03 February 2012

Variatio 20. a 2 Clav.

Untuk Zyr istriku,



Sayangku, maafkan jika beberapa hari lalu Aku pergi tanpa meninggalkan sedikitpun pesan, Kau tahu apa yang Aku hadapi sepanjang hidup kita yang singkat ini. Betapa kata – kata yang kutulis terkadang lebih tajam dari pedang. Seperti kata beberapa orang; Kata adalah senjata. Dan di beberapa saat, dia bisa menjadi lebih berbahaya dari senjata apapun yang pernah dibuat oleh tangan manusia.

Sebagian dunia diisi oleh orang – orang munafik, dan kita adalah sebagian yang lain. Yang menjunjung kebenaran dan kejujuran melebihi diri kita sendiri.  Kau tahu betul Aku sayang, manusia yang tak punya apa – apa, selain kebenaran yang dia agung-agungkan dalam setiap tulisannya. Tapi kebanggaan itulah yang sebentar merenggutku dari sisimu sayangku.

Sayang, entah dimana Aku sekarang. Jika harus kugambarkan; maka ruangan berdinding tebal yang Aku tempati sekarang jauh lebih lembab dari gudang di belakang rumah kita, dan jauh lebih busuk baunya daripada bangkai tikus yang mati tenggelam di selokan. Tapi inilah harga yang harus dibayar oleh seorang manusia yang tak punya apa – apa selain keinginan dan niatnya yang tak tergoyahkan, bahkan untuk sebuah perpisahan.

Maka kutitipkan padamu Kirk dan Joseph, tolong besarkan mereka sebagai lelaki yang kuat. Manusia – manusia perkasa yang meninggikan kebenaran lebih dari apapun. Yang mempertaruhkan nyawanya demi sesamanya. Biarlah mereka tumbuh laksana pohon – pohon Oak yang tabah menentang angin, dan hati adalah akar yang kuat mencengkram bumi. Dan jangan lupa pula sampaikan kecupan penuh cinta dariku pada mereka, makhluk  kecil yang sudah mengajarkanku apa itu belas kasih dan pantang menyerah hanya lewat tatapan mata polos sepasang anak yang belum sampai lima tahun umurnya. Betapa ayahnya sungguh bangga pada mereka. Jauh,  jauh sebelum mereka tumbuh dewasa dan menjadi manusia seutuhnya di kemudian hari.

Dan untukmu Zyr Sayangku, mungkin ini adalah surat terakhir yang bisa kutulis, dan cinta terakhir yang bisa dinyatakan walau lewat tulisan. Kau tahu, bahwa perasaan itu tak terjamah, dan lebih hebat dari kalimat apapun yang pernah manusia ciptakan. Aku takkan kembali padamu sayang, maaf. Mungkin malam itu adalah malam terakhir kita bersama – sama di meja makan. Aku mengakui, bahwa tak ada perempuan yang lebih pandai memasak darimu, yang lebih pintar, yang lebih gigih, yang lebih setia pada suaminya selain Kau.

Tapi di sinilah Aku sayang, di dalam ruangan lembab dan muram. Aku babak belur dihantam, hingga mungkin jika Kau melihatku, takkan bisa mengenal. Tolong jangan Kau tanya kenapa Aku harus lakukan ini, karena Aku akan lebih dahulu menjawab. Mungkin teman – temanmu sedikit lebih beruntung memiliki suami yang bisa mencukupi semua hasrat hati istrinya. Tapi suamimu ini, adalah suami yang rela mempertahankan apa yang diyakininya, bahkan itu berarti harus dibayar dengan nyawa. Dan jika alasan itu tak kunjung cukup bagimu sayang, maka ingin kukatakan lagi: Aku dengan tulus menerima ini semua. Karena apa lagi yang bisa diberikan seorang ayah pada anak – anaknya selain pelajaran yang harganya tak ternilai? Aku, manusia yang sampai matinya akan teguh pada keyakinanya. Lebih baik Aku berakhir seperti ini sayang, daripada seumur hidup menanggung malu pada istri, anak, dan terlebih pada diriku sendiri. Sungguh bangganya Aku, bangganya Kau, bangganya Kirk dan Joseph; bahwa Ayah mereka memberi sesuatu yang tak semua Ayah mampu beri.

Sayangku, sampai bertemu di lain waktu. Salamku untuk semua, terutama untuk Kirk dan Joseph. Ingatlah selalu: Cinta tidak buta sayang, dia melihat lebih dari apa yang bisa kita lihat. Cinta tidak gila sayang, di lebih waras dari semua kewarasan yang bisa manusia terima.





Ah, ada bunyi senapan masuk lewat lubang angin. Mungkin itu teman sebelah kamarku. Mungkin berikutnya giliranku.



Suamimu yang keras kepala, Manuel








oleh @MungareMike

diambil dari http://mungaremike.tumblr.com/

No comments:

Post a Comment