02 February 2012

Yang Terabaikan

Dengan hormat,

Apa kabar? Ini jarang kutanyakan padamu, karena aku selalu yakin kau baik-baik saja selama aku masih bisa tertawa. Namun kali ini, aku membuatkanmu surat. Bacalah dengan cermat.

Kita sama-sama tahu, kita mengidamkan orang yang sama. Tak perlu kujelaskan siapa, debarnya telah menjelaskan semua.

Kadang kulihat kau merintih sendiri, dan mataku basah, bila menunggu dia memberi selembar kabar yang tak pernah datang. Aku tak tega membiarkanmu, meski sering kuabaikan saja.

Jangan marah, bukan aku tak menyayangimu. Salahmu sendiri tak menuruti kata-kataku, yaitu berhentilah berharap padanya. Aku bukan membencinya, tapi membenci kekerasan sikap dan keinginanmu itu.

Apa kau tak merasa lelah? Menunggu dan membiarkan dirimu terus merana. Padahal cintamu tak berbalas juga? Berhentilah. Atau aku akan terus dan terus mengabaikanmu. Membiarkanmu semakin luka, sampai kau jadi membencinya.

Akan aneh terdengar kalau aku mengatakan ini. Tapi aku memang menyayangimu.

Dari logika kepada hati,

Ika





oleh @ikavuje

diambil dari http://eqoxa.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment