10 February 2012

Cappuccino Late

ia manis, lembut, dan menyegarkan. ya.., seharusnya, jika t itu tidak menghilang dan melarikan diri.



Selamat waktu bagian matahari memanggang dunia.
Bagaimana kabar kamu disana, wahai seseorang yang seringkali menjadi sasaran brutal dari surat tak bertanggung jawab yang aku panahkan?
sudah, skip saja semua basa-basi ini. aku tau kok, kalo kamu ga bakal ngejawab pertanyaan klasik itu.

wahai pemimpi besar,
Bagaimana dengan celengan impian kita dulu? masihkah kamu menabung impian-impian baru disana? atau celengan imajiner berlabel kita itu telah kamu kubur dan hancurkan?
whatever-lah dengan benda khayalan itu. aku hanya ingin nge-flash back sedikit tentang mimpi-mimpi kita, atau mungkin.., kamu saja? entah lah...

mr.coffee,
dari hamparan lelaki yang aku kenal, baru kamu yang setiap nge-date-nya berasa wisata kuliner, atau tepatnya wisata coffee. Masih inget ga sih, dulu kita kayak kucing beranak, berpindah-pindah dari cafe, kedai dan tempat sejenisnya cuma buat nyari benda yang bernama coffee. bahkan demi segelas coffee, jarak yang jauh banget rela di jabanin. hahha.. gila emang. dan terlebih lagi, hampir semua tempat yang ngejajahin coffee di kota kecil ini menyimpan jejakan kaki kita.

Masih lekat di otak ku tentang kamu yang selalu bercerita tentang masa depan, tentang kamu dan coffee, dan tentang aku yang terselip di dalam nya. Setiap teguk coffee yang kita minum mengandung banyak kisah yang kamu suguhkan. terutama, kecintaan kamu terhadap coffee, impian merajut cinta bersama nya, dan memiliki rumah untuk coffee tersebut.

Sebut saja cappuccino, sesuatu yang sangat kamu cintai jauh sebelum kamu mengenal aku, sesuatu yang selalu mengisi waktu senggang dan menemani mu, bahkan sesuatu yang selalu kamu sapa sebelum kamu menyapa ku di pagi hari. ah, benar-benar sesuatu yang membuat aku cemburu.

oh iya,
terima kasih atas segelas cappuccino latte yang telah menyelamatkan tubuh ini dari ancaman hawa dingin. bukan hanya itu, ia juga melelehkan bongkahan es yang menyelimuti hati ini, hingga hati itu hanyut bersama lelehan es dan terdampar pada dermaga mu.

aku masih menyimpan memoar asal usul cappuccino latte. ah.., kamu terlalu romantis saat itu jika harus aku bandingkan dengan saat ini. masih sangat jelas rasanya, saat kamu mengatakan cappuccino latte adalah buah cinta, antara kamu dan aku, kamu si cappuccino dan aku si caffe latte. it's cappucicno latte, perpaduan pahit yang menyegarkan dengan manis yang lembut serta menghanyutkan.

Dear Mr.Coffee,
bersama ini, ku lampirkan undangan yang kesekian dari ku. bukan undangan yang besar, hanya undangan kecil dan biasa. Tidak ada yang mewah dari undangan ku ini, benar-benar sederhana. aku hanya mengundang mu untuk minum coffee berdua di tempat ku. Jika dulu kamu yang selalu menyajikan cappuccino latte untuk ku, maka kali ini biarkan aku membalas nya. aku akan menyuguhkannya untuk mu. oh iya jangan sampai lupa dan salah ya tempat nya. masih ingat kan? ya, di hati ku.

p.s :
aku tau, sama seperti undangan lainnya, undangan kali ini tak akan kamu gubris atau pun baca. begitu pun cappuccino latte buatan ku, ia tak tersentuh, membusuk, dan mengering. Cappuccino latte ku telah kehilangan satu 't' karena lelah menunggu mu datang dan menghirupnya. ia telah dingin, basi, dan berbau. sekarang, jangan kamu panggil lagi ia 'Cappuccino latte' tetapi 'Cappuccino Late'.

ia pahit, ia menyakitkan, ia menjijikan. it's not cappuccino latte, but cappuccino late.

1 comment: