjalan lancar dan ketakutan untuk gagal membuat aku dengan lantangnya berkata, “AKU AKAN BAIK-BAIK SAJA TANPA PRIA”. Dan semua keberhasilanku untuk berdiri sendiri semakin menguatkan pemikiran, bahwa untuk menjadi sukses dan bahagia bisa aku lakukan sendiri dan cukup dengan dukungan keluarga. Tapi Eka, dalam perenungan di malam panjangku aku kerap berpikir, bukan, bukan itu tujuan Tuhan menciptakan aku ke dunia. Untuk menjadi orang yang egois dan merasa cukup dengan aku sendiri saja. Bukan. Aku harus berguna, untuk orang lainnya.

Ya Eka,
Aku harus memikirkan orangtuaku. Mereka begitu khawatirnya dengan kemandirianku sampai mereka bertanya, apakah benar aku tidak punya keinginan berkeluarga. Aku tertawa. Ya, tentu saja aku bilang aku mau. Tapi pada saat itu hanya untuk menenangkan hati mereka. Wajarkah kekhawatiran mereka, jika aku baru mengenal pria di usia mendekati kepala tiga? Ya, tentu saja. Dan aku merasa berdosa sudah membuat mereka sebegitu cemasnya.

Aku akui, Eka. Ya, pada satu titik aku butuh pria. Bukan, bukan hanya untuk pemuas nafsu belaka. Ya, aku butuh pria untuk bersama-sama belajar memaknai apa tujuan kami hidup di dunia. Ternyata pria bisa menjadi guru kehidupan yang sangat baik, ia juga bisa menjadi sahabat, ia bisa menjadi saudara, ia bahkan bisa menjadi sekedar ada untuk mendengarkan aku bercerita.

Ya Eka, (sekarang) Aku Ingin Menikah.
Aku ingin ada yang memperkenalkanku sebagai pendamping hidupnya di dunia dan akhirat.
Aku ingin ada yang mengingatkanku ketika aku menjadi seorang individu egois yang merasa mampu melakukan semuanya sendiri, bahwa (kadang) berdua itu lebih baik.
Aku ingin ada yang mendengarkan keluh kesahku. Ya, hanya mendengarkan pun sudah cukup bagiku. Tidak perlu ia memelukku, tidak perlu ia menepuk pundakku. Hanya sekedar ada, dengan cintanya. Itu sudah cukup.
Aku ingin memiliki seseorang yang punya waktu, sama sepertiku. Waktu untuk mencintai dan menyayangi tanpa jeda, waktu untuk belajar mengenai arti hidup bersama-sama, waktu untuk saling menatap antara mata dengan mata dan melukiskan semua kisah yang terjadi antara kami di penghujung hari. Aku ingin seseorang yang punya waktu sampai penghujung waktu memisahkan kami.


Di atas semua itu, Eka.
Aku ingin hidupku menjadi lebih berarti. Untuk keluarga. Keluargaku sendiri.
Aku ingin menjadi wanita seutuhnya. Yang pada satu saat seorang pria rela melakukan hal terbodoh dalam hidupnya di bawah rintik hujan hanya untuk mengungkapkan perasaan cintanya padaku. Dan tiba saat dengan gagahnya ia memintaku kepada kedua orangtuaku. Bahwa ia akan menggantikan tanggung jawab mereka untuk selalu mengasihi dan menjagaku.
Aku ingin sekali melihat kedua orangtuaku meneteskan airmata. Airmata bahagia mereka di hari bersatunya kami. Dengan bangga menyatakan bahwa pilihan anaknya tidak salah.
Aku ingin setahun, dua tahun, tiga tahun kemudian memiliki buah hati sebagai bentuk sucinya cinta kami.
Aku ingin merasakan perjuangan yang dilakukan Mamaku berpuluh tahun lalu. Perjuangan yang membuktikan bahwa bukan tanpa alasan Tuhan menciptakan wanita di dunia, dengan menaruh surga di telapak kakinya.
Aku ingin ada seorang mahluk kecil yang merengek-rengek meminta air susuku, dan bertahun kemudian dengan suara menggemaskan bercerita betapa ia bangga memiliki aku sebagai Mamanya di muka kelas, di depan teman-temannya.
Aku ingin mendampingi anakku memilih busana pernikahannya sendiri. Aku ingin merasakan repotnya mengatur segala hal di hari paling bahagia baginya. Aku ingin merasakan kebahagiaan Mama dan Papa, sama seperti yang mereka rasakan di hari pernikahanku kelak.
Aku ingin bermain bersama cucuku, Eka. Ya aku ingin sekedar mengajarkan bagaimana cara mengganti popok atau memandikan mahluk kecil itu kepada anakku.
Aku ingin, ada sekelompok orang yang akan setia menemaniku di masa tua. Sampai aku menutup mata. Mereka yang bisa dengan kasih dan cinta aku sebut keluarga.
Dan aku ingin, pada saat itu tiba, aku tidak lagi menyesali keputusan bahwa memang pada akhirnya aku harus menikah. Dengan pria, yang bisa aku sebut sebagai @imamnyabetyoktarina dengan bangga.


Ya, Eka. Sama sepertimu AKU INGIN MENIKAH.
Jika waktu itu datang, maukah kamu menghadirinya dan memberikan doa?
Maukah kamu membacakan surat ini di hadapan orang-orang yang aku sayangi dan menyayangiku?
Dan bersama kita menertawakan, bahwa tidak ada, ya tidak ada ruginya untuk berteriak lantang............... "AKU INGIN MENIKAH".

Maukah kau, Eka yang jelita?



Oleh:

Jalan terindah untuk kalian

'Setiap pertemuan pasti ada perpisahan'

kamu pasti tau kan kata-kata itu? kata-kata yang mungkin gak cuma buat kamu.
buat orang lain yang hanya sekedar pisah dengan alasan jarak, gak ada restu ataupun sudah punya jalan yang berbeda sama kamu.

Emang, kenangan gak ada pernah bisa hilang. ya karena kenangan itu buat diinget.
harusnya kamu merasa orang yang beruntung, karena kamu pernah jadi alesan dia buat tersenyum, ketawa dan ngabisin harinya sama kamu.

Bahagia gak selalu selamanya bareng kan, gak harus selamanya dia di sisi kamu.
mungkin sekarang dia lebih bahagia dengan keadaan sekarang, dia berusaha gak cerita sama kamu tentang keluhan atau hal yang buat kamu khawatir.
bukan tanda dia gak anggap kamu, tentu bukan.
dia hanya ingin meninggalkan sepenggal kenangan kekonyolan dia, kenangan canda tawa pas sama kamu. dia gak mau ninggalin cerita yang malah bikin kamu sedih atau kesel ketika inget dia.

Aku emang gak kenal kamu, apalagi dia yang mungkin sudah tenang di surga sana.
cuma pesanku, tetep jadi diri kamu seperti apapun kamu sebelum ataupun sesudahnya kehilangan dia. kirim doa, hapus airmata, simpan rapi kenangan kalian dan buat hidup kamu bahagia sebahagia dia disana. :)

salam turut berduka,

Giska Jessica


"Surat balasan untuk surat cinta @neenaboobo + 'Aku bakal kangen kamu, Nyet' hari ke-16 "


Mana si Meong?

Kak Echi,

si Meong sudah pulang?

Cuma mau bilang, aku tahu sekali rasanya ketika si kucing kesayangan tidak ada di rumah

Aku jadi bersimpati sama Mama waktu beliau marah saat aku pulang kemalaman

Ingat surat cintaku tentang kucingku yang hilang (kalau Kak Echi baca)?

Ia hilang selama 2 hari, kami mencari-carinya kemana-mana, ternyata, keesokkan harinya kami menemukannya di bawah sofa, sudah tak bernyawa

Aku belum cerita ke siapa-siapa. Lebih baik melupakan, abis sedih

Bukan cuma aku, tapi semua orang di rumah

Kita jadi menyesal karena sudah mencari kemana-mana, keliling kompleks, nggak tahunya ketemunya di rumah sendiri

Memang, di hari ia menghilang, dia lagi sakit

Dan kami jadi tambah-tambah menyesal karenanya

Ah, aku jadi curhat begini…

aku harap si Meong-nya Kak Echi sekarang sudah pulang dan kembali bergulung di kolong meja

hmmm padahal sudah 2 minggu lalu ya si kucing hilang, tapi aku baru membalas suratnya sekarang *sigh*

salam sayang,

Indy, sepupumu yang sesama pencinta kucing

menanggapi surat “Pulang, Nak!” dari @heyechi »


kata sang penjelajah cinta

sebenarnya bukan kamu yang terlalu bodoh untuk terus menangis,setelah membaca surat darimu aku baru sadar ternyata luka yang aku tinggalkan terlalu dalam untukmu,terlalu berat untuk kau pikul dengan bahumu yang telah penuh dengan air matamu
aku akn menghentikannya,namun aku harap kau dapat berhenti memikirkanku yang terlalu buruk untukmu,janganlah membiarkan hatimu terus terusan mengharapkanku
aku harap jika suatu saaat nanti aku telah lelah berpetualang,kau akan dengan senang hati menjamuku dengan minuman segar yang sangat aku butuhkan untuk membersihkan tenggorokanku dan air untuk membasuhi tubuhku yang lelah akan petualangan
maaf untuk air mata

surat balasan untuk @erlinberlin13 "surat untuk penjelajah cinta"



Mimpi anak perempuan

dear @ekaotto

membalas surat Aku Ingin Menikah

Saya tidak pernah bertemu kamu. Juga ayahmu. Tapi saya yakin ayahmu pasti terharu terhadap mimpimu untuk menikah dengan pria yang tepat. Eka Otto akan cantik mengenakan gaun putih, berbahan lemas panjang menutupi kaki terbuat dari sutra. Sepatu merah tujuh senti, rambut panjang terurai dengan hiasan bunga berwarna putih kecil. Mata coklat tua dan memegang 26 mawar merah. Yuk, saya peluk!

Seperti kamu, saya juga punya mimpi menikah dan jadi ibu. Kalau melihat iklan test pack di baliho yang dipasang pada jembatan penyebrangan saya suka bertanya kapan dua tanda merah menunjukkan saya hamil. Kamu bisa masak eka? Saya ingin menikah dengan pria yang jago masak. Tidak harus seenak Juna di Master Chef Indonesia. Minimal tau bedanya bawang merah dan bawang putih. Kalau saya masak, dia harus bersedia mencuci piring.

Kau tahu mengapa saya ingin kriteria pria macam itu? Mengingatkan saya pada ayah. Ayah saya tidak tampan tapi seksi. Dia mau mengerjakan pekerjaan rumah kalau ibu dan saya belum pulang dari kantor. Saya pernah mengeluarkan candaan “Ayah, mengapa memilih ibu?” dan beliau menjawab mantap “Ayah sayang kalian. Itu cukup.” Ayah saya tidak banyak omong tapi segala tindakannya adalah bukti dia sayang kami. Ayah saya berkumis Eka. Itu membuat saya geli kalau sewaktu-waktu beliau mencium pipi sebagai tanda sayang. Saya tidak malu dicium ayah eka, saya pikir tidak ada batasan umur kapan ayah harus mencium anak perempuannya. Ayah selalu bilang agar mencari pria yang lebih baik dari dia. Tapi saya tahu eka, saya tidak bisa melakukannya. Ayah tetaplah pria terbaik dalam hidup saya, calon suami saya nanti harus rela jadi nomor dua.

Eka, jika suatu saat kau berkunjung ke pemakaman ayahmu. Jangan lupa titipkan salam dari saya. Cukup bilang “Ayah, ada anak perempuan yang ingin bertemu kamu selain saya”



Untuk Kamu dan Para Pengantin Masa Depan

Selamat pagi, Cantik.
Aku yakin hari ini kamu akan menerima begitu banyak surat dan bisa jadi bingung harus membaca mulai dari mana. Tak apa. Akan tetap kutulis surat ini sebagai ucapan terima kasih karena kamu telah menuliskan impian yang begitu indah dalam suratmu kala itu. Impian indah yang kamu bagi denganku, dan dengan mereka, para pengantin di masa depan.

Terima kasih ya, Cantik. Karena kamu berani mengajak kami terbang tinggi menembus melodi. Bahkan dengan barisan kata yang sederhana, kamu dengan gagah beraninya mengajak kami maju ke medan mimpi. Lewat mimpimu kami diajak memimpikan mimpi indah kami. Kamu yang sebentar lagi mungkin mewujudkan mimpimu itu tanpa sengaja memercikan rona bahagia padaku, yang nampaknya harus menunggu sedikit lebih lama hingga hari itu tiba :)

Tapi aku tidak keberatan kok. Aku yakin para calon pengantin di luar sana juga tak keberatan menunggu sedikit lebih lama. Karena bila waktunya sudah tiba, saat mempelai pria luar biasa itu menunjukkan wajahnya, maka penantian kami tentu tak akan terasa sia-sia. Benar bahwa semua akan indah pada waktunya.

Selamat berbahagia untukmu, untukku, untuk kita semua para pengantin masa depan.
Semoga tuhan senantiasa menuliskan kisah cinta paling istimewa untuk masing-masing dari kita!

"Surat Balasan untuk Surat Cinta @ekaotto + Aku Ingin Menikah"


Surat Kedua Untukmu

Teruntuk @ekaotto.

Hai, Ka.

Ini kedua kalinya gue bikin surat buat lu, Ka. Yang pertama dulu, emang pengen nulis surat buat lu, dan sekarang, karena hari ini hari nulis surat berdasarkan tema dan tema nya harus bales salah satu surat yang ada di blog #30HariMenulisSuratCinta dan gue juga udah baca surat terakhir lu yang judulnya “Aku Ingin Menikah”, maka gue putusin buat bales surat lu yang ini :D

Kita gak saling kenal, nama lu aja gue ga tau siapa aslinya. Terakhir surat yang lu tulis judulnya “Aku Ingin Menikah”, gue baca dan kayanya itu bukan cuma sekedar surat biasa yang di tulis buat sekedar ngirim surat. Itu seperti doa, harapan yang emang beneran pengen lu lakuin. Mulai dari baju pengantin, tempat di mana pernikahannya, sampai siapa dan apa aja yang harus ada di pesta pernikahannya seperti udah ada di bayangan lu harus seperti itu. Salah ya? Gue sok tahu?

Dari apa yang gue baca di linimasa, maaf kalau salah, dan silahkan benerin kalau emang beneran salah. Lu kaya cewek bandel, hehehe. Bandel yang kalau ngomong atau ng-twit agak terlalu di luar batas cewek lainnya. Dari apa yang gue baca dari Bayangan Ke Lima, dari cerita sampai tokohnya itu agak bandel buat gue cowok yang asalnya dari kampung. Yang belum terbiasa sama apa yang cewek sekarang lakuin. Kaya ngerokok, minum alkohol, atau sampai tidur sama cowok yang bukan suaminya bahkan sampai hamil di luar nikah. Mau nyebut gue munafik atau orang kampung, silahkan. Hehehe :)

Tapi gue percaya, setiap orang pada dasarnya baik. Entah itu cowok atau cewek, dalam hatinya mereka pasti tau apa yang mereka lakuin itu baik atau buruk, bener atau salah. Dan lu, kak. Yang gue yakin dari lu setelah tadi cuma nebak kalau lu itu bandel atau nakal, gue yakin kalau lu baik. Perempuan tetap perempuan, sekuat atau setegar apapun dia hidup sendiri, selalu ada ruang atau tempat yang perlu di isi sama orang lain yang di cintainya. Mencintai sama kaya kebutuhan untuk di cintai.

Setelah lama gue follow lu, ada beberapa yang gue baca, ada beberapa yang gue tau. Salah satunya lu pernah deket sama (at)commaditya. Dan entah gimana ceritanya, sekarang ga pernah lagi gue liat kalian saling mention.

Apapun yang terjadi, semoga semua baik-baik aja. Percintaan, karir, kesehatan, semoga selalu di dekatkan dengan yang baik. Dan semoga apa yang lu tulis di surat “Aku Ingin Menikah” bisa terjadi seperti yang lu mau, dan tentunya, dia lelaki yang nanti jadi suami lu adalah lelaki yang beruntung bisa punya calaon ibu dari ana-anaknya yang kaya lu, Ka.

Maaf kalau banyak ngomong, hehee. Sampai ketemu tanggal 12 nanti di #Gathering30HariMenulisSuratCinta :)

Salam, @_FHMY

“Surat balasan untuk surat cinta @ekaotto - Aku Ingin Menikah”


Oleh:

Balasan Untuk Mentari

Kedah, 7 Februari 2012

Untuk kamu, Mentari..

yang masih bangunkan kami tiap pagi, tanpa pamrih

Selamat pagi..

00:02. Masih terlalu dini sebetulnya untuk sapaan selamat pagi. Tapi, bukankah jarang sekali orang menyapa dengan: “Selamat dini hari..”?

Ah, tentu saja kamu yang lebih tau. Mungkin saya yang terlalu sok tau. Manusia semuda saya mana tau apa-apa dibandingkan dengan kamu. Kamu yang umur aslimupun, siapa yang pernah tau.

Barangkali kamu juga masih tidur di atas sana. Saya malahan belum beranjak masuk mimpi, padahal beberapa jam lagi kamu datang menjemput dari sela-sela tirai kamar. Daripada buru-buru masuki mimpi, saya lebih memilih duduk di bawah cahaya neon lampu belajar. Lalu menulis surat balasan ini untuk kamu.

Mentari..

Seperti apa rasanya berada diatas sana?

Saat malam begini, apa yang kamu lakukan?

Pertanyaan barusan saya tulis sambil mencari adanya kamu di langit Kedah yang gelap. Dan seperti biasa, cuma cahayamu yang dipinjam bulan yang saya temukan.

Jujur saja, Mentari..

Saya terbiasa mengutuki kamu yang terkadang berlebihan senyumi kami di Kedah. Entah kamu sadar ataupun nggak. Bayangkan saja, saya harus jalan kaki dari kantor untuk sampai di asrama. Jadi, jangan salahkan kebiasaan saya yang lebih mencintai payung dan bayangan pepohon daripada sinar kamu di siang hari. Sinarmu terlalu banyak, terlalu membakar. Terlalu terik dan melelahkan untuk perjalanan pulang saya yang bisa melebihi 45 menit jalan kaki. :p

Mentari..

Telah saya baca suratmu. Suratmu yang lalu membuat saya tertegun.

“Pagi dibilang hangat. Siang dibilang menyengat.
Senja dikata merona. Malam dikata memesona.
Andai saja mereka sadar bahwa itu semua wujudku yg satu, yg hanya saja sedang mereka pandang dari sudut elevasi yg berbeda.
Atau memang seperti itukah hakikat manusia? Gemar melabeli satu objek yg sama sesuka hati, hanya berdasarkan subjektifitas sudut pandang mereka masing-masing yg tentunya berbeda-beda, tanpa mencoba mengandai bagaimana rasanya memandang dari sudut pandang yg lain?”

Kami, manusia, begitu kurang gemar bersyukur. Mungkinkah itu maksudmu?

Kami, manusia, terlalu pandai mengingat yang buruk, lalu lupakan yang baik. Begitukah maksudmu? :)

Mentari..

Mungkin permintaan maaf akan terasa sungguh klise untuk diutarakan. Tapi, jika betul yang kamu rasa bahwa kami begitu lancang adanya, maaf. Barangkali satu kata maaf dari saya gak akan cukup. Maka, bayangkan jika maaf ini dikatakan setiap mulut manusia di bumi.

Hitunglah, Mentari..

Kalaupun belum mencukupi, coba hitung ribuan, mungkin jutaan pinta ibu-ibu rumah tangga yang butuh bantuanmu keringkan pakaian-pakaian setengah basah keluarga mereka saat awan mendung mulai menggantung.

Hitung pula jutaan, mungkin milyaran wanita yang gelisah menunggu kencan pertama dengan kekasihnya di minggu pagi. Sudah barang tentu mereka gak sabar menunggu kamu, yang nantinya bangunkan mereka sambil tersenyum.

Lalu, ini harus masuk hitunganmu juga. Milyaran harapan para manusia bumi yang merindu adanya kamu saat musim penghujan.

Mentari..

Terimakasih untuk siang-siang terang benderang. Terimakasih untuk malam-malam penuh pinjaman sinarmu oleh si bulan. Ajari kami bersabar akan terikmu, ajari kami bersyukur akan jasamu. :)

Dari saya, atas nama kami,

yang kadang lupa betapa setianya kamu di atas sana

*Surat Balasan untuk Surat Cinta @herv_ untuk surat cintanya yang berjudul “Sudut pandang”



Oleh: