31 January 2012

Pick One : Saudara / Teman?

Hai saudara, hai teman, hai semuanya. Di sini masih siang menjelang sore, masih ada matahari tapi sinarnya redup, kayak lampu 5W gitu deh. Di sana gimana? Waktu kita pasti ga jauh beda ya pukul berapanya pasti beda-beda berapa menit aja, kecuali yang satu sih, beda hmmm 11 jam dengan kita. Maaf, hittung-hitunganku lemot :( Yang beda cuma apa yang sedang kita lakukan.. Iya, itu aja kan?

Kamu semua masih ingat ga, waktu aku masuk TK hari pertama, masih cengeng, ga mau ditinggal orangtua. Waktu kamu dekati aku dan kenalan, eh tau-tau kamu lari ke taman main, aku ditinggal, dan aku nangis :( langsung guru manggil kamu dan ngajak kita barengan ke taman. Aku masih inget itu, selalu. Anehnya kita seakan pisah di hari-hari selanjutnya dan reuni waktu SMA, satu sekolah dan kita udah kayak orang kenal lama buanget, bisa nyambung tanpa canggung. Aku kangen ketemu kamu, Erdiana.

Sewaktu aku harus dibaptis, kalian yang menjadi orangtuaku, sesuai akta lahirku. Ada satu lagi tante waliku. Aku nangis-nangis karena itu kali pertama aku menghabiskan malam yang bukan dengan orangtuaku. Sewaktu acara juga masih ada sisa tangis, entah karena takut sama orang-orang di sana atau memang jiwaku yang mudah mudah mudah sekali menangis. Masih kuingat foto yang diambil waktu aku mewek (uuugh).

Saat teman lain punya hanya satu pasang orangtua, aku punya dua. Betapa kaya aku. Kalian semua sayang aku, beserta anak kalian juga sayang aku. Aku pun. Sayang kalian semua-muanya. Tapi..tidak lantas aku bisa menerima semua didikan kalian berdua, karna terkadang ada yang tidak cocok dengan aku, dengan budaya keluarga kecilku. Maaf. Kalian tetap terbaik yang aku miliki.

Masih juga kuingat hari dimana aku begitu semangat mau berbelanja ke situ. Saking semangatnya aku menawari semua orang untuk ikut atau sekedar titip. Sampai kamu bilang, halah, cuma situ aja pake heboh. Ah, aku kadung semangat. Tapi benar, hanya segitu tempatnya. Meski begitu, aku tetap excited.

Masa beranjak dewasa memang menyulitkan buat aku, berbagai rasa yang muncul membuatku gamang menghadapinya sendirian. Terkadang aku jaim, sok mengatasi seorang diri, namun pasti ada saat “menyerah” dan aku pun koar-koar memanggil kalian. Hanya segelintir yang datang… Hanya dia, dia, dia dan dia. Ah, hanya empat, bisa dihitung dengan sebelah tangan dan bisa kulihat hanya dengan membuka satu mata.

Maaf saudara, aku pilih teman.


No comments:

Post a Comment