10 February 2012

Surat Spesial

Surat Cinta hari ke-27 ini kutulis dengan segenap daya tenagaku.
Maafkan saya jika ternyata kata-katanya tak lagi indah untuk dibaca. Mungkin di hari ini, kata yang sarat keindahan itu telah sirna dari otakku, gudang kata sastra itu tak lagi puitis untuk saya tuliskan disini, atau memang daya kreatifitasku telah memudar perlahan.
Dari jauh kukirimkan surat ini melalui tukang pos khusus, berharap disana kau dapat menerima langsung surat ini di tanganmu yang kokoh itu.
Harusnya mungkin saya yang mengantarkan surat ini langsung padamu, memastikannya kau menerimanya sendiri.
Tapi saya tak bisa menjawab keusilan bicaramu yang pasti akan bawel sekali mencibirku dengan tertawa-tawa jahil bertanya-tanya mengapa di jaman teknologi canggih seperti ini saya masih menuliskan surat tertulis tangan kepadamu? Ah tapi kamu tak tahu sensasinya saat menulis surat ini, saya menumpahkan segala emosi saya ke dalam tulisan ini.
Kau bisa lihat sendiri goresan tinta ini saling bersangkut paut bersatu padu membentuk makna yang akan saya sampaikan khusus kepadamu.
Saya juga yakin ketika kau menerima sepucuk surat ini di sepan rumahmu, kau akan mengernyitkan dahimu dan berkali-kali membolak-balik amplop kecil ini memastikan ia tak salah kirim. Tapi saya yakin kau juga pasti setengah-mati-penasaran saat surat ini tertulis dariku untukmu, pasti kau ingin tahu isinya dan buru-buru membacanya.

Sudahlah, namamu itu selalu menjadi tujuan utamaku saat menulis. Jadi, segera kukirimkan surat ini yang saya tulis dengan huruf terindah yang pernah kubuat. Kapan terakhir kali kau menerima surat? Pasti ketika belasan tahun lalu ya? Saya sengaja ingin kembali ke masa dulu, membuat orang- orang merasa dihargai ketika ada pesan pribadi sampai ke tangan mereka melalui secarik kertas yang telah ditulisi, melalui surat.

Kau harus tahu pengorbanan saya ketika menulis secarik surat ini untukmu. Saya menulisnya, memilihkan kata-kata yang seperti kubilang, sudah berkurang kadar keindahannya, namun masih kupilihkan diksi yang mudah kau mengerti, berharap kau bisa tersenyum setelah membaca surat ini. Kupilihkan tinta yang jelas, agar kau dengan segala cahaya yang kau dapat di kamarmu bisa membaca surat ini. Kuambil amplop yang terbaik, dengan warna yang kau suka, meski untuk mencarinya saya harus berkeliling kota terlebih dahulu, tapi tak apalah. Kupastikan lem yang menempel di amplop itu begitu rekat, agar pesan rahasia yang kutuliskan didalamnya tidak ada yang membacanya sebelum kau, termasuk tak dibaca oleh si tukang pos. Dan tak kalah lagi susahnya, saya harus pergi sendirian mencari kantor pos terdekat dari kota kecil ini, memilihkan perangko khusus agar bisa sampai lebih cepat dari surat- surat lainnya. Semuanya kupilih khusus untukmu.

Untuk kamu, yang disana. Yang mungkin bertanya- tanya dari awal membaca surat ini hingga sampai ke paragraf ini, apa sebenarnya pesan yang kukirimkan padamu. Sabarlah, sebentar lagi akan kuceritakan padamu. Sebelumnya, bisakah kau keluar sebentar atau melongoklah dari jendela kamarmu. Lihatlah langit malamnya, Itulah langit malam terindah menurutku, kutangkap gambaran itu untukmu, semoga kau melihat langit yang sama denganku. Disini yang saya lihat, ada semburat awan jingga di sekeliling bulan penuh yang bersinar terang. Indah sekali, andai disana kau langsung menerima surat ini. segera kabari saya kalau kau juga menemukan langit malam yang sama indahnya ya.

Hmmm, ngomong- ngomong tanggal berapa sekarang? Saya sudah merindukanmu.
Tak perlu kau balas rindu ini, cukup balas saja suratku, segera!
Kutunggu suratmu sebelum kedatanganmu kemari.
Sudah terima pesanku kan?



Oleh:

No comments:

Post a Comment