02 February 2012

Ini, Kenapa Aku Menyandingkan Harapan Dengan Keajaiban

Buat kamu pangeran masa lalu…

Hai, kamu tau, aku percaya betul dengan yang apa namanya Harapan dan Keajaiban. Aku juga selalu menyandingkan Harapan dan Keajaiban untuk selalu berdampingan. Ketika putus asa, aku selalu berharap akan ada Keajaiban datang menghampiri dan berkata, “Tenanglah, ada aku, dan semuanya akan baik-baik.” Karena Keajaiban pulalah, aku selalu percaya dengan yang namanya Harapan.

Buatku, Harapan bukan sekadar percaya dan berserah terhadap sesuatu yang lebih baik. Aku memandang Harapan bagaikan nafas kehidupan. Mungkin seperti ikan yang bernafas dengan insang—walaupun ada yang bernafas dengan paru-paru—seperti itu pulalah aku menjalani hidup dengan berbagai Harapan. Aku punya begitu banyak harapan dan aku selalu berdoa agar suatu saat Harapan-Harapan itu menjadi kenyataan. Dan aku sendiri juga sudah menyaksikan bahwa begitu banyak Harapan dalam hidupku yang dibuat menjadi kenyataan.

Menurutku, hidup tanpa sebuah Harapan akan menjadi sebuah kehidupan yang menjenuhkan. Syukurnya Tuhan itu baik. Dia mau mengaruniakan Keajaiban untuk mengabulkan setiap Harapan yang dilambungkan manusia.

Saat ini, aku sudah menjatuhkan sebuah pilihan untuk meletakkan tunas-tunas hatiku di tanah gembur dan berharap agar tunas-tunas kecil itu tumbuh. Aku berharap penuh agar tunas itu jauh dari cacing-cacing kecemburuan, hama kejengkelan, serangga-serangga posesif, hingga ulat-ulat penggoyah keyakinan.

Ya, aku akan menggantungkan Harapan agar tunas-tunas itu nantinya akan membuat semua orang tersenyum dengan keberadaannya. Tunas hati itu adalah tentang perasaanku yang begitu mendalam terhadapmu. Hmm… sebenarnya aku sendiri nggak tau sejak kapan aku menyebutmu sebagai sahabat. Tapi yang pasti, sejak kita bertemu 7 tahun lalu, aku sudah memutuskan kalau kamu adalah orang yang akan cukup berarti buatku.

Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Banyak pula hal yang selalu kita ceritakan bersama. Bahkan orang-orang di luar sana mungkin akan berpikir bahwa kita tidak lagi mempunyai rahasia yang ditutup-tutupi. Tapi sejujurnya, dari hati yang paling dalam, aku sendiri merasa bahwa tidak banyak hal yang aku ketahui tentangmu. Aku merasa semua yang pernah kita ceritakan nggak cukup untuk mengenal sosokmu yang sebenarnya.

Aku merasa tak pernah tau apa makanan kesukaanmu. Aku juga tak pernah tau siapa gadis yang kamu sukai. Tentang film kesukaanmu, buku-buku yang selalu kamu baca, musik yang kamu sukai, atau lagu-lagu yang selalu kamu dengar—aku tak pernah tau. Bahkan, aku juga tak pernah tau apa yang ada dalam pikiranmu kalau kita sedang bersama.

Dan yang membuat aku selalu terperangkap dalam praduga-praduga penasaranku adalah karena aku benar-benar tak tau seperti apa dan bagaimana perasaanmu terhadapku selama ini. Satu hal yang sudah pasti aku tau hanya: aku bahagia hanya dengan cukup mengingatmu.




oleh @Judika_judik

diambil dari http://judikabm.tumblr.com/

No comments:

Post a Comment