26 January 2012

Variatio 12. Canone alla Quarta. a 1 Clav


Untuk Krupnik, terselip diantara riuh rendah pasar malam, entah kapan kembali pertemuan.
Gemerincing bel selalu mengingatkan pada singkat pertemuan.  Jika jiwa dapat digambarkan, maka jejari komidi, dan tawa riang anak kecil berlari, bagimu demikian. Dan pada suatu jam itu malam, Aku berenang di batinmu sampai tenggelam. Di sela warna, di riuh – rendahnya suasana, di kedipan  benderang cakrawala dan bianglala, diiringi daku oleh Kau seperti telah akrab sejak sedia kala. Dan bumi yang ramai, salju – salju merah yang menjuntai, ada diam yang tak pernah sekalipun lalai.
Apa yang ingin kutuliskan bagimu adalah sebuah perulangan,agar mampu memenjarakanmu dalam ingatan, sebuah pelajaran.  Bahwa di tengah  gelombang tawa, di erangan bunyi perut bersendawa, sang badut masih manusia, bisa mati dimakan usia. Dibalik topeng – topeng kayu mahoni, ada daging dan rasa yang bersembunyi, shhhh….
Diam, tiada bunyi.
Berpasang – pasang manusia datang, tak terbilang bak padang ilalang. Tangan bergandeng, dan rasa terpantul dalam kotak – kotak kaleng.  “Nak, pernahkah kau patah hati?” bisikkmu pelan, mungkin lebih sendu, serupa kesunyian. Aku terdiam, langit terhampar tetiba hambar. Bak kembar siam, tajam pelik tutur tertatar. Jiwa terkoyak, betapa rasa itu membuat jantung membiru sontak, berontak.
Nyaris empat puluh tahun, pelipis tekuk rusak kulit katun. Benak bertanya, berapa dunia Kau kunyah? Berapa hati sudah Kau punya? Maka kuingat lagi kata perkasa, membunuh jiwa – jiwa binasa. “Kau lihat manusia – manusia ini nak? Manusia bisa kebal pedang, kebal peluru. Tapi tidak dengan patah hati.”
Sekejap, malam dilucuti benderang sekalian alam.


No comments:

Post a Comment