14 February 2012

Surat Untuk Hati

Dear Hati,
Apa kabarmu? Masih sakit? Semoga kau baik-baik saja, jangan sampai patah lagi dan lagi. Istirahatlah yang cukup dari rasa pilu agar kau bisa segera bangkit kembali bekerja mendampingi aku.
Hati, kumohon padamu, mulai detik ini mulailah dengarkan aku. Jika dengan matamu kau sudah melihat keganjilan, mulai serahkan tugas padaku untuk berpikir hal yang realistis. Janganlah kau terlalu baik, Hati. Tidak semua makhluk diluaran sana memikirkan kamu. Mereka pun menggunakan pikirannya namun sedikit yang melibatkan hatinya. Tapi kamu, selalu bekerja sendiri tanpa aku. Pemilik kita disebut makhluk yang lugu pada akhirnya, kamu tahu? Karena kau tidak mengijinkan aku untuk ikut bekerja bersama denganmu.
Hati, kini aku berjanji akan selalu menjagamu. Kau harus mengijinkan aku mendampingimu setiap saat. Kamu harus mendengarkan aku. Aku hanya tidak ingin kau merasakan pilu lagi, sakit lagi dan patah lagi. Aku sayang padamu. Aku tak ingin melihatmu menangis lagi dan membiru.
Hati, lepaskanlah genggamanmu dari hati miliknya. Kau hanya dibawa lari ke sana kemari hingga terseok tanpa ia sedikit pun memandang ke arahmu. Dia tidak peduli lagi, Hati. Sudah. Cukup. Dan lepaskanlah. Aku akan membantumu menemukan hati lain yang lebih baik daripada miliknya. Yang tidak akan mengkhianati kesetiaanmu, dan tidak akan menghancurkanmu di dalam genggamannya. Percayalah, aku mampu membantumu.
Hati, janganlah kau ragu kemudian menghakimi dirimu sendirilah yang buruk. Tidak. Kau setia, kau berhak mendapat bahagia. Dia khianat, dia tidak berhak mendapatkan setia, darimu tentunya. Semudah itu bukan? Maka, lepaskanlah segala hal yang akan menyakitimu. Genggam tanganku untuk mendampingimu bekerja demi pemilik kita. Semoga pilumu kemarin adalah pilu yang terakhir. Aku harap kau segera meraih bahagia. Bersama aku dan juga pemilik kita tentunya.
Salam sayangku,
Aku, Otak dengan segala pikirannya.



No comments:

Post a Comment